VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20080206

DR. Ono Purbo dan ICT Timor Leste

Information and technology Timor Leste bagaimanapun kita patut berbangga bahwa dalam segala kekurangan baik dari segi Human Resources maupun dari segi fasilitas pelatihan mereka bisa membuktikan bahwa itu tidak menjadi halangan untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini. Bapak Ono Purbo sebagaimana telah di ketahui di kalangan pengiat ICT adalah seorang aktivis di dunia ICT. termasuk penulis sendiri telah membaca beberapa artikel beliau. bila kita simak Tema " Pelatihan di bidang Linux, VoIP dan Wireless " yang menjadi topik pembicaraan dalam pelatihan yang dilakukan oleh Pak Onno didepan para peserta ICT dari Timor Leste merupakan tema central yang sangat dibutuhkan pengiat ICT dari Timor Leste. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ICT di Timor Leste masih merupakan hal yang baru karena Timor Leste sendiri baru berdiri tahun 2002 setelah jajak pendapat tahun 1999. Dalam kurung waktu dari tahun 2002 sampai sekarang ada beberapa indikator yang menjadi faktor penentu akan kemajuan ICT di Timor Leste. Beberapa indikator yang penulis maksudkan sebagai berikut:

1. Dengan Hadirnya Perusahaan Telekmunikasi Telestra dari Australia dan dilanjutkan oleh oleh Perusahaan Timor Telecom yang sebagian Sahamnya milik Portugal memberikan warna tersendiri didang ICT Timor Leste. Mobile phone, Fix Line, Internet cafe dan juga ISP (internet Service Provider) bagi Costumers.

2. Dengan Hadirnya Misi UN di Timor Leste mulai Unamet, Untaet, Unmit, Unotil, Unmiset telah meyadarkan orang muda Timor Leste untuk belajar Bahasa Inggris dan Komputer yang menjadi tolak ukur seseorang untuk bisa mendapat kerja yang layak dikantor UN, NGOs International, NGOs local dan juga di kantor Pemerintah.

3. Dengan hadirnya beberapa kelompok pengiat ICT diantaranya: Info Timor yang lebih fokus pada UBUNTU (Operasi system berbasis Linux), ICT Timor Leste itu sendiri, dan juga beberapa Training Centre di bidang komputer yang dikelola Swasta maupun Pemerintah.

4. Domain Name .TL yang menjadi identitas Timor Leste didunia Cyber menunjukan bahwa walaupun baru merdeka pada tanggal 20 mei 2002 Aktifitas kaum muda Timor Leste dibidang ICT tidak bisa diragukan lagi.

Prestasi-prestasi yang telah dicapai di atas jangan membuat kita berbangku tangan karena sebagaimana dalam sebuah wawancara dengan seorang wartawan local di Timor este Bapak Ono menyatakan bahwa tujuan dari Pelatihan ini adalah bagaimana memberikan edukasi kepada kaum muda pengiat ICT Timor Leste akan Pentingnya pelayanan Internet dan Telepon dengan biaya yang cukup murah dan terjankau oleh masyarakat bawah. Penulis sendiri hanya hadir disaat session terakhir dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh ICT Timor Leste mulai tanggal 29-31 januari 2008. Walau pertemuan penulis dengan Pak Ono cukup singkat namun cukup terkesan karena pembawaan beliau yang cukup humoris dan terkesan santai.Sebagaimana prestasi-prestasi yang telah dicapai selama kemerdekaan ini kita juga masih punya harapan sebagaimana harapan Pak Ono mengenai Pelayanan Internet dan Telepon yan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Namun harapan di atas tidaklah muda untuk dijawab karena :

- Timor Leste hanya mempunyai satu peruahaan Telecom yakni Timor Telecom yang menjadi pemegang hak tunggal pelayanan telekomunikasi di Timor Leste. Maka cukup bisa dimengerti bahwa melonjaknya pembayaran telepon dan internet cukup mahal karena tidak ada saingan atau Timor Telecom is Single Fighter, lain dengan indonesia yang begitu kompetitif dibidang pelayanan Telepon, Mobile phone dan internet. Disamping itu juga belum berfungsinya badan atau institusi yang mengontrol sistem telekmonikasi di Timor Leste. sehingga bisa dimaklumi bahwa biaya akses Internet, telepon cukup mahal.

- Lack of Human Resources, Timor Leste menghadapi masalah yang cukup serius dibidang Human resources. sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pengimplementasian ICT membutuhkan SDM dan biaya yang tidak sedikit. Diawal kemerdekaan Pekerja-pekerja kantor pemerintah dan NGOs biasa berkutat dengan sistem operasi Windows itupun banyak yang masih dalam tahap pembelajaran belum bisa dikatakan windows Expert atau sudah mahir menggunakan sistem operasi Windows. Penulis mendengar keluhan dari pada peserta bahwa sebagian besar peserta belum begitu familiar dengan pelatihan yang dibawahkan oleh Pak Ono tentang, VoIP, Wilreless dan Linux itu tersendri karena pelatihaan tersebut menggunakan sistem yang berbasis Linux. dan juga waktu yang tersedia cukup singkat. Walaupun dari penuturan Pak Ono Purbo bahwa pelatihan di atas bisa juga memakai sistem operasi windows. Namun sayang penulis sendiri tidak aktif dalam pelatihan tersebut sehingga tidak bisa mengambil kesimpulan akan kesuskesan training di atas.

- Power Supply, bagaimanapun untuk memakai sebuah alat eletronik kita menbutuhkan listrik, Pak onno sendiri mengalami hal itu dalam tulisan yang dimuat di www.detik.com bahwa sering mengalami masalah karena lisktrik di kota dili sering mati-hidup. maaf itu baru di kapital city gimana dengan yang lain?.

- Ekonomi, Maju mundurnya sebuah negara bisa dilihat dari kesejahteraan hidup masyarakatnya. realitas hidup sehari-hari menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat hidup dalam garis kemiskinan. Pembangunan ekonomi kebanyakan masih berpusat di kota dili maka jangan heran kalau sering terjadi tawuran antar pemuda karena tidak tersedianya lapangan kerja yang bisa menampung kaum muda tersebut. walaupun Timor Leste masih tertinggal dengan negara lain di bidang ICT terlebih indonesia, kita masih bisa bersyukur bahwa masih ada orang seperti Pak Ono Purbo yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk membagikan ilmu dan inspirasi kepada kaum muda Timor Leste untuk tetap berinovasi dan berkarya dibidang ICT. sebagai orang Timor leste kita masih punya harapan bahwa suatu saat masyarakat Timor Leste juga bisa menikmati internet dan telepon yang murah bahkan bila perlu gratis di seluruh bumi timor Leste. Terima kasih.

Paulo da COSTA, tinggal di Dili

3 comentários:

  1. Memang terlampau susah. Perusahaan telepon untuk menurunkan tarifnya, mereka memerlukan jumlah pelanggan yang cukup banyak (Referensi tarif Speedy dari Telkom Indonesia untuk tarif ADSL yang termurah per bulan berkisar < US$ 20, dengan batasan pemakaian 1 GB. Tarif "murah" ini bisa didapat karena pengguna internet di Indonesia amat sangat besar).

    Sedangkan untuk menumbuhkan jumlah pengguna yang banyak diperlukan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan sehat, sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat.

    Tetapi masih ada solusi. Bila menginginkan tarif internet murah, bisa menggunakan akses internet satelit yang kemudian biayanya di bagi untuk sejumlah pengguna. Tetapi soal legalitas mungkin saya tidak terlampau mengerti. Deregulasi penggunaan akses satelit di setiap negara berbeda-beda.

    Dari satelit anda bisa membagi paling tidak dalam satu kota dengan perangkat "wireless". Mungkin dapat disederhanakan sepeerti ini:

    satelit --> perangkat VSAT (stasiun penerima) --> router --> wireless access point (dari sini bisa disebarkan ke lebih dari 10 client bila menggunakan antena omni) ==> wireless access point --> router --> pengguna (jumlah pengguna bisa melampaui 20 orang)

    ResponderEliminar
  2. Oh ya, solusi ini telah diterapkan pada internet cafe - internet cafe di kota Yogyakarta, Indonesia.

    ResponderEliminar

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.