VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20170511

TIMOR-LESTE ANTARA DUA “REVOLUSI BUNGA” DAN “BEYOND AHOK” MENUJU “REVOLUSI BELARASA” (REVOLUÇÃO DA TERNURA)

TIMOR-LESTE ANTARA DUA “REVOLUSI BUNGA” DAN “BEYOND AHOK” MENUJU “REVOLUSI BELARASA” (REVOLUÇÃO DA TERNURA)

*Sebuah Imajinasi Tengah Malam

Martinho G.S. Gusmão
Menarik bahwa AHOK telah menjadi sebuah symbol perlawanan moral terhadap korupsi dan kekuasaan. Mengapa gerangan tokoh-tokoh agama mayoritas (Islam) yang seharusnya menjadi penggerak avan garde (movimento da vanguarda), justru memakai fatwa MUI untuk melibas perlawanan moral tersebut?

Jawaban paling sederhana: AHOK itu minoritas etnis cina dan minoritas Kristen. Jadi, MINORITAS DOUBLE DIGIT. Seorang minoritas seharusnya tidak mencla-mencle, atau “ngebacot” soal moralitas di hadapan moralitas mayoritas (Islam).

Tetapi para tokoh Islam mengatakan: ini bukan soal etnis atau agama tertentu. Jadi, bukan Jawa, bukan Sunda, bukan Papua, bukan Sulawesi, bukan Nusra, bukan Bali, bukan Batak, bukan Aceh, bukan Islam, bukan Kristen, bukan Hindu, bukan Budha … ya, bukan bukan! Pada hal sudah tentu: cina dan Kristen. 

Fenomen yang sangat menarik justru: mengapa gerangan AHOK kalah dalam pilkada DKI pada hal dia memiliki moralitas di atas rata-rata untuk menjadi “pemimpin” atau “penguasa” yang ideal? Sebagai jawaban popular, terjadi gelombang REVOLUSI BUNGA! Pada saat dia dijatuhi hukuman 2 tahun penjara atas kasus “penistaan agama”, terjadi gelombang SOLIDARITAS dengan membakar lilin. Dan itu terjadi tidak hanya di DKI Jakarta, melainkan sudah “lintas batas” ke PROPINSI LAIN di Indonesia.

Yang menarik bagi saya: TIMOR-LESTE pun turut terlibat dalam aksi revolusi bunga dan bakar lilin atas nama solidaritas. Di dalam komentar-komentar di Facebook, saya belum menemukan makna dasar solidaritas tersebut: apakah solidaritas sebagai Kristen, atau solidaritas sebagai “propinsi ke-27”? Yang pasti, para pelaksana dan peserta aksi menolak dianggap sebagai “propinsi ke-27”. Ya tentu, harus begitulah. Jadi, kekristenan dan kemanusiaan. voila ...

Nah, akan menjadi babak baru jika solidaritas ini muncul lantaran AHOK adalah minoritas etnis dan minoritas Kristen. Di Timor-Leste, sudah pasti Kristen adalah mayoritas dan multi-etnis. Jadi, kita mayoritas kristen harus bersifat seperti mayoritas islam (Indonesia), atau mayoritas yang mental minoritas?

Pernah terjadi REVOLUSI BUNGA 1974 yang menyebabkan Timor-Leste terbawa arus gelombangnya. Figure penentu saat itu: NICOLAU DOS REIS LOBATO yang dalam segala hal menurut saya saat itu “minoritas dalam iman katolik”, akhirnya mati – “O sangue dos martires é semente dos cristãos” (darah para martir adalah benih bagi orang-orang Kristen). Tetapi dia-lah yang dengan tegas dan tegak menuntut KEMERDEKAAN langsung – “Hoje mesmo vamos proclamar a Republica” (kata-kata 28 November 1975, pagi). Saya tidak pernah mengenal Nicolau Lobato secara fisik. Tetapi, rasanya apa yang dilakukannya (kata-kata dan Bahasa tubuhnya) pasti galak dan lebih galak dari AHOK.

Tahun lalu, 24 Mei 2016, Nicolau Lobato merayakan 70 tahun kelahirannya. Sunyi. Sepi. Tiada bunga. Tak ada lilin. Mungkin karena dia seorang Katolik radikal atau seorang pemimpin politik radikal yang harus dilupakan? Pada hal, dia adalah symbol identitas bangsa yang mayoritas katolik. Itu jangan dilupakan ya!!!

Di tahun yang sama 2016, TAUR MATAN RUAK … dengan suara yang tak kalah garangnya seperti AHOK melakukan perlawanan terhadap partai-partai mayoritas. Akibatnya, dia menjalani sisa jabatannya sebagai PRESIDEN yang “dinista” dan “dipenjarakan” oleh politik PN dan Pemerintah. Dia mem-veto OGR agar “uang rakyat tidak dibajak oleh politisi” (kata-kata AHOK); dia mem-veto LPV agar “uang rakyat tidak dimakan oleh sekelompok kecil munafik” (kata-kata AHOK). Justru sebagai jawabannya, keputusan-keputusannya sebagai “Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata” diboikot oleh PN dengan cara menghasut F-FDTL dan Veterano; penunjukkan PTR dan PGR ditolak oleh PN (dengan tidak memberikan alternative; jadi, sekedar menolak tanpa syarat dan tanpa solusi).
Mungkin ada artis-artis Timor-Leste yang bisa nyanyi lagu ini “MENANTI KEJUJURAN, HARAPKAN KEPASTIAN” … hati nurani.

Ah. Saya mengkhayal … andai hari-hari selanjutnya kita akan melakukan REVOLUSI BUNGA dan MENYALAKAN LILIN-LILIN KECIL di dalam HATI NURANI kita untuk tetap menjaga ilham baru dari “spiritualitas kemerdekaan hati AHOK”.

Bukankah kita di Timor-Leste masih memiliki politisi yang jujur dengan nurani yang bening? Atau, AHOK adalah sebuah impian bagi kita karena memang tak ada lagi politisi yang beragama katolik di Timor-Leste. Jangan mengharapkan bulan di langit, punai di tangan dilepas!

Ada pesan dari Paus FRANSISKUS kepada umat Katolik di Timor-Leste untuk tidak takut-takut dan malu-malu melancarkan “REVOLUÇÃO DA TERNURA” (revolusi belarasa). 

Jujur: saya sangat bahagia karena Anugerah Tuhan yang terlihat dalam BASUKI TJAHAYA PURNAMA. Tetapi jangan kita berhenti pada mengagumi AHOK sesaat saja hanya karena “moda ikus nian”. Haruslah kita menyelam lebih jauh dan lebih dalam ke tengah samudra revolusi bunga dan sinar-sinar lilin.

“O Espirito do Senhor está sobre mim, porque ungiu para anunciar a Boa-Nova aos pobres; enviou-me a proclamar a libertação aos cativos e, aos cegos, a recuperação da vista; a mandar em Liberdade os oprimidos, a proclamar um ano favoravel da parte do Senhor” (Lucas 4, 18-19)

Roh Tuhan ada padaKu, karena Dia telah mengurapi aku untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin; mengutus Aku untuk memproklamasikankemerdekaan kepada kaum nestapa; dan, kepada orang buta, untuk mengembalikan penglihatannya; menuntut pembebasan bagi kaum tertindas; memproklamasikan sebuah tahun rahmat dari Tuhan.

Sem comentários:

Enviar um comentário

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.