Apakah Nurani Pemimpin Timor Leste Telah Mati?
By: A. Jose C. Da Cunha
Membaca beberapa artikel di forum-haksesuk.blogspot.com, tentang draft undang-undang yang diajukan oleh beberapa petinggi di Timor Leste untuk mendapatkan fasilitas dan kemudahan bagi kehidupan mereka ketika masa pensiun tiba memang sangat mengejutkan saya. Di tengah banyaknya masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, para pemimpin bangsa ini bukannya berusaha untuk menyusun draft undang-undang (UU) yang berpihak pada rakyat banyak, tapi malah menyusun sebuah draft UU yang lebih mengutamakan kepentingan mereka di masa tua mereka (pensiun). Memang wajar dan adalah sebuah kewajiban jika negara menghargai para pemimpin bangsa yang pernah memerintah dan mengabdi untuk kemajuan dan kemakmuran sebuah bangsa. Namun akan menjadi tidak wajar lagi ketika kita melihat situasi dan kondisi ekonomi masyarakat Timor Leste yang masih di berada di bawah rata-rata standar kehidupan. Ketika rakyat masih menderita, ketika seorang suami masih berjuang hanya untuk mendapat sepering nasi bagi makan keluarganya, ketika para orang tua masih terus memikirkan jalan yang terbaik bagi pendidikan anak-anak mereka, dan ketika masa di mana orang-orang (rakyat) masih sangat sulit untuk mendapatkan kehidupan yang layak, kita malah dikejutkan oleh ambisi memperkaya diri para pejabat bangsa ini. Dengan menggunakan kekuasaan yang mereka miliki, para pemimpin negeri ini malah menyusun sebuah draft UU yang mengatur tentang hari tua mereka. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata draft UU ini telah disetujui pada tahun 2007. Itu berarti setelah 2 tahun baru publik mengetahuinya. Mungkinkah para pemimpin bangsa ini sengaja menyembunyikannya? semoga tidak.
Sungguh menyedihkan membaca realitas yang terjadi. Masih adakah nurani para pemimpin bangsa ini? Jika para pemimpin bangsa ini memiliki nurani, tentunya mereka tidak akan menuntut sesuatu yang lebih, ketika melihat rakyat yang telah menjadikan mereka sebagai orang besar dan hebat masih menderita dan menanggis menahan lapar. Sungguh tidak mulia ambisi yang dimiliki oleh sebagian dari para pemimpin bangsa ini. jika demikian, timbul sebuah pertanyaan dalam benak, apakah nurani para pemimpin bangsa ini telah mati?
.
Mantan Perdana Menteri Timor Leste Mari'i Alkatiri menerima uang pensiun sebesar US$ 612.000.000. Wow...itu sebuah angka yang fantastis, bagi sebuah negeri kecil yang masih bergantung banyak pada bangsa lain. Uang itu sangat banyak jika hanya diberikan kepada satu orang saja. Bayangkan, tidak hanya uang yang mereka terima, tapi mereka juga masih mendapatkan sejumlah fasilitas yang akan memanjakan hidup mereka pada hari tua nanti. Di manakah nurani para pemimpin bangsa ini? apakah mereka kira bahwa saat ini rakyat Timor Leste telah keluar dari kemiskinan dan kebodohan? Apakah mereka berpikir bahwa mereka telah sukses membangun dan mengsejahterakan kehidupan rakyat Timor Leste pada umumnya? bukankah akan lebih baik jika uang sebanyak itu untuk sementara digunakan bagi pemberdayaan masyarakat miskin yang saat ini masih hidup dalam kesusahan? membuka lapangan kerja yang memadai, sehingga tidak ada lagi pengangguran? meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri, sehingga dapat mengentaskan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan? mengembangkan kompetensi generasi muda yang berprestasi di bidang olah raga, sehingga dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional? tapi, yah...mau bagaimana lagi? mungkin ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki pengaruh atau kekuatan untuk menggugat dan membatalkan draft undang-undang yang telah di sahkan tersebut.
Sungguh sangat menyedihkan, bila nurani para pemimpin bangsa ini telah mati. Entah apa yang sedang mereka rencanakan untuk masa depan negara ini? Akan kemana mereka membawa rakyat bangsa ini di masa yang akan datang? rakyat telah banyak mengalami penderitaan dan kepahitan hidup. Penderitaan dan kepahitan yang timbul dari ambisi para pemimpin untuk memuaskan nafsu dan kenyamanan diri sendiri. Di tengah-tengah dunia yang masih mengalami krisis ekonomi, para pemimpin bangsa ini malah mengesahkan sebuah draft UU yang sangat menyakitkan hati semua rakyat Timor Leste dan tidak rasional. Bahkan Amerika Serikat (AS) saja, yang merupakan kiblat ekonomi dunia, di tengah-tengah krisis ekonomi ini, memotong sebagian gaji para eksekutifnya, baik itu yang ada di pemerintahan maupun para CEO yang ada perusahaan-perusahaan besar semacam General Motors (GM). Bayangkan, negara kaya saja melakukan pemotangan disana-sini bagi para ekseskutifnya. Para pemimpin di Timor Leste malah menyusung mengesahkan sebuah UU untuk memperkaya diri mereka. Kongres AS meloloskan stimulus ekonomi yang diajukan oleh presiden Barack Obama sebesar US$ 787 milliar yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang terus meningkat di tengah-tengah krisis yang melanda, pemotongan pajak, pembangunan jalan, jembatan dan sebagainya. Jika pemerintah AS saja melakukan seperti itu, menggapa pemerintah Timor Leste tidak bisa melakukan hal yang sama? Bukankah Timor Leste saat ini menggunakan dollar AS? mata uang dari negara adi daya yang saat ini sedang tergoncang ekonominya? Di sini, saya tidak mencoba untuk menyamakan Timor Leste dengan AS. Karena tentu antara kedua negara ini bagaikan bumi dan langit. Tapi, saya hanya ingin mengatakan bahwa negara yang mata uangnya (US$) kita gunakan saja para pemimpinnya (Presiden Barack Obama) berupaya melakukan penyelamatan di sana-sini (dana talangan) dengan mengurangi gaji para pejabatnya, kok di Timor Leste para pemimpinnya malah berupaya memperkaya diri mereka.
Sebagai sebuah bangsa kecil yang bebas merdeka, TImor Leste sangat beruntung sebagai sebuah negara. Beruntung karena, mungkin Timor Leste adalah satu-satunya negara yang menggunakan dollar AS. Sebuah mata uang yang memiliki nilai maupun pengaruh sanggat besar bagi sistem perdagangan internasional, terutama perdagangan di negara-negara berkembang. Entahlah, sampai kapan Timor Leste akan terus mengunakan dollar AS ini. Apakah pemimpin bangsa ini telah memikirkan bagaimana Timor Leste di masa yang akan datang, jika suatu saat nanti tidak lagi menggunakan mata uang dollar AS. Atau mungkin juga para pemimpin Timor Leste telah memikirkannya dan tahu bahwa masa itu tidak lama lagi akan tiba, sehingga mereka cepat-cepat menyusun sebuah draft undang-undang, yang pada akhirnya nanti dapat menyelamatkan mereka ketika masa itu tiba (Saat Timor Leste tidak lagi memakai US$). Dan membiarkan rakyat Timor Leste terus hidup dalam kemiskinan sama seperti masyarakat Zimbabwe, di mana mata uangnya yang digunakan hanya untuk membeli satu potong roti saja tidak cukup? Jika pun suatu hari nanti Timor Leste tidak lagi menggunakan dollar AS, maka kiranya itu tidak akan membuat bangsa ini jatuh terpuruk ke dalam jurang yang sangat dalam. Akan sangat mengerikan, apalagi penyebabnya karena keserakahan para pemimpin bangsa ini.
Saya berharap agar para pemimpin bangsa ini, bisa menggunakan nurani mereka dengan jujur dan menyadari bahwa keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang mereka ambil pada dasarnya untuk kepentingan rakyat banyak. bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan mereka. Saya berharap para pemimpin bangsa ini, mau merenungkan kembali tujuan perjuangan bangsa ini menuju kemerdekaan. Apakah perjuangan mengapai kemerdekaan bangsa ini hanya untuk mewujudkan kepentingan segelintir orang sajakah? ataukah untuk kepentingan rakyat Timor Leste pada umumnya? Jawabannya ada pada para pemimpin itu sendiri. Karena saat ini, sebagian besar dari para pemimpin bangsa ini adalah orang-orang yang dulu berada di balik perjuangan bangsa Timor Leste mengapai kemerdekaan. Semoga mata hati pemimpin negeri ini belum tertutup untuk terus memikirkan kemakmuran rakyat dan pembangunan bangsa ini. Dan semoga pemimpin bangsa ini bisa membangun sebuah pondasi yang kokoh bagi generasi berikutnya yang akan melanjutkan perjuangan mereka bagi kemajuan bangsa ini. Saya menyadari bila setiap generasi pasti memiliki masa yang berbeda denga segala macam problematikanya sendiri-sendiri, namun jika generasi berikutnya mewarisi sebuah pondasi yang tidak kokoh dari generasi saat ini, maka perlahan namun pasti bangsa ini hanya akan menunggu masa jatuhannya tiba. Jika demikian, lalu apa gunanya perjuangan dan pengorbanan yang selama ini telah ada? akhirnya, mudah-mudahan nurani para pemimpin Timor Leste belum mati dan tidak akan pernah mati. Amin. Viva Timor Leste.
Penulis:
Mahasiswa Manajemen Stratejik
Unika Widya Mandala Surabaya-Indonesia.
Sungguh sangat menyedihkan, bila nurani para pemimpin bangsa ini telah mati. Entah apa yang sedang mereka rencanakan untuk masa depan negara ini? Akan kemana mereka membawa rakyat bangsa ini di masa yang akan datang? rakyat telah banyak mengalami penderitaan dan kepahitan hidup. Penderitaan dan kepahitan yang timbul dari ambisi para pemimpin untuk memuaskan nafsu dan kenyamanan diri sendiri. Di tengah-tengah dunia yang masih mengalami krisis ekonomi, para pemimpin bangsa ini malah mengesahkan sebuah draft UU yang sangat menyakitkan hati semua rakyat Timor Leste dan tidak rasional. Bahkan Amerika Serikat (AS) saja, yang merupakan kiblat ekonomi dunia, di tengah-tengah krisis ekonomi ini, memotong sebagian gaji para eksekutifnya, baik itu yang ada di pemerintahan maupun para CEO yang ada perusahaan-perusahaan besar semacam General Motors (GM). Bayangkan, negara kaya saja melakukan pemotangan disana-sini bagi para ekseskutifnya. Para pemimpin di Timor Leste malah menyusung mengesahkan sebuah UU untuk memperkaya diri mereka. Kongres AS meloloskan stimulus ekonomi yang diajukan oleh presiden Barack Obama sebesar US$ 787 milliar yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang terus meningkat di tengah-tengah krisis yang melanda, pemotongan pajak, pembangunan jalan, jembatan dan sebagainya. Jika pemerintah AS saja melakukan seperti itu, menggapa pemerintah Timor Leste tidak bisa melakukan hal yang sama? Bukankah Timor Leste saat ini menggunakan dollar AS? mata uang dari negara adi daya yang saat ini sedang tergoncang ekonominya? Di sini, saya tidak mencoba untuk menyamakan Timor Leste dengan AS. Karena tentu antara kedua negara ini bagaikan bumi dan langit. Tapi, saya hanya ingin mengatakan bahwa negara yang mata uangnya (US$) kita gunakan saja para pemimpinnya (Presiden Barack Obama) berupaya melakukan penyelamatan di sana-sini (dana talangan) dengan mengurangi gaji para pejabatnya, kok di Timor Leste para pemimpinnya malah berupaya memperkaya diri mereka.
Sebagai sebuah bangsa kecil yang bebas merdeka, TImor Leste sangat beruntung sebagai sebuah negara. Beruntung karena, mungkin Timor Leste adalah satu-satunya negara yang menggunakan dollar AS. Sebuah mata uang yang memiliki nilai maupun pengaruh sanggat besar bagi sistem perdagangan internasional, terutama perdagangan di negara-negara berkembang. Entahlah, sampai kapan Timor Leste akan terus mengunakan dollar AS ini. Apakah pemimpin bangsa ini telah memikirkan bagaimana Timor Leste di masa yang akan datang, jika suatu saat nanti tidak lagi menggunakan mata uang dollar AS. Atau mungkin juga para pemimpin Timor Leste telah memikirkannya dan tahu bahwa masa itu tidak lama lagi akan tiba, sehingga mereka cepat-cepat menyusun sebuah draft undang-undang, yang pada akhirnya nanti dapat menyelamatkan mereka ketika masa itu tiba (Saat Timor Leste tidak lagi memakai US$). Dan membiarkan rakyat Timor Leste terus hidup dalam kemiskinan sama seperti masyarakat Zimbabwe, di mana mata uangnya yang digunakan hanya untuk membeli satu potong roti saja tidak cukup? Jika pun suatu hari nanti Timor Leste tidak lagi menggunakan dollar AS, maka kiranya itu tidak akan membuat bangsa ini jatuh terpuruk ke dalam jurang yang sangat dalam. Akan sangat mengerikan, apalagi penyebabnya karena keserakahan para pemimpin bangsa ini.
Saya berharap agar para pemimpin bangsa ini, bisa menggunakan nurani mereka dengan jujur dan menyadari bahwa keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang mereka ambil pada dasarnya untuk kepentingan rakyat banyak. bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan mereka. Saya berharap para pemimpin bangsa ini, mau merenungkan kembali tujuan perjuangan bangsa ini menuju kemerdekaan. Apakah perjuangan mengapai kemerdekaan bangsa ini hanya untuk mewujudkan kepentingan segelintir orang sajakah? ataukah untuk kepentingan rakyat Timor Leste pada umumnya? Jawabannya ada pada para pemimpin itu sendiri. Karena saat ini, sebagian besar dari para pemimpin bangsa ini adalah orang-orang yang dulu berada di balik perjuangan bangsa Timor Leste mengapai kemerdekaan. Semoga mata hati pemimpin negeri ini belum tertutup untuk terus memikirkan kemakmuran rakyat dan pembangunan bangsa ini. Dan semoga pemimpin bangsa ini bisa membangun sebuah pondasi yang kokoh bagi generasi berikutnya yang akan melanjutkan perjuangan mereka bagi kemajuan bangsa ini. Saya menyadari bila setiap generasi pasti memiliki masa yang berbeda denga segala macam problematikanya sendiri-sendiri, namun jika generasi berikutnya mewarisi sebuah pondasi yang tidak kokoh dari generasi saat ini, maka perlahan namun pasti bangsa ini hanya akan menunggu masa jatuhannya tiba. Jika demikian, lalu apa gunanya perjuangan dan pengorbanan yang selama ini telah ada? akhirnya, mudah-mudahan nurani para pemimpin Timor Leste belum mati dan tidak akan pernah mati. Amin. Viva Timor Leste.
Penulis:
Mahasiswa Manajemen Stratejik
Unika Widya Mandala Surabaya-Indonesia.
Sem comentários:
Enviar um comentário
Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.