VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20100226

5 Siswi São Pedro Jadi Selebritis dan Bugil, Orang Tua-Guru Mempersalahkan Pemberitaan Media

Oleh: Raimundo Oqui*

Media cetak dan ele ktronik termasuk jaringan internasional alias internet sudah menjadi barang yang dengan mudah bisa kita nikmati kapan saja dan dimana saja. Dapat dipastikan bahwa setiap orang sudah pernah menggunakannya, setidaknya mengetahui dan melihatnya. Memang, di zaman yang sudah serba canggih ini seperti di Timor Leste peranan media massa semakin penting. Dengan keberadaan mereka (media), kita bisa mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia. Selain itu, media massa juga bisa menjadi sarana hiburan saat kepenatan mulai kita rasakan. Bila dimanfaatkan dengan tepat, media massa bisa menjadi alat yang akan memperkaya pengetahuan kita. Namun sebaliknya, media massa juga bisa menjadi "pembunuh" bila tidak digunakan dengan bijaksana.Tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi korbannya, saat iniAnak-anak pun sangat berpeluang menjadi korban. Perhatikan saja,berapa lama seorang anak duduk di depan televisi atau permainan setiap harinya.

Perhatikan juga berapa banyak majalah dan buku cerita yang sering kali dengan jelas menampilkan cerita-cerita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, mistis, dan khayalan. Di sinilah sikap bijaksana dan selektif orang tua sangat berperan.Orang tua harus pandai mengatur dan mengontrol anak-anak mereka supaya mereka tidak dikuasai oleh media massa. Mengingat pengaruh buruk media massa terhadap anak jika tidak digunakan dengan tepat, Pada edisi ini, penulis mengajak pembaca khususnya para orang tua kedelapan Siswi Selebritis-bugil dan guru SMU São Pedro Comoro untuk mengoreksi lagi seberapa besar media massa memengaruhi kehidupan anak-anak kita Silahkan simak, kiranya menjadi berkat. Apakah Pemberitaan media yang tidak menghormati martabat manusia atau tidak mengedukasi? Atau bagaimana!

Menurut keterangan baik dari para pendidik SMU São Pedro dan keluarga kedelapan wanita entertainment dan bugil itu bahwa anak mereka tidak bersalah, namun media yang salah memberitakan. Dengan Pemberitaan media mereka menyatakan tidak menghormati martabat manusia. Namun penulis hendak bertanya kepada keluarga dan pendidik kedelapan selebritis itu bahwa apakah foto-foto yang sudah tersebar di dunia internet itu tidak menghormati martabat manusia dan melnggar etika jurnalistik? Penulis menunggu jawaban dari para pemdidik dan orang tua. Masih maklum Koran STL memberitakan kasus ini, hanyan 13 Distrik yang mengetahui tentang kasus ini. Tetapi, bagaimana foto-foto yang beredar di internet yang seluruh bangsa didunia telah mengaksesnya. Sebenarnya para guru dan orang tua dari kedelapan bunda selebritis dan bugil itu harus mengidentifikasi/ menginvestigasi siapakah yang mengbarluaskan foto-foto itu ke internet? Siapakah orangnya? Bukankah kedelapan selebritis dan Siswi bugil itu yang dengan sendirinya yang mengebarkannya? Atau siapa sebetulnya. Harap dicari. Yang biasanya bugil diinternet dan Selebritis hanyalah para artis dan pemain sinetron.

Namun sesuai dengan realitas yang ada menunjukkan bahwa ternyata Siswi didikan SMU São Pedro dimana para pendidik mayoritas para Imam, Suster dan Frater, tetapi hasilnya diragukan banyak orang akibat sekolah itu hanya Menampung dan medidik para Selebritis kemudian menyebarluaskan image bugil mereka ke dunia internet dengan tujuan dikenal dunia internasional. Yang menjadi pertanyaan ialah jenis-jenis mata pelajaran apa yang diajarkan oleh para Imam, Suster dan Frater di sekolah itu sehingga anak didikannya bukan menjadi Siswi yang membangun nama baik sekolah ternama itu bahkan dicemari. Apakah mata pelajaran yang mereka (kedelapan siswi) terima itu untuk menjadi selebriti yang baik kemudain bugil di internet? Menurut hemat penulis para sekolah Katolik bukan mendidik manusia seperti demikian, tetapi mendidik untuk memanusiakan manusia. Atinya, mendidik manusia menjadi manusia bukan menjadi binatang yang tidak bisa membedakan baik dan buruk, bau bangka dan harum. Dengan terjadinya tingkah laku kedelapan Siswi itu sudah mengindikasikan bahwa ternyata SMU São Pedro bukan sekolah yang mendidik manusia menjadi manusia namun menjadi binatang. Dengan hal ini sekolah itu mengambil keputusan mengeluarkan Siswi-siswi yang bugil di internet dengan tujuna untuk tetap menjaga nama baik sekolah, namun tidak tetap berhasil sebab semua bangsa didunia ini telah mendapat Siswi-siswi itu dengan seragam lengkap SMU São Pedro memamerkan buah dada mereka ke public agar dapat dinilai bahwa Who is the best and sexy? I think all of them are exciting.

Yang mendorong kedelapan siswsi melakukan tindakan itu ialah, kenalan remaja akibat kurangnya pendidikan moral baik dari pihak orang tuanya sendiri maupun sekolah yang bersangkutan. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Kesukaran bukan hanya secara individu yang bersangkutan, tetapi bagi orang tuanya, masyarakat, bahkan sering kali memusingkan para aparat penegak hukum dan peraturan (dalam hal ini Polisi). Ini disebabkan oleh masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada kepada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti, seringkali menyebabkan tingkah laku-tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan. Dalam usahanya untuk mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Menurut pendapatnya orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan, sebaliknya, untuk berdiri sendiri ia belum cukup kuat, karena itu mudah terjerumus kedalam kumpulan remaja dimana anggota-anggotanya adalah teman-teman sebaya yang memiliki persoalan yang identik atau sama, dan dalam perkumpulan-perkumpulan itu mereka saling memberi dan mendapat dukungan mental. Kalau kelompok itu berbuat sesuatu, misalnya kenakalan atau perkelahian, maka selalu dilakukan secara berkelompok. Anggota-anggota kelompok macam itu jarang yang berani berbuat sesuatu secara perorangan.

Perbedaan pendapat dan perbedaan nilai-nilai antar remaja dan orang tua menyebabkan remaja tidak selalu menurut pada orang tua. Oleh karena itu masa remaja sering dikenal juga sebagai masa negativistis yang ketiga. Persoalan lain yang mengganggu para remaja adalah perkembangan sexualnya. Mulanya masa remaja biasanya ditandai oleh kematangan sexual, dalam arti organ-organ sexualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada remaja putri, tandanya adalah menstruasi yang pertama, sedangkan remaja pria, air maninya sudah cukup matang. Perubahan-perubahan sekunder juga mulai muncul. Badan bertambah tinggi dengan cepat. Pada anak laki-laki suaranya mulai membesar, timbul jakun, otot-otot mulai tumbuh. Pada anak wanita dada dan pinggul membesar. Pada kedua jenis kelamin mulai tumbuh rambut pubis. Perkembangan semacam ini cepat menuntut penyesuaian tingkah laku yang cepat pula. Tetapi, umumnya penyesuaian tingkah laku tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan. Karena itu sering kali kita jumpai remaja tingkah lakunya serba canggung, badannya sudah gede, tetapi tingkah lakunya masih seperti anak kecil.

Dengan matangnya fungsi-fungsi sexual, maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan sexualnya. Kebudayaan kita tidak menginginkan hubungan sexual diluar nikah atau perkawinan Gereja Katholik. Pada hal perkawinan biasanya menuntut persyaratan yang berat dan baru dapat dilakukan beberapa tahun setelah masa remaja. Karena itu para remaja terpaksa mencari pemuasannya kepada khayalan, membaca buku atau menonton film cabul dan sebagainya, yang sering menyulitkan orang tua dan para pendidik di sekolah baik tingkat dasar maupun menengah. Persoalan ini kurang nampak pada masyarakat pedesaan dimana perkawinan terjadi pada waktu individu-individu masih sangat muda, atau pada masyarakat yang sudah sangat maju dimana dibenarkan hubungan sexual sebelum perkawinan.

Menghadapi remaja, orang tua secara bijaksana harus sedikit demi sedikit melepaskan kontrolnya, agar anak tersebut benar-benar dapat berdiri sendiri kalau dewasa. Orang tua yang mau mempertahankan otoritasnya meskipun anak sudah dewasa, akan menghadapi kenyataan bahwa anak tersebut selamanya akan tetap tergantung pada orang tuanya, tidak pernah menjadi dewasa sepenuhnya dalam kepribadiannya.

Dengan kehadiran dunia teknologi yang begitu amat pesat dapat merubah budaya original yang ada dibangsa ini. Dulu yang bisa mengakses internet boleh dikatan hanya orang-orang tertenu saja. Timor Leste yang memperoleh kemerdekaan pada tuntutan zaman teknologi modern menyebabkan menuntu banyak orang harus cari tahu bagaimana cara menggunakan atu menoperasikan barang-barang teknologi yang ada. Dengan sudah mengetahui bagaimana cara menggunakan, para mahasiswa hampir 24Hrs bergulat dengan internet dengan alas an cari tugas yang diberikan dari sekolah atau Pak Dosen. Ada yang saling menukar informasi dan akhirnya menuju ke perkenalan satu sama lain.

Orang tua sering merasa terganggu ketika mengetahui anak mereka membuang waktu yang berharga dan uang yang dengan susah payah dicari demi hal-hal yang bertentangan dengan prinsip Alkitab. Misalnya, kita resah jika melihat bahwa anak-anak muda menghabiskan waktu berjam-jam untuk keluar tengah malam dan berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak senonoh,(Ul 6:4-9)

Sebagai orang tua apakah Anda menyediakan waktu dengan anak Anda, mengasihi dengan tanpa syarat, dan mencoba memahami mereka? Jika tidak, mungkin Anda akan membuat mereka lari kepada tangan terbuka dari orang-orang yang mungkin menjawab kebutuhan mereka, tetapi tidak peduli terhadap mereka. "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang Ku-perintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:4-9). "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)

Oleh sebab itu, di dalam Kitab Ulangan 6:6-9, kita diperintahkan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada anak-anak secara berulang-ulang; apabila kita duduk di rumah, apabila kita sedang dalam perjalanan, apabila kita berbaring, dan apabila kita bangun. Bahkan, pengajaran yang berulang-ulang itu juga memakai metode visualisasi dengan mengikatkan sebuah kotak kecil berisi firman Tuhan sebagai tanda pada tangan dan hal itu harus menjadi lambang di dahi, serta harus dituliskan pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang.

*Penulis adalah wartawan STL, oki98@ymail.com

Sem comentários:

Enviar um comentário

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.