VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20071011

Suara Tuhan dan Panggilan untuk Merangkul Semua Perbedaan

http://farm1.static.flickr.com/119/314067362_be2c17dc0a.jpg

Oleh: Samoro-Maliya’in

Kadang karena faktor manusia, banyak orang lebih bertendensius ke topik-topik politik dan uang, daripada memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk berpikir dan berdialog dengan Tuhan melalui ruang dan waktu yang tidak ada batas-batas cakrawalanya. Kitapun diberi kesempatan untuk bernostalgia diplanet ini, maka adalah sudah sepantasnya kalau kitapun selalu mempersiapkan diri setiap saat untuk dekat denganNya karena dalam keadaan senang dan susah bahagia atau sedih kita tetap diberi waktu untuk berpikir kedepan sambil mengisi hidup sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mungkin ada benarnya juga bahwa kesadaran jiwa dan raga kita akan Tuhan bukan karena kita mengenal uskup, pastor, suster dan lain-lain tetapi karena kesadaran dan kerinduan tersendiri bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kemampuan serta kekuasaan yang sunguh dibutuhkan oleh jiwa dan raga dalam membangun bangsa dan Negara serta dalam kehidupan religius sebagai partner terpenting dalam membangun disegala sektor pembangunan bangsa.

Politik itu penting demi dinamika pembangunan sebuah bangsa yang didukung dengan perencanaan dan alokasi angaran yang tepat efektif dan efisien. Namun politik kadang selalu bertentangan karena kepentingan dan ambisi. Politik yang harus didukung adalah politik yang memiliki rasio daripada idealisme, karena orang yang memiliki rasio berpolitik biasanya penuh pertimbangan dan daya anilisis yang tajam akan konsekuensinya sehingga bisa dihindari jika akibatnya merugikan kepentingan nasional. Hasil dari perkembangan Politik yang baik adalah merupakan hasil dari kwalitas hati nurani yang baik pula ( good will/boa fé para o bem do comum). Disanalah letak nasionalisme, patriotisme serta kharisma kepemimpinan bangsa untuk mengantarkan rakyatnya dalam pergaulan dunia yang multi etnis, multiinterrest dan beradab.

Ditimor-Leste ada banyak ratusan politikus, dan itu baik, Cuma menyayangkan karena sebagian besar dari mereka mencampur adukkan masalah politik, ekonomi, keadilan, demokrasi, hak asasi manusia, keamanan dan kekuasaan, dimana menyebabkan semua inti masalah diatas tidak pada porsinya, sehingga untuk menyelesaikannyapun kadang sulit karena kesadaran akan transparansi tidak ada serta rasa anti akibat stress, depresi serta ketidakdewasaan dalam menguasai konsep politik lebih dominan, sehingga setiap aktor yang sedang mencari identitas diri sangat mudah mempengaruhi massa untuk bertindak serta kadang sangat sulit dikontrol.

Penulis melihat bahwa itu semua terjadi akibat dari kesalahan kebijaksanaan kepemimpinan bangsa dalam menciptakan situasi dan kondisi yang aman dan kondusif bagi rakyat, seperti lapangan kerja dan keseimbangan taraf hidup seluruh rakyat. Realitas hidup tersebut telah menyebabkan banyak orang seperti buta huruf, orang-orang pintar, orang akademik, pegawai negeri sipil, FDTL, PNTL, ex gerilyawan, rakyat kecil, kelompok politik, orang beriman, pengusaha dan lain-lain menjadi korban stress dan depresi yang berkepanjangan. Jadi terkesan atmosfer politik diTimor-Leste itu sakit,semrawut dan tidak sehat sehingga sangat berpotensi konflik serta sangat fragil dalam kerusuhan, penjarahan dan kekerasan.

Dari realitas sosial yang ada menjadikan semua orang untuk akrab dengan perasaan emosional untuk anti antara yang satu dengan yang lain dimana porsi politik bukan lagi menyangkut masalah kemampuan dan profesionalisme untuk membangung bangsa dan negara kedepan, tetapi dijadikan sebagai ajang untuk saling bertempur, saling menjatuhkan serta saling balas dendam. Sehingga filsafat dan ideologi serta praktek social politikpun diasumsikan sebagai penyebab anarkisme, tirani, vandalisme, premanisme, kekerasan dan lain-lain.

Dengan terjadinya tensi social politik dan keamanan didalam negeri telah dengan sendirinya melibatkan ratusan ribu orang secara spontan untuk terlibat dalam berbagai aksi pro dan anti. Aksi-aksi tersebut semakin berkembang dimana urusan politik bukan lagi talenta dan kompetensi, tetapi telah melibatkan mulai dari rakyat kecil, generasi muda, kaum awam hingga ke kelas atas untuk saling bertentangan dalam berbagai isu dan konflik. Aksi-aksi tersebut secara demokratis bisa diterima asalkan tujuanya jelas, transparan, disiplin, dewasa dan bertangung jawab.

Aksi-aksi pro dan kontra adalah wajar tetapi aktor-aktor dibelakang skenariopun harus menyadari diri untuk belajar lebih baik dan dewasa bahwa antara hak dan kewajiban harus ada keseimbangan.

Penulis ingin menhimbau kepada saudara saudari setanah air bahwa adalah adil juga, jika kita semua biarkan proses peradilan itu berjalan pada porsi relnya, karena eksistensi pro kontra itu sama dengan menganulir kekuatan hukum itu sendiri. Biarkanlah proses awal itu berjalan untuk membongkar semua kedok dan rahasia yang selama ini tidak diketahui oleh rakyat Timor-Leste.

Jika penangkapan terhadap seseorang yang diduga bersalah berlanjut diseluruh pelosok tanah air, itu pertanda baik serta Timor-Leste ditantang untuk menciptakkan keamanan dan ketenangan yang kondusif kedepan (artinya ada harapan besar).

Namun jika ada eksistensi massa yang menuntut agar yang ditangkap harus dibebaskan tampa syarat, maka kedepan jika ada eksistensi massa lain (contohnya dari Fretilin) yang menuntut hal yang sama terhadap mantan Perdana-menteri atau mantan Menteri Dalam Negeri dan lain-lainya dalam penjara untuk dibebaskan, maka janganlah berkotek untuk tidak setuju, karena kedua belah pihak pro dan kontra memang tidak mengerti apa yang sedang diperjuangkannya serta tujuannya tidak jelas sehingga akibatnya rakyat dan keluarga korban tetaplah menderita karena tidak pernah ada proses peradilan didalam negeri dan jika adapun prosesnya tersendat-sendat. Maka yang lebih bersalah bukanlah orang yang sudah ditangkap oleh pihak berwenang untuk diproses tetapi adalah actor-aktor yang mengerakkan massa yang sesunguhnya tidak menginginkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban diTimor-Leste. Adalah penting juga kalau kita semua menyadari tugas-tugas pihak berwenang serta mendukung proses peradilan bagi actor-aktor criminal diTimor-Leste, hal itu merupakan kontribusi tertinggi sebagai warga Negara yang baik bagi bangsa dan Negara untuk menciptakan stabilitas nasional.

Untuk itu adalah urgen bagi negarawan untuk berpikir menormalisasikan situasi dengan berpaling kepada cara berpolitik Tuhan ketika dalam misi bersama rasul-rasulNya untuk menyebarkan khabar cinta kasih ke seluruh dunia.Dalam konteks Timor-Leste semua pemimpin bangsa harus berani meminta maaf kepada seluruh rakyat serta harus mampu mengembalikkan situasi dan kondisi menjadi normal, tenang dan aman. Rakyat Timor-Leste tidak akan meminta mujiksat dari semua pemimpin bangsa tetapi yang rakyat sedang menunggu adalah Negara harus jantang menegakkan hukum dan keadilan tampa pandang buluh, menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat dengan membuka lapangan kerja yang berlimpah diseluruh negeri serta melanjutkan pembangunan disemua sektor secepatnya sebagai jawaban dari pemimpin yang bijaksana serta mampu merangkul, mendengar, mempertimbangkan dan memutuskan penyelesaianya bagi semua perbedaan dinegeri ini.

Pemimpin yang pintar, bijaksana dan rendah hati selalu mementingkan suara rakyat dan inilah pemimpin yang dirindukkan oleh rakyat Timor-Leste selama-lamanya. Namun bukan berarti seluruh rakyat diTimor-Leste harus dimanjakkan oleh pemimpin bangsa untuk mencari popularitas karena bila demikian maka sulit untuk mendidik rakyat menjadi dewasa dalam berbangsa dan bernegara. Kita semua dituntut bahkan didesak untuk tunjukkan kemampuanya dalam menyadarkan kelompok-kelompok massa termasuk actor-aktor skenarionya untuk mencintai iklim perdamaian dan stabilitas nasional. Soal tuntutan keadilan itu adalah wajar karena kebenaran tetaplah kebenaran asalkan jangan mengunakan gaya premanisme, vandalisme dan kekerasan untuk meraih popularitas dan identitas diri sebagai actor scenario terbaik dilingkungan-lingkungan masyarakat.

Kerinduan akan stabilitas nasional bisa dicapai juga jika peranan negara-negara tetanggapun harus lebih pro aktif, bukan hanya soal pengiriman tentara dan polisi, tetapi adalah kuat dan masuk akal kalau Negara-negara tetanggapun ikut terlibat sangat kuat dalam pengembangan pembangunan perekonomian bangsa. Salah satu contoh adalah dengan ditariknya pipe line minyak dan gas dari Greatest Sun Rise serta sumber-sumber lainya ke daerah selatan diTimor-Leste, maka lapangan kerja segera diperluas serta menyerap ribuan tenaga kerja serta menyadarkan orang Timor untuk belajar lebih trampil dan professional sehingga dalam waktu yang bersamaan telah mulai menyembuhkan penyakit masyarakat yang disebut stress, depresi social, vandalisme, premanisme, kekerasan dan lain-lain.

Penulis dan tentunya seluruh rakyat sangat terharu dan bangga dengan pernyataan Perdana Menteri John Howard (18.7.2006) yang menjanjikkan bahwa Australia tetap siap membantu Timor-Leste kapanpun diminta. Maka yang sangat fundamen bagi Timor-Leste adalah faktor kondusif keamanan dan penegakan hukum yang kuat dan tegas serta perluasan lapangan kerja termasuk mendirikkan basis pengolahan minyak dan gas didaerah selatan Timor-Leste yang didukung oleh pembangunan berbagai fasilitas pariwisata yang berorientasikan cinta lingkungan dan mendukung sektor pertanian secara luas, harus menjadi prioritas dan politik Australia diTimor-Leste. Secara strategis dan taktis apabila secara umum Timor-Leste aman, kondusif, maju serta sejahtera maka peluang gerakan-gerakan lain yang anti globalisasi yang bertujuan menganggu Australia dan wilayah-wilayah regional lainnya bisa diatasi dengan kerja sama yang sehat dan kuat akibat Timor-Lestepun bisa dipercaya dan diandalkan untuk menjaga keamanan, ketertiban dan perdamaian dunia kapanpun dibutuhkan. Australia akan berhasil diTimor-Leste serta dalam kawasan Asia dan pasifik dalam konteks keamanan jika secepatnya membantu Negara baru ini menjadi independent dan maju untuk menciptakan kerja sama yang kuat dan terkontrol dalam menjaga kawasan regional serta ancaman-ancaman global lainnya. Hal tersebut bisa diterima karena antara kepentingan nasional dan kepentingan kawasan regional adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan dalam konteks kerja sama ekonomi, politik dan keamanan.

Hal-hal menyangkut konsekuensi politik masa lalu itu sudah tidak relevan lagi. Kedepan Timor-Leste ingin senyum dan sehat seperti Australia, bahkan ingin memeluk planet bumi ini dalam bingkai perdamaian khususnya kawasan regional asia dan pasifik.

Dalam konteks diatas kepemimpinan bangsa yang dibutuhkan oleh Timor-Leste kedepan bukan figure kepemimpinan yang bermasalah, tetapi adalah kepemimpinan yang merangkul semua perbedaan dan menjadi sahabat komunitas internasional. Sehingga Pemimpin yang dibutuhkan oleh rakyat Timor-Leste kedepan bukan hanya pintar dan mampu mengatur manajemen administrative pemerintah, tetapi yang lebih penting lagi adalah mampu merangkul perbedaan, mendengarkan, mempertimbangkan, memutuskan secara berani, adil dan damai tampa harus memihak.

Semua orang yang terpanggil untuk menjadi pemimpin diTimor-Leste bukan hanya mampu memimpin tetapi dituntut untuk menjadi guru bagi semua pemimpin dalam berbagai misi. Terkesan sebagian pejabat diTimor-Leste tidak perlu pintar dan mampu yang penting memenuhi persyaratan “asal bapak senang”, Kita berharap dengan kejadian-kejadian yang berlalu sudah bisa memberikan pelajaran kepada bangsa dan Negara bahwa selama empat tahun memiliki pemerintahan ternyata telah terjadi kesalahan besar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu yang telah mengorbangkan ratusan ribu rakyat yang tidak berdosa dan itu merupakan hasil dari penempatan orang yang tidak tepat dan cocok pada posisi yang salah, sehingga hasil kebijaksanaanpun akan ikut salah dan mengorbangkan banyak orang menjadi susah dan menderita.

Namun dibalik itu semua dengan adanya kesusahan hidup didalam negeri yang berkepanjangan, telah menciptakan banyak iklim kepentingan dan ambisi, dimana untuk mendapatkan posisi bukan karena mampu, pintar serta professional tetapi yang penting pintar merunduk kepala, berlutut dan menjilat kaki dan sepatu pejabat-pejabat tertentu agar cepat mendapat kedudukkan dan fasilitas serta proyek untuk menyambung hidup dan memperoleh nama didalam masyarakat. Kedudukan, fasilitas serta proyek-proyek tadi entah berguna bagi masyarakat atau tidak itu urusan belakangan, tapi kalau rakyat mulai marah dengan “people powernya” baru para penjilat, lari kalang kabut mencari tempat-tempat aman untuk menyelamatkan diri dan keluarga. Kata orang “berani karena benar, takut karena salah”, namun itulah manusia yang selalu memiliki kelemahan dan kekurangan, yang penting dari semua ini adalah para pelaku yang terbukti bersalah berani dan jantang mengakui kesalahan mereka didepan rakyat demi contoh yang baik dan demi ketenangan hidup bangsa dan Negara secara berkelanjutan.

Semua kesusahan yang terjadi selama ini mengingatkan dan menyadarkan kita semua untuk sadar serta bersabar melakukan perenungan yang mendalam serta sunguh-sunguh mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita semua terpanggil untuk melakukan perenungan, berpikir sedikit kebelakang tentang semua dosa-dosa yang telah berlalu kita lakukan hingga hari ini. Tuhan mencintai umatnya diseluruh dunia, tetapi seringkali kita sendiri yang sengaja menjauhkan diri dariNYA karena sifat egois, arogan, oportunis, ambisi dan nafsu duniawi yang telah menyebabkan jarak yang jauh antara kita dengan Tuhan Sang Pencipta.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, masih ada banyak orang dilingkungan kita yang tidak percaya kepada Tuhan dan pesan-pesan kudusNya. Masih ada yang beragama tapi tidak percaya dan mereka mengangap Iman dan agama itu hanya sebatas identitas religius dan sebuah idealisme kosong.

DiTimor-Lestepun sama, ada ratusan ribu umat Kristen tetapi yang percaya dan yang mencintai teladan cinta kasih hanyalah sebagian kecil umat. Jika kita bertanya kepada seorang ateis yang sedang mengunakan sebuah arloji indah dipergelangan tangannya bahwa itu milik siapa? Sang ateis itu pasti akan menjawab bahwa itu miliknya dan merupakan produk dari Negara maju. Namun jika kita bertanya bahwa dia ( sang ateis) itu milik siapa? Dia pasti menjawab dengan kesombongan yang sangat tinggi, keliru dan palsu bahwa dia ada karena eksistensinya sendiri dan dia tidak ada yang memilikinya serta menciptakanya. Terkesan sekali dari sang ateis bahwa bagi mereka Tuhan itu hanyalah suatu argumen filosofis dan teologis.

Jika kita merendahkan diri serta berusaha dalam perenungan kita maka suara hati kita yang paling dalam akan menjawab bahwa Tuhan itu ada bersama kita baik dalam situasi bahagia maupun dalam situasi sedih. Penulis menyadari bahwa jangan membutuhkan kehadiran Tuhan itu hanya dalam sekejap waktu, karena disanalah letak sebenarnya kekeliruan manusia. Setiap usaha manusia selalu diberkati olehNYA baik dalam kesuksesan maupun dalam kegagalan. Kata orang berjiwa besar, bahwa “kegagalan hari ini adalah kesusksesan yang tertunda dan kesuksesan hari ini pertanda bisa gagal di masa depan”. Hidup ibarat sebuah pertandingan dilapangan yang bisa jatuh bangung, asalkan jangan dituduhkan semuanya kepada Tuhan sebagai vonis dari nasib yang sifatnya apatis dan tidak mau berusaha menantang tantangan dan hambatan, karena jiwa manusia moderen adalah selalu berusaha mencari jalan keluar, bukan menyerah lalu menuduh Tuhan sebagai penyebab nasib kita.

Namun zaman moderen ini manusia-manusia oportunis, arogan dan egois selalu sulit mengakui Tuhan jika mereka sedang berada didalam iklim kebahagiaan, kenikmatan, ambisi serta dalam keadaan temperamen yang tinggi. Disana mereka merasa rendah, malu dan minder jika mereka menyentuh tentang kepercayaan mereka kepada Tuhan didepan orang lain yang mempunyai pengaruh dalam kehidupan elite karena mereka menyadari bahwa sebagian besar kehidupan elite politik dan ekonomi berasumsi bahwa Tuhan itu adalah sebuah argumen yang abstrak dan penuh idealisme belaka.

Penulis menyadari dan penuh keyakinan bahwa eksistensi Tuhan itu dapat dibuktikan melalui berbagai dimensi ruang,waktu dan proses dan salah satunya adalah terjadinya udara pernapasan atau nafas makhluk hidup. Dimana walaupun seluruh dunia telah memasuki halaman baru kehidupan moderen dengan berbagai fasilitas teknologi dan informatika, namun manusia tetap belum bisa menjawab bagaimana mereka bisa mengatur aliran pernapasan yang keluar masuk ketubuh makhluk hidup untuk menhidupkan mereka, beraktivitas sepanjang hidupnya diplanet bumi ini. Jika teknologi bisa membangungkan kematian darah, daging, tulang, jantung, otak dan sel-sel genetika serta mengaktifkanya kembali seperti sedia kala, maka penulis tidak akan ragu sedikitpun bahwa orientasi iman manusia diseluruh dunia akan menjadi kecil serta kepercayaan mereka terhadap imanpun akan segera hilang serta sulit dipertahankan eksistensinya. Zaman klonin adalah hasil kemajuan teknologi mutakhir yang wajar dalam ilmu kedokteran dan kesehatan, namun hanya sebatas menhidupkan dan mengontrol perkembangan janin menjadi bayi serta tetap tidak bertangungjawab terhadap proses membangungkan kematian. Ini artinya kemampuan manusia, kesombongan manusia tidak bisa dipertaruhkan dan disamakan dengan Kuasa Sang Pencipta.

Dalam konteks berbagai malapetaka yang melanda dunia serta lebih khususnya krisis yang melanda Timor-Leste ini, Penulis ingin mengajak semua untuk berpikir sejenak, memaksa diri masing-masing untuk merenungkan bahwa adalah urgen sekali jika kita terpanggil untuk menyelamatkan negara dan bangsa masing-masing dengan jalan kembali kejalan Tuhan. Kita perlu menyesali semua dosa-dosa yang kita lakukan melalui berpikir negatif, berbicara negatif serta bertindak negatif terhadap sesama kita.

Kadang kita mendengar para pemimpin bangsa panik dan mencoba mengumumkan situasi krisis nasonal, situasi emergengsi serta situasi transisi. Semua itu hanyalah suatu simtomas yang terjadi dipermukaan kulit akibat pengaruh dari penyebab yang paling dalam yang butuh perhatian ekstra untuk disembuhkan, karena penyebab tersebut adalah inti darpada semua simtomas yang terjadi dipermukaan kulit tadi.

Inti tersebut adalah suara Tuhan didalam jiwa dan raga kita. Karena Tuhan adalah partner kemampuan kita, partner energi kita, partner kepintaran kita, partner analisa kita, partner penjabaran kita, partner pertimbangan rasio kita serta partner keputusan dan pelaksanaan untuk mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara baik dari dalam keluarga, masyarakat dan Negara. Jika kita tidak memiliki energi dari sumber yang sama tadi maka manusia diseluruh dunia hanya mampu menciptakan kesusahan dari hasil teknologi dan informatika mutakhir yang menyensarakan bangsa-bangsa serta membuang-buang waktu untuk hidup diplanet yang indah ini.

Orang-orang yang tidak berani hidup adalah orang orang yang bersedia menjadi budak dari hasil teknologi untuk saling membunuh orang lain dan bangsa yang lain. Sedangkan orang-orang yang berani hidup adalah orang-orang yang siap menhadapi tantangan apapun dan menyelesaikanya melalui dialog yang lebih berperikemanusiaan serta membuahkan hasil yang segar dan menhidupkan seluruh jagat raya.

Sedikit penulis ingin mengingatkan kembali semua diTimor-Leste akan keberadaan Kasih Tuhan di saat kesusahan menimpa bangsa kita dengan pendudukkan diktator militer Indonesia. Masih segar dibenak mulai tahun 1989, hampir dukungan komunitas internasional terhadap hak kemerdekaan bagi Timor-Leste semakin berkurang diPBB. Semua front perjuangan kita menhadapi masalah yang kompleks dan berbeda, pelangaran hak asasi manusia semakin meningkat, namun semua disaat itu masih sadar bahwa jalan kembali keTuhan pasti akan memberikan jalan keluar yang benar dan damai walaupun harus menhadapi resiko.

Gereja Katolik melalui inisiatifnya serta bersama seluruh umat diTimor-Leste mencari terobosan yang paling damai untuk menyadarkan musuh dengan prosesi kudus jalan patung Bunda Maria, mengunjungi seluruh pelosok negeri baik dari barat ke timur maupun dari utara keselatan berdoa sambil berusaha tetap berjuang mencapai perdamaian dan keadilan bagi semua pihak yang bertikai disaat itu.

Tuhan memang mendengarkan umatnya, setelah hampir setahun berkorban utusan Tuhan Yesus dari hirarkhi tertinggi Vatican, Paus Yohanes Paulus II, langsung melakukan kunjungan perdana ke Timor-Leste untuk melihat dengan mata kepala sendiri penderitaan sebuah bangsa yang masih hidup dan terlupakan. Dengan pemberkatan kudusnya isu proses pembebasan negeri berlegenda sang buaya tua ini semakin menjalar keseantero belahan dunia. Dukungan semakin meningkat serta merubah opini internasional dengan berbuntut pada referendum yang berhasil mencapai kemerdekaan dan memasuki era baru abad ke-21. Inilah bukti kuasa sang pencipta yang mewartakan khabar kecil untuk menyadarkan seluruh dunia bahwa keadilan lebih penting daripada perang.

Kita berbangga tetapi tugas kita kedepan semakin berat dimana posisi geopolitik dan geo ekonomi serta letak geografis kita menuntut politik Timor-Leste dalam konteks pergaulan dunia setuju atau tidak, harus mengendong yang sebelah kanang memeluk sebelah kiri serta senyum damai terhadap yang berdiri didepan kita. Disana kita dituntut untuk lebih dewasa dalam semua aspek pembangunan serta menjauhkan dan membenci budaya rendah seperti kekerasan, dendam, saling menjatuhkan, KKN dan lain-lainnya yang merugikan masa depan bangsa dan Negara dimata masyarakat internasional.

Kedepan perenungan untuk kembali kejalan Tuhan adalah pangilan misi kemanusiaan akibat malapetaka yang melanda berbagai belahan planet ini. Perang diAfganistan serangan diIraq, pembunuhan bangsa Palestina oleh Israel, penyerangan Israel ke Libanon dan Cyprus, ancaman barat terhadap Iran dan Korea Utara, provokasi antara India dan Pakistan, tensi antara Cina dan Taiwan, perebutan pulau antara Jepan dan Korea Selatan, Bencana alam diseluruh belahan dunia; adalah merupakan sebuah fenomena baru dan peringatan kepada kita bahwa dunia bukan semakin tua tetapi semakin penuh dengan dosa-dosa yang sudah melebihi batas pelangaran yang wajar. Semua bentuk penderitaan manusia ini membuktikan kemarahan sang Pencipta, untuk direnungkan karena masih ada waktu untuk penyelamatan.

Bukan mungkin tapi pasti bahwa mari kita budayakan generasi kita dirumah, dimasyarakat dan dilingkungan bangsa dan Negara untuk membiasakan berdoa karena tidak ada kekuatan dan kekuasaan apapun dinegeri ini bahkan diseluruh dunia yang bisa menjamin keamanan kita dari serangan perang atau kemurkaan bencana alam seperti Tsunami, gempa bumi, banjir, tanah lonsor, angin ribut, bahaya kekeringan serta berbagai jenis serangan penyakit. Biarlah, kalau dinegara lain orang haus perang, maka diTimor-Leste orang merindukkan suara Tuhan, untuk mengatur bangsa dan Negara yang berjulukkan millennium baru ini.

Samoro-Maliya’in
Adalah alumni UNTIM tinggal di Manatuto.

1 comentário:

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.