VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20071230

Ku Gendong Lorosae Kupeluk Loromonu

(Tasifeto-Tasimane adalah kebangaan kita adalah hak dan kewajiban kita bersama)

Oleh: Samoro-Maliya’in

Realitas menunjukkan bahwa seorang lider belum tentu bisa memimpin, seorang pemimpinpun karena kepentingan politik belum tentu bisa mengatur sesuai kehendak rakyat yang haus akan kebenaran, Keadilan dan Perdamaian namun orang yang pantas memimpin dinegeri berlegenda sang buaya ini terkesan lebih baik jika dipilih dan dicintai oleh rakyat, disenangi oleh kaum minoritas, didukung oleh kaum mayoritas religius, cukup dikenal diwilayah regional ASEAN, familiar dengan wilayah Pasifik dan Australia serta menjadi bagian dari seleksi evolusi alam untuk mengantarkan bangsa dan negara ini menhadapi berbagai kepentingan multiinterrest global melewati semua turbulance sosial, politik, ekonomi dan keamanan menuju ke atmosfir perubahan kemajuan pembangunan disemua sektor untuk mencapai iklim Keadilan, kesejahteraan dan perdamaian yang optimal seperti layaknya sebuah bangsa yang memiliki identitas kultural, harga diri, nama baik serta prinsip dan komitmen hati nurani untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dalam mengisi kemerdekaan yang telah diraih dengan hati dan jiwa yang besar dimata masyarakat internasional.

Senang atau tidak senang, setuju atau tidak, maka seperti layaknya bangsa-bangsa lain didunia identitas kultural dan masa depan Timor-Leste telah menuntut dan mendesak agar origin Timorese dalam konteks state leadership (kepemimpinan bangsa) perlu dihormati, diperdebatkan dengan rasio dan logika, dipertimbangkan secara nasional dan internasional untuk diprioritaskan dalam memimpin negeri ini untuk mengendong bagian barat serta memeluk bagian Timur dalam dekapan kehangatan Kasih, Perdamaian dan Pembangunan disemua sektor sebagai salah satu masyarakat global yang beradab serta memiliki pandangan-pandangan positip untuk mengendong bola planet ini serta memeluk berbagai kultur budaya dunia untuk dijadikan sebagai salah satu aset penting komunitas internasional dalam menciptakan toleransi serta kerja sama yang erat antar bangsa untuk menyelamatkan bangsa dan negara serta menyelamatkan dunia ini dari setiap ancaman dan konsekuensi perang serta ancaman dari berbagai bencana alam yang fatal bagi manusia.

Jika aturan tradisi timorese ini dipaksa atau dilawan dengan arogansi dan kepintaran akal sehat serta kepentingan-kepentingan politik tertentu, maka out put manajemen bangsa dan negara bukan lagi kemajuan yang akan diraih tetapi adalah krisis politik, ekonomi dan keamanan yang akan terjadi akibat adanya kepentingan terselubung dimana keberhasilan kepemimpinan mereka (para lider politik) tidak mendapat restu dari suara rakyat sebagai suara Tuhan.


Contoh yang paling sederhana adalah langkah para pemimpin bangsa pada awal kemerdekaan untuk memutuskan bahasa oficial Timor-Leste tampa berkonsultasi dengan seluruh rakyat diTimor-Leste. Opsi tersebut lebih bersifat keputusan politis daripada sebuah keputusan identitas budaya dan ikatan historis. Akibat opsi yang mengandung kepentingan politis, maka telah memunculkan polemik yang berkepanjangan karena secara fundamental kurang kuat untuk dipertahankan kedepan jika keputusan lider-lider bangsa tersebut bukan karena alasan identitas kultural dan ikatan emosional historis. Namun orang Timorpun perlu berjiwa besar dan mengerti bahwa dengan adanya Usaha untuk menumbuhkan iklim demokrasi di Timor-Leste telah memunculkan berbagai alasan yang masuk akal bagi berbagai kalangan untuk mengembangkan bahasa Tetum serta belajar mengunakan bahasa Portugis sebagai bahasa oficial diTimor-Leste ini. Yang membingungkan adalah eksisnya kelompok tertentu yang mungkin merasa sama sekali tidak penting untuk belajar bahasa Tetum karena kepentingan nasional mereka hanya untuk menyukseskan bahasa Portugis di Timor-Leste. Kedua terkesan ada komunitas beberapa negara yang memiliki misi di Timor-Leste justru berkepentingan harus menguasai bahasa Tetum agar instalasi kepentingan inteligen mereka di Timor-Leste bisa berhasil dengan melakukan pendekatan yang komunikatif dengan semua kalangan sosial. Kelompok-kelompok itu terpencar dan menyatu dengan masyarakat serta hidup dengan masyarakat itu sendiri dan menamakan diri sebagai Korps Perdamaian dan lain-lain. Kelompok lainya bergerak dibidang religius seakan-akan masyarakat itu masih bodoh dan harus diajar mengenai Iman dan kebenaran akan Tuhan dengan didukung oleh media informasi seperti radio dan sarana-sarana lainya.

Dalam konteks ini penulis tidak bermaksud untuk mendiskriminasikan suku, agama, ras maupun kelompok misi apapun diTimor-Leste karena dalam realitas bangsa kita membutuhkan berbagai macam tantangan agar bangsa dan negara kita bisa memiliki dinamika dan perspektif baru menuju perubahan yang signifikan untuk melayani kepentingan rakyat. Dalam era globalisasi ini jarak antar bangsa telah dipersempit oleh hasil kemampuan teknologi mutakhir dimana primordialisme sempit perlu dikontrol serta pergaulan dunialah yang harus diterima untuk membangun bangsa dan negara. Negara kita boleh dikatakan beruntung juga karena sebelum memasuki abad kedua puluh satu telah memiliki faktor genetika yang sangat kaya raya dan memiliki berbagai kemampuan dan talenta akibat berbagai keturunan ras seperti Portugis, Japanis, Cinesa, Indonesia, Australiano, Africano, Indiano, Arabi dan lain-lain. Dapat diperkirakan bahwa campuran ras ini tejadi sejak dari dulu karena bangsa Timor adalah sangat protokoler karena sangat menhargai dan menhormati semua manusia berbudaya yang berasal dari belahan dunia manapun. Sikap Ketimoran adalah suka menyambut dengan hati yang bersih dan wajah yang senyum siapapun yang menjadi tamu mereka. Ini menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu bangsa Timor sudah beradab ( civilize people) dan menjadikan tamu adalah raja sehari untuk mereka. Bukti civilize people tersebut dapat dibuktikan dengan kepintaran orang Timor untuk mengajar bangsa kolonial dari dulu hingga detik ini bahwa pendudukan, perebutan atau ambisi secara paksa atas tanah leluhur mereka dan segala isinya didalam air dan didalam tanah adalah suatu tindakan yang tidak wajar dan melanggar aturan serta bukan humanis bagi sebuah bangsa yang terlahir sebagai bangsa beradab sesuai kultur budaya mereka sendiri. Bukti lain adalah ketika bangsa Australia berketurunan Inggris dalam keadaan panik berhubungan dengan expansi Japan atas daratan asia pada saat perang dunia kedua tahun 1942-1945, maka saat itu Australia mengunakan bantuan kerja sama dan kemampuan serta kepintaran orang Timor waktu itu untuk mengalahkan kekuatan Japan di Timor-Leste sebelum memasuki wilayah Australia dan hal itu menunjukkan bahwa tetesan-tetesan darah dari Empat puluh ribu lebih rakyat Timor-Leste disaat perang dunia kedua, telah ikut membangun sejarah kebebasan rakyat Australia sejak tahun 1942. Penulis yakin bahwa hingga detik ini rakyat Timor-Leste tidak akan menagih satu sengpun kepada Australia berhubungan dengan konsekuensi perang tersebut, tetapi rakyat Timor-Leste hanya membutuhkan kejujuran sebagai bagian dari karakter humanis juga sebagai hadiah dari sebuah bangsa yang beradab untuk ikut serta menciptakan stabilitas nasional di Timor-Leste, menegakkan hukum sebagai bukti kerja sama yang baik, efektif dan efisien. Bukti kepintaran dan peradaban orang Timor yang lain juga adalah dengan adanya kerja sama perdagangan antara daratan Cina maupun dengan kerajaan Majapahit waktu itu serta yang masih hangat juga adalah ikut sertanya Timor-Leste melalui para pemimpin bangsanya untuk memohon kepada masyarakat Internasional mencabut embargo militer Amerika kepada Indonesia atas semua kesalahan kebijaksanaan yang terjadi di Timor-Timur selama dua puluh empat tahun.

Berhubungan dengan bukti-bukti sejarah tersebut diatas, maka sudah sepantasnya serta sudah merupakan tuntutan zaman bagi Timor-Leste untuk memiliki lider-lider politik di-era moderen yang memiliki spirit nuansa global yang memiliki ambisi untuk membangun bangsa dan negara menjadi setaraf dengan bangsa-bangsa lain, bukan ambisi untuk meraih kedudukkan politis serta menerapkan berbagai cara ancaman dan kekerasan terhadap rakyat untuk mempertahankan posisi politik temporary yang dipercayakan oleh rakyat kepada mereka.

Kedepan semua lider-lider politik harus kuatkan hati nurani untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dengan berbagai cara dimana sebagai negara baru kadang rencana strategis yang paling ampuh adalah dengan melakukan gerakan pro aktif dengan rendah hati untuk berani meminta maaf kepada rakyat (bukan saling meminta maaf antar politisi), segera menciptakan kondisi untuk merangkul seluruh rakyat dan seluruh perbedaan dinegeri ini, untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang utuh dan kokoh untuk mengisi kemerdekaan ini. Terkadang didalam negeri kita saling berebutan, kita saling bersaing dalam politik untuk mendapatkan kursi dan keuntungan, kita saling berlawanan namun bangsa lain menertawakan kita, mengangap kita-kita yang saling berebutan didalam negeri ini ibarat rakus kelaparan yang lupa diri, lupa kebangaan sejarah kita, lupa etika pergaulan politik, tidak dewasa, kekanak-kanakkan, penhianat tulen serta sangat rapuh sehingga bisa menyebabkan munculnya kembali neokolonialisme serta mempersempit ruang gerak masa depan bangsa dan negara.

Kedepan untuk mengantisipasi dan mengurangi bentuk-bentuk penjajahan baru bagi bangsa dan negara kita, maka adalah urgen bagi lider-lider bangsa kita di Timor-Leste harus berusaha memberikan kontribusi yang tertinggi kepada rakyat kita dengan menciptakan berbagai kondisi untuk menfasilitasikan pendidikkan yang berkwalitas tinggi diTimor-Leste, memperkenalkan berbagai usaha kecil, usaha menengah dan juga usaha –usaha berskala besar diberbagai bidang sebagai bagian dari budaya kecintaan rakyat terhadap pertumbuhan ekonomi rakyat, karena kedepan siapapun yang menjadi bagian daripada elit politik di Timor-Leste, tidak akan terpisahkan dari figur-figur yang memiliki kapital besar serta membutuhkan dukungan-dukungan dari kelompok-kelompok bisnis Timor-Leste yang memiliki kemampuan dan kepintaran serta modal besar untuk mendukung proses perkembangan politik, hak asasi manusia, demokrasi, keadilan, perdamaian serta kampanye politik pada even even tertentu untuk meraih suara dalam pesta demokrasi. Bangsa dan negara ini bisa bangkrut, terlambat berkembang dalam pembangunan serta terbelakang bila semua orang merasa bangga untuk menjadi pemikir atau pahlawan dibidang politik daripada menjadi pahlawan dan pemikir disektor pertumbuhan ekonomi untuk negara ini. Pengalaman sejarah regional diasia membuktikan bahwa hari ini Cina, Japan, Korea, Singapore dan lain-lainya bisa bangkit kembali dan berani bersaing dengan negara-negara barat dimanapun didunia ini, adalah akibat dari kepintaran, kecintaan, kesabaran dan disiplin mereka puluhan tahun yang lalu terhadap pendidikan serta kecintaan mereka terhadap budaya usaha kecil, usaha menengah dan proyek-proyek raksasa dalam bidang teknologi dan informatika selama proses pembangunan perekonomian bangsa. Penulis tidak bermaksud untuk mendikte tetapi sudah sepantasnya semua orang Timor-Leste bangkit dari krisis yang memalukan ini, krisis yang terjadi bukan karena kelebihan orang Timor-Leste, tetapi adalah akibat dari kekurangan dan kelemahan drastis orang Timor-Leste sendiri, namun penulis yakin bahwa perjalanan untuk mengisi kemerdekaan ini masih sangat panjang dan punya optimisme yang tinggi bahwa akan terjadi perubahan-perubahan yang luar biasa dan menguntungkan bangsa dan negara kita kedepan. Sejak restaurasi kemerdekaan pada tahun 2002 yang lalu hingga sekarang Timor-Leste telah menhadapi banyak goncangan akibat kondisi perekonomian yang tidak menentu hingga memunculkan stress dan depresi sosial yang tinggi dan mudah untuk meledak. Berbagai cara dilakukan untuk membantu pemerintah demi membantu rakyat. Seringkali para pemimpin bangsa kita melakukan fund rising (pencarian dana) dinegara-negara lain atas nama NGO untuk tujuan mengatasi kekurangan-kekurangan tertentu didalam negeri, sudah banyak kali bangsa kita mengemis bantuan kenegara-negara lain dengan mengorbangkan harga diri karena alasan rakyat sangat miskin, tetapi dalam kenyataanya kita tidak tahu berterima kasih, kita tidak tahu menhargai semua bantuan dari masyarakat internasional, dimana seharusnya kita bertanggung jawab terhadap semua bantuan-bantuan tersebut dengan tujuan membahagiakan rakyat kita tampa harus membiarkan mereka sakit hati, menderita dan menangis setiap saat.

Setelah mengamati perjalanan krisis keamanan, politik dan ekonomi yang terjadi di Timor-Leste sejak bulan April 2006 yang lalu adalah merupakan sebuah fenomena bahwa urgensi dan prioritas yang harus dikedepankan saat ini adalah Timor-Leste harus berani keluar dari krisis tersebut, dengan berani memilih figur-figur yang tepat untuk mengurusi dan menempatkan kembali porsi politik pada rel yang cocok, tepat, benar serta profesional dan memiliki konsep global dalam manajemen roda pemerintahan agar perjalanan bangsa dan negara sunguh-sunguh bisa diselamatkan.

Kita semua yakin bahwa kedepan kita membutuhkan sebuah pemerintahan yang berkwalitas, berwibawa dan profesional seperti negara-negara berkembang lainya. Kita berharap bahwa tahun 2007 ini, akan terjadi perubahan yang luar biasa di Timor-Leste dalam atmosfir politik dan demokrasi serta diharapkan perubahan-perubahan itu adalah merupakan sebuah alternatif politik satu-satunya demi menyelamatkan masa depan bangsa dan negara kedepan. Isu mundurnya pencalonan Kepala negara untuk periode kedua adalah bukan merupakan ancaman nasional tetapi adalah merupakan wujud kepemimpinan bangsa yang berjiwa besar dan demokrat untuk memberikan kesempatan kepada figur-figur yang lain untuk tampil bersaing dalam pesta demokrasi, dilain pihak krisis ini telah menyadarkan kita semua bahwa krisis ini adalah merupakan pintu gerbang bagi perpektif baru untuk merubah konstelasi politik didalam negeri sesuai dengan kepentingan rakyat yang telah ditunggu-tunggu sejak lama. Kita berharap bahwa pesta demokrasi untuk pemilihan dewan legislatif dan pemilihan Presiden Republic tidak akan bertolak belakang dengan aturan konstitusi dimana dengan sistim pemerintahan kita yang semi presidensial, maka pemilihan umum untuk memilih dewan legislatif harus diutamakan pertama agar dapat mempersiapkan acara resmi kenegaraan untuk menyambut dan menyerahkan mandat kepada Presiden Republik terpilih dalam sidang Parlemen nasional namun perlu dimengerti juga bahwa hal tersebut bisa terjadi sebaliknya jika hal tersebut dipertimbangkan demi menyelamatkan bangsa dan negara yang sedang menhadapi krisis didalam negeri.

Kita semua berharap agar hasil pemilu 2007 ini dapat membawa dewa fortuna sebagai hadiah bangsa, dimana kita membutuhkan seorang Kepala Negara seperti figur Peraih Nobel Perdamaian dan mantan Pendiri partai Fretilin Dr. José Ramos-Horta, kitapun masih membutuhkan seorang Perdana Menteri seperti figur Kay Rala Xanana Gusmão, untuk urusan pembangunan Politik, Keamanan dan kaderisasi F/FDTL dan PNTL serta merealisasikan kesejahteraan para veteran dan mantan organisasi klandestine beserta keluarganya didalam negeri, sehingga untuk urusan disiplin manajemen roda pemerintahan sangat tepat jika dibantu oleh seorang figur Wakil Perdana-Menteri, seperti figur mantan gubernur Timor-Timur Ir. Mario Viegas Carrsacalao, yang sangat dekat dengan rakyat selama masa-masa sulit dalam periode perjuangan dua puluh empat tahun yang lalu. Pemerintahan tersebut bisa mencapai kesuksesan besar jika kita memiliki strategi untuk memilih seorang figur Menteri Luar Negeri yang mampu untuk menarik perhatian komunitas internasional ke Timor-Leste, memiliki moral tinggi dan mencintai identitas budaya yang sangat mendalam serta cukup dikenal di Asia terutama Indonesia, Eropa dan Australia seperti sosok Dr. Abilio Araujo, Clementino dos Reis Amaral atau Dr. Manuel Tilman. Sosok Menlu tersebut harus memberikan kesempatan kepada adviser-adviser lokal untuk berkembang daripada lebih memberikan kesempatan kepada adviser-adviser dari luar negeri yang kemungkinan besar bisa menjadi musuh didalam selimut bagi Timor-Leste sehingga kita akan tetap diangap sebagai negara baru yang sangat rapuh oleh negara-negara tetangga karena hingga detik ini Timor-Leste tidak pernah mengenal dan memiliki rahasia negara.

Dalam konteks kepemimpinan bangsa tersebut diatas penulis tidak memihak kepada figur-figur diatas karena faktor politik atau kebiasaan untuk mendewa-dewakan mereka, tetapi karena faktor pengalaman sejarah serta faktor kepercayaan rakyat yang telah berakar dan dapat dibuktikan oleh seluruh rakyat diTimor-Leste. Kita berharap yang terbaik bagi bangsa dan negara kita dan jika kita lebih mencintai “politik” dan permainan-permainan kotornya, maka kitapun harus siap untuk akrab dengan krisis keamanan dan politik yang setiap saat bisa saja muncul , tetapi jika kita lebih mencintai esensi dan substansi “Keadilan” maka pilihan terbaik kita semua (memilih figur-figur pemimpin terbaik bangsa) bisa mengantisipasi bentuk krisis apapun yang mengancam masa depan kita, jadi intinya adalah kedepan kita membutuhkan figur yang dipilih oleh rakyat bukan diangkat atau disodorkan oleh para politisi karena lebih mementingkan kepentingan partai daripada kepentingan rakyat.

Oleh karena itu, penulis ingin menyadarkan seluruh rakyat diTimor-Leste bahwa zaman suka mendewa-dewakan para pemimpin bangsa sudah berlalu. Walaupun kita masih memiliki keterbatasan sebagai negara baru, namun perlu disadari bahwa kita telah masuk dalam era modernisasi, era teknologi dan informatika. Era tersebut tidak kenal kultus individus tetapi lebih menuntut zaman kita untuk memiliki pemimpin-pemimpin bangsa yang moderen, inovatif, efektif, efisien, memiliki kredibilitas, berpengaruh, bersih dan bermoral, berwibawa, pintar serta tulus dan mampu mengendong loromonu, tulus dan jujur memeluk lorosae dan berani merangkul dan bersahabat dengan seluruh komunitas internasional selama periode kepemimpinan mereka. Kadang kita sering mendengar rakyat kita manja serta tengelam dengan ketergantungan terhadap figur para pemimpin bangsa, mereka (rakyat) lebih melihat ke figur dan kharisma kepemimpinan seseorang daripada membudayakan nilai-nilai positip dan spirit yang dimiliki oleh para pemimpin bangsa untuk membangun negara kita secara profesional. Kedepan yang harus dibutuhkan oleh seluruh rakyat Timor-Leste bukan saja bangga dengan cerita perjuangan Almarhum D.Boaventura, bukan saja bangga dengan cerita perjuangan Almarhum Bung Nicolau Lobato, Hermenegildo Alves, Nino Konis Santana, David Alex Daitula, bukan saja bangga dengan cerita figur Proklamator negara kita Bung Francisco Xavier do Amaral, bukan saja bangga dengan cerita Arsitek pembebasan nasional kita Bung Kay Rala Xanana Gusmão, bukan bangga saja dengan cerita Arsitek diplomasi kita Bung Jose Ramos-Horta, bukan saja bangga dengan penasehat sejati perjuangan pembebasan umat manusia diTimor-Leste Almarhum D. Martinho da Costa Lopes, bukan saja bangga dengan pejuang rakyat tertindas dan tidak bersuara D.Carlos Filipe Ximenes Belo, bukan saja bangga dengan Arsitek keterbukaan Timor-Leste Bung Mario Viegas Carrascalao dan lain-lain, tetapi yang sesunguhnya harus menjadi kebutuhan yang harus dihidupkan dan dikembangkan menjadi budaya dinegara kita adalah; semangat mereka, spirit mereka, gaya kepintaran mereka, gaya politik rekonsiliatif mereka, gaya politik diplomasi mereka untuk merangkul masyarakat internasional dalam mendukung kita, gaya kepemimpinan mereka atau singkatnya semua segi positip kepemimpinan mereka harus ditanamkan didalam setiap hati dan jiwa setiap manusia Timorese untuk dijadikan modal Unidade Nacional dalam mengisi kemerdekaan yang diraih dengan susah payah ini, disitulah letak esensi dan substansi yang harus dimiliki oleh setiap insan timorese dalam berbagai level klasifikasi sosial jika merindukan stabilitas nasional dan kemajuan pembangunan yang akan kita nikmati bersama dimasa-masa mendatang.

Untuk itu kuncinya ada ditangan rakyat dan generasi muda karena merekalah yang merupakan kunci dan guru terhormat untuk mengarahkan nasib perjalanan negara ini. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa selama pendudukan ratusan tahun dibawah bangsa kolonial rakyat Timor-Leste tidak diberikan kebebasan untuk bebas dan maju karena orang Timor terlalu kritis dan tidak pernah bodoh. Oleh karena itu Hasil pemilu 2007 nanti merupakan barometer menuju stabilitas nasional dimana menuntut kita semua (rakyat) dan seluruh generasi muda untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa orang Timor pintar memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di Parlemen, di Pemerintah serta di kursi Kepresidenan. Jangan mengulanggi kesalahan yang sama untuk memilih wakil-wakil yang sering nampak dilayar TV suka ngantuk, sering bicara telepon jika sidang/rapat sedang berjalan dan sebaliknya sangat bersuara keras jika ada rancangan undang-undang yang harus diloloskan ke Kepala negara untuk disetujui jika itu ada hubunganya dengan fasilitas dan kesejahteraan wakil-wakil rakyat dan bukan kesejahteraan rakyat didesa-desa dan di daerah-daerah.

Saat ini jika kita berpikir tentang Timor-Leste, maka kesan menyeluruh yang sedang kita rasakan saat ini adalah UNPOL tidak berfungsi seperti aparat penegak hukum yang profesional tapi dibayar mahal oleh PBB untuk jalan-jalan di Timor-Leste dan holiday di Denpasar atau Darwin, kesan berikutnya adalah puluhan ribu orang sedang haus lapangan kerja yang merata, hampir seluruh rakyat dinegeri ini hidup dalam ketidakpastian dan tersindrom phobia sosial politik dan keamanan, terkesan sebagian investor lokal kita tidak berdaya akibat kurang diberdayakan oleh pemerintah, kredit macet berskala kecil, sedang dan besar terjadi di setiap bank dengan berbagai alasan, pertanian kita hanya memiliki data statistic tetapi produknya belum bisa dilihat dengan mata telanjang, ribuan lahan terlantar akibat kerusakan irigasi serta tidak adanya program pemerintah secara profesional untuk mendukung sector pertanian terutama dalam hal memberikan insentif yang menarik bagi komunitas petani, investor asing pun kurang bersemangat untuk penanaman modal akibat pemerintah belum bisa menjamin keamanan serta belum didirikannya asuransi yang bisa menjamin setiap usaha di Timor-Leste, Sistim penerangan (listrik) belum bisa menjamin pembangunan serta belum dijadikan sebagai BUMN (servico publico) untuk melayani kebutuhan rakyat, sistim telekomunikasipun kurang memuaskan, termahal dan sering macet serta masih menyewa satelit Indonesia karena belum memiliki satelit tersendiri seperti layaknya sebuah negara berdaulat, selain itu sistim judisial kitapun terkesan ada intervensi kepentingan para penguasa, kwalitas manajemen pemerintahan kita belum professional, efektif, efisien, bertanggung jawab dan transparan serta masih mempertahankan sistim sentralistis, birokratif, kaku dan membosankan dimana impaknya semakin menyebabkan mundurnya setiap distrik akibat para Camat dan Bupati tidak memiliki mandat, inisiatif dan wibawa untuk memimpin daerah kekuasaan mereka, para Kepala Desa, Chefe Aldeia, Conselho do Sucos dipilih oleh puluhan ribu masyarakat tetapi tidak memiliki gaji dan fasilitas temporary serta mandat apapun untuk mengurusi problem sosial sebagai wujud untuk melayani rakyat.

Penulis ingin mengingatkan pemerintah bahwa bangsa dan negara ini bisa aman jika ada kerja sama yang erat antara pemerintah melalui institusi Kepolisian dengan rakyat termasuk adanya koordinasi yang baik dengan tokoh masyarakat seperti Conselho do Suco, Chefe de Aldeia dan Kepala Desa, Camat dan Bupati yang dipilih dan dicintai oleh rakyat. Mereka berhak diperhatikan kesejahteraanya oleh pemerintah, diberikan fasilitas administrative, fasilitas transportasi, gaji serta Mandat dalam periode memimpin untuk mengatur masyarakat agar situasi keamanan bisa dikendalikan mulai dari kampung-kampung hingga ke desa-desa demi memperlancar proses pembangunan yang akan digalakkan oleh pemerintah disemua sektor.

Semua unsur-unsur kedaulatan bangsa ini sudah sepantasnya menjadi guru dari pengalaman-pengalaman pahit yang telah terjadi selama masa periode lima tahun ini, dimana sistim pemerintahan yang sentralistis dan birokratif sesunguhnya adalah suatu kekeliruan besar dan sangat terbelakang. Dinegeri ini sudah terlalu banyak pertemuan-pertemuan ataupun rapat-rapat yang membahas tentang kwalitas manajemen dan kinerja kerja pemerintah, diskusi-diskusi tentang rekonsiliasi, seminar-seminar tentang keadilan, demokrasi, hak asasi manusia, emansipasi, politik maupun rencana pembangunan perekonomian, namun hingga sekarang hasilnya tidak terasa karena semua yang dilaksanakan di hotel Timor, di gedung memorial hall serta ditempat-tempat lain itu, sesunguhnya bukanlah substansi yang dibutuhkan rakyat sebagai prioritas yang urgen untuk mengantisipasi konflik dan krisis keamanan dan politik yang telah menyebabkan terpuruknya keadaan ekonomi bagi rakyat yang tidak berdosa.

Selama hampir lima tahun kemerdekaan ini komunitas internasional dan seluruh rakyat Timor-Leste, dengan lensa yang sangat tajam telah menyadari tampa keraguan sedikitpun bahwa sebagian pejabat pemerintah dan unsur-unsur kedaulatan dinegeri muda ini lebih pro aktif dalam hal-hal seremonial seperti pembukaan dan penutupan acara-acara dilevel nasional dan dilevel daerah, mereka lebih pro aktif menhadiri berbagai resepsi, cocktail, coffee, working lunch, working dinner, seminar-seminar dihotel-hotel, kunjungan-kunjungan kenegara-negara lain, uang saku (per-diem), liburan dinegeri tetangga, jam terbang tinggi, punya istri simpanan, punya beberapa mobil mewah ternyata mereka kurang menangapi kesulitan yang dihadapi oleh rakyat dinegeri ini. Mereka kadang bersifat apatis dengan mengatakan bahwa penderitaan rakyat itu adalah hal yang wajar sebagai negara baru, padahal jika kita lihat didalam data-data statistic regional di asia khususnya maka negara-negara berkembang yang lain pun memiliki segunung masalah termasuk kemiskinan yang berjumlah puluhan juta, sedangkan Timor-Leste dengan menganut sistim semi Presidensial dengan seorang Kepala Negara, seorang Perdana Menteri dengan puluhan anggota kabinetnya ternyata tidak diberi mandat oleh pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah-masalah urgen yang dihadapi oleh kurang lebih 924.000 (ribu) penduduk didaerah-daerah yang haus air bersih, haus kelancaran irigasi pertanian, haus tenaga –tenaga ahli pertanian seperti PPS (Penyuluh Pertanian Special) dan PPL(Penyuluh Pertanian Lapangan), haus lapangan kerja, haus kwalitas pendidikan bagi anak-anak mereka, stress karena jangkauan harga kebutuhan hidup yang terlalu tinggi hingga memperparah situasi dan kondisi akibat terjadinya depresi sosial yang sudah melebihi batas kesabaran manusia normal. Lebih parah lagi adalah Timor-Leste diangap rapuh oleh negara tetangga karena tidak pernah memiliki rahasia negara dan apakah hal tersebut akibat negara kita masih menyewa satelit komunikasi negara lain atau karena unsur-unsur kedaulatan kita terlalu percaya kepada orang asing yang bekerja dikabinet mereka. Peranan para adviser internasional diberi akses habis-habisan untuk mengetahui apa rencana politik bangsa dan negara ini. Apa saja agenda rahasia Kepala negara kita, apa saja agenda rahasia Perdana-Menteri kita, apa saja agenda rahasia Parlemen kita, apa saja agenda rahasia Pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung kita, apa saja agenda rahasia Menlu kita, apa saja agenda rahasia pejabat-pejabat pemerintah kita. Pertemuan penting tingkat Kepala negara, Perdana Menteri maupun Parlemen sering disertakan adviser internasional untuk mengetahui apa yang didiskusikan selama pertemuan bangsa dan negara berlansung. Faktor bahasa Ingris dan Portugis bukanlah alasan yang tepat untuk mengizinkan adviser internasional mengikuti dan mengetahui pertemuan penting tinggkat negara dengan posisi sebagai note taker atau notulen dimana pada akhirnya karena faktor manusia dan faktor kepentingan nasional, mereka (adviser) juga bisa mengirim informasi rahasia ke luar negeri atau kenegaranya untuk mencounter atau menhambat apa agenda politik strategi kita kedepan. Pada intinya Timor-Leste welcome semua bangsa didunia sebagai wujud pergaulan internasional tetapi bukan berarti orang asingpun boleh mengetahui apa yang sedang dipikirkan dan dipertimbangkan untuk diputuskan bagi kepentingan masa depan bangsa dan negara.

Penulis pun mengakui bahwa selama hampir lima tahun kemerdekaan ini telah terjadi banyak perubahan positip yang dilakukan oleh semua unsur-unsur kedaulatan bangsa, Cuma yang paling menyayangkan adalah masalah-masalah domestik seperti pertanian, pariwisata, lapangan kerja, investasi public, keamanan, penegakkan hukum, kwalitas manajemen pemerintah secara profesional dan desentralisasi kurang diperhatikan sehingga telah menciptakan kesan negara yang sedang sakit karena sunguh-sunguh tidak sehat baik secara politik, sosial maupun secara ekonomi.

Sebagai generasi muda kami tidak akan mengungkapkan penderitaan dan kesusahan yang pernah kami alami bersama seluruh rakyat yang miskin, susah dan tidak berdosa…tetapi yang ingin kami ungkapkan hanyalah perasaan kami yang malu dan merasa kerdil sekali dihadapan rakyat dan dihadapan masyarakat internasional bahwa ternyata pemimpin-pemimpin bangsa yang pernah kami kenal dan kami lindungi selama masa-masa sulit justru tidak berhasil mempertahankan harga diri bangsa lafaek ini. Mereka saling berani menuding tetapi tidak berani mengakui kesalahan dihadapan rakyat yang sedang menangis dan sakit hati juga tidak berani masuk bertanggung jawab demi harga diri bangsa dan demi penderitaan rakyat. Krisis keamanan yang beimpak lansung terhadap suhu politik dan goncangan ekonomi yang terjadi di Timor-Leste selama ini menunjukkan sebuah kegagalan besar yang butuh puluhan tahun untuk diperbaiki kembali. Krisis ini sesunguhnya adalah pantulan dari faktor infantil dan imaturitas seluruh pemimpin politik dinegeri ini yang pernah merasa hebat dalam strategi politik perjuangan tetapi gagal dalam realitas berpolitik baik ditingkat nasional maupun internasional.

Kedepan rakyat harus pintar-pintar memilih wakil-wakil mereka, yang sesuai dengan hati nurani rakyat dan disukai oleh komunitas internasional, generasi muda, kaum intelektual harus bergandengan tangan bersatu padu harus lebih berani lagi, lebih pintar dan lebih kritis dalam setiap analisa untuk berperang menantang kemampuan setiap lider dinegeri ini untuk membantu bangsa dan negara dalam perjalanan menuju ke pintu gerbang peradaban, kesejahteraan, demokrasi, hak asasi manusia, keadilan dan perdamaian yang sesuai dengan nilai-nilai budaya kita yang sederhana tetapi sangat mahal harganya karena sikap saling menhormati dan saling menhargai yang telah berakar sejak zaman nenek moyang kita.

Oleh karena itu untuk memperbaiki situasi dan kondisi krisis ini maka prioritas utama serta misi terpenting dari sembilan ratus ribu lebih penduduk diTimor-Leste adalah segera menentukkan arah bangsa dan negara kita dengan hati serta kepala yang dingin dan tenang, dengan pertimbangan pikiran rasio, dengan pernyataan suara yang bulat dan bersih serta dengan tindakan yang tepat untuk menyelamatkan bangsa dan negara Timor-Leste melalui kampanye dan pemilihan figur Kepala negara yang akan dimulai pada tanggal 9 April-19 Mei 2007 serta dilanjutkan dengan kampanye dan pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen yang akan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus mendatang agar kedua hasil pemilihan umum tersebut jangan sampai terbentuk seperti minyak dan air yang tidak mungkin bersatu secara natural, tetapi hasilnya harus terbentuk seperti air dan gula untuk saling melengkapi dan menyenangkan rakyat dan seluruh generasi muda dinegeri ini agar krisis politik, krisis militer, krisis kepemimpinan nasional serta krisis perpecahan nasional bisa benar-benar pulih dan merupakan kejutan besar bagi aktor-aktor dan negara-negara yang selama ini ikut bermain dari belakang untuk mengacaukan situasi demi menyukseskan kepentingan nasional mereka di wilayah regional khususnya di Timor-Leste. Semoga Tuhan memaafkan mereka dan memberkati kita semua.

Penulis adalah alumni UNTIM tinggal di Manatuto.

Sem comentários:

Enviar um comentário

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.