TIMOR-LESTE DIATAS PANGUNG INTERNASIONAL DALAM KONTEKS ASEAN DAN CPLP
Oleh: Susuk Bu’Urun Samoro-Maliya’in
Susuk Bu’Urun Samoro-Maliya’in |
Sebagai sebuah bangsa dan negara didalam sistim peta global, Timor-Leste dituntut untuk menciptakan KESEIMBANGAN antara kepentingan Nasional, Regional dan Internasional. Sebagai negara baru yang terletak diujung semenanjung dan gugusan kepulauan Asia tengara serta merupakan awal kepulauan yang terarah berdekatan dengan wilayah samudera Pacific, pulau kecil bernegara besar ini merupakan pintu transit (gateway) yang akan menhubungkan antara Asia dan Pacifik didalam sistim internacional setelah Singapore.
Kita berterima kasih kepada Tuhan Sang Pencipta Alam semesta bahwa, posisi geografis Timor-Leste ikut mempengaruhi geo-estrategis dan geo-politik dunia. Pengaruh tersebut bisa dibuktikan, dimana perang dunia kedua berakhir di Timor-Leste (1942-1945) antara Japan dan Australia, berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet (1992)bersamaan dengan terangkatnya agenda timor-Leste di blantika kancah politik internasional, mundurnya Australia (2002) dari keangotaan organisasi perbatasan Maritim dunia (UNCLOS) melalui Pengadilan Internasional demi memantapkan geo-strategis dan geo-politik sekutu Amerika Serikat di Asia dan Pasifik dengan memanfaatkan ‘’laut Timor’’, sebagai terusan suez untuk memperlancar lalulintas Pertahanan dan Keamanan Asia Pasifik dengan mendirikan basis militer dengan Kapal Induk di Northen Territori-Australia sejak 2009.
Secara genetika geo-strategis, dan geo-politik, Posisi geografis Timor-Leste telah menyediakan ruang dan waktu bagi issue stabilitas dan keamanan Asia-Pasifik, jika dipandang dari kepentingan aliansi kekuatan kontinental dunia (Russia dan China) versus kepentingan aliansi kekuatan Maritim dunia (America bersama sekutu-sekutunya).
Disini, dapat kita katakan bahwa, dunia saat ini sedang menhadapi persaingan antar negara dalam konteks kerja sama dibidang ekonomi pasar bebas. Dengan munculnya kekuatan baru ekonomi dunia seperti China-Brazil-India-Bangladesh-Pakistan-Korea-Japan-Angola-AfricaSelatan-ASEAN serta Australia, patut disyukuri karena peranan negara-negara tersebut telah ikut menciptakan KESEIMBANGAN stabilitas dunia bersamaan dengan krisis ekonomi dan keuangan yang melanda Eropa, Amerika Serikat sebagai donatur utama dunia yang terjadi beberapa tahun yang lalu hingga berimbas sampai saat ini.
Dengan munculnya kekuatan-kekuatan Katalisator dunia tersebut, bukan berarti mereka semua melalui G-8 dan G-20 (aliansi kekuatan ekonomi dunia di era global) sudah bisa menyelesaikan masalah-masalah dunia seperti; gerakan ancaman terrorisme, Perubahan Cuaca dunia, kemiskinan, kelaparan, penyakit, gender, masalah pengungsi, toleransi saling menerima antar etnik, diskriminasi ras dan Agama, hak asasi manusia, keadilan, pemerataan pembangunan dunia, air bersih, Pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance), transparansy, professionalisme, demokrasi, krisis kepemimpinan, dekadensi moral umat manusia sertã konflik berkepanjangan lain sebagainya.
Dengan kata lain kemajuan pembangunan di era globalisasi-pun menyebabkan banyak dampak negatif, dengan munculnya perubahan cuaca dunia akibat industri dan siklus grafik kebutuhan manusia moderen yang semakin meningkat, penjualan persenjataan cangih antar negara, eksplorasi negara-negara miskin dan negara-negara berkembang untuk memperkuat kelompok G-8 dan G-20 dalam persaingan dunia yang tidak sehat.
Jika kita berani jujur dan realistik maka rivalitas (perbedaan) persaingan atau perang antara Ideologi Sosialisme dan Capitalisme dalam sejarah dunia, hanyalah sebuah TESIS-ANTI TESIS DAN SINTESIS sejarah manusia, hal mana di era global saat ini, Sosialisme tampa Kapitalisme, hari ini tidak ada China, tidak ada Singapore, tidak ada kekuatan baru di Eropa seprti Russia ataupun Brazil. Antara kapitalisme dan sosialisme adalah dua suku cadang yang dibutuhkan kendaraan globalisasi untuk bersama-sama menhadapi ancaman-ancaman dunia. Kapitalisme tampa Sosialisme tidak akan ada KESEIMBANGAN dunia. Dapat kita buktikan betapa hebatnya Den Xhiao Peng di China melakukan reformasi ekonomi di era tujuh puluhan (1979) di China dengan mengunakan model ekonomi terbuka secara global, dimana China menyadari bahwa perkawinan antara model kapitalisme dan Sosialisme adalah suatu kebutuhan untuk menciptakan KESEIMBANGAN dunia jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Hari ini China menginvasi dunia dengan kekuatan ekonominya, menyerang Asia-Africa, Latin Amerika, Eropa, Amerika Serikat serta wilayah pasifik, walaupun jika kita bandingkan letak geografis daratan China dengan posisi geografis Timor-Leste, maka posisi China lebih sensitif dan mengandung potensi konflik regional cukup berbahaya karena dikelilinggi oleh India-Bangladesh-Pakistan-Japan-Korea-ASEAN, terutama dalam senketa ambisiusnya di laut China selatan (south China Sea) yang mengandung jutaan barrel minyak dan gas serta ambisi teritori seperti perebutan pulau Shenkaku, Kuri dan lain-lain, antara China-Japan-Korea, Vietnam, Filipina dan Russia.
Spekulasi dan Proyeksi China mengunakan dua model kekuatan ekonomi; Capitalis dan Sosialisme, menuntut China berambisi semakin tinggi untuk merebut dan memproduksi serta menguasai dunia dalam perspektif jauh kedepan, dibidang ekonomi serta dibidang Pertahanan dan Keamanan, dimana saat ini China pasalnya sedang memproduksi 50 Kapal Induk cangih untuk bersaing dengan aliansi sekutu Amerika Serikat untuk jangka panjang.
Walaupun perkawinan kedua teori (sosialisme dan capitalisme) tersebut mampu melakukan transformasi perubahan dunia melalui China dari era ke era yang baru, ternyata kedua model tersebut masih memiliki kekurangan ditingkat global hal mana kedua model tersebut meluncur maju dengan kecepatan persaingan yang tinggi dengan maksud-maksud terselubung, namun perubahan tersebut tetap meninggalkan puluhan negara-negara miskin dan terbelakang didunia hingga (2016) kedepan.
Melihat kekurangan Sosialime dan Kapitalisme tersebut diatas, telah menjadi inspirasi baru bagi Timor-leste untuk tampil merangkul dengan spirit universal XANANISME yang penuh kemanusiaan serta toleran dengan berfundasi pada identitas kultural timorisme serta bereferensi pada tokoh-tokoh dunia tertentu, termasuk Mao Tse Dong dan Deng Xhiao Pheng, di China dan Lee Kuen yew di singapore.
Boleh dikatakan bahwa dalam perspektif kedepan masyarakat Global suatu saat akan bersuara bahwa dunia memiliki teori Sosialisme dan Kapitalisme yang telah melalui berbagai ujian sejak sistim Bipolar, unipolar, multipolar berpengaruh di dunia, hal mana memasuki era globalisasi ada tuntutan yang mendesak agar Xananisme bangkit untuk menyeimbanggi kapitalisme dan sosialisme di dunia melalui g7+ (kerja sama negara-negara post konflik dan negara-negara miskin didunia untuk bekerja sama dalam membangun perspektif pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat sertã pro-aktif merekomendasikan masukan-masukan efektif dan efisien bagi komunitas internacional melalui program ‘’Milennium Development goals’’, Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Teori Xananisme tidak pernah mengangap Indonesia dan Australia adalah suatu ancaman, tetapi sebaliknya, merupakan suatu seni pergaulan (arts of people to people relations) untuk menjadi teman dan saudara yang bisa saling melengkapi sekarang dan selama-lamanya.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan jawaban Timor-Leste tidak setuju terhadap tuntutan komunitas internasional untuk membawa para Jenderal Indonesia ke Pengadilan Internasional dalam kasus 1999, permintaan Timor-Leste kepada Amerika Serikat untuk membebaskan sanksi militer terhadap Indonesia dalam kasus 1999, penetapan Polisi penjaga perbatasan (UPF-TL) versus Militer Indonesia di perbatasan, normalisasi hubungan dengan Indonesia untuk bersama-sama melihat kesejahteraan rakyat di masa depan, serta hubungan sangat baik dan transparan dengan Australia adalah merupakan bukti kontribusi serius dari Timor-Leste terhadap estabilitas dan keamanan regional Asia dan Pasifik dibawah kepemimpinan Xanana dan kawan-kawan.
Teori Xananisme terkesan lebih berorientasi “Development for All”, atau pemerataan pembangunan untuk masyarakat seluruh dunia tampa kecuali dengan memanfaatkan facilitas Informatika dan teknologi, berlandaskan pada prinsip fundamental diplomasi RDTL yang “”zero Enemy” didunia, Timor-Leste tampil dengan g7+, sebuah aliansi solidaritas antara negara-negara miskin dan negara-negara post konflik didunia, untuk mengidentifikasi masalah-masalah substansial maupun kebutuhan-kebutuhan yang harus diprioritaskan oleh komunitas internasional melalui donor untuk mencapai efektivitas dan efisiensi penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin dan negara-negara post konflik didunia.
Munculnya Xananisme walaupun masih muda dalam sejarah, tetapi sudah mulai diakui dunia dengan aktivitas pro-aktif kelompok g7+..., kepercayaan komunitas internasional untuk duduk dalam Panel MDG (milenium Development Goals-2015), kepercayaan masyarakat Asia-Pasifik untuk memimpin UNESCAP beberapa tahun yang lalu, bantuan solidaritas terhadap berbagai bencana alam didunia, agency Kerja sama Internasional dengan misi pertama di Guinea-Bissau dan S.Tome e Principe, rencana Pembangunan jangka panjang 2011-2030, salah satu negara terbaik didunia dalam pelaksanaan kriteria EITI (Extractive Industry Transparancy Initiative), usaha-usaha besar untuk menanamkan Pemerinthan yang bersih dan berwibawa, pertumbuhan dan perkembangan iklim dan budaya demokrasi ala timorisme, Hak Asasi Manusia, Pendidikkan dan pelaksanaan budaya anti korupsi sertã Portal oficial RDTL dan lain sebagainya.
Munculnya g7+ bukan untuk menyainggi kepentingan dan ambisi kelompok ekonomi dunia G7, G-8 dan G-20, tetapi untuk menciptakan KESEIMBANGAN dunia sebagai salah satu partisipasi yang pro aktif dari Timor-Leste didalam sistim internasional.
Keberanian dan Kemampuan Timor-Leste sebagai negara baru telah mendapatkan kepercayaan dari 19 negara dengan populasi kurang lebih 350 juta penduduk didunia. Kepercayaan tersebut berpengaruh hingga ke Asia dan Pasifik untuk mencoba memberikan tugas-tugas baru dibidang Ekonomi, Sosial dan Kultural melalui UNESCAP dibawah Kepemimpinan Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmão di saat itu, untuk memimpin dan mencapai, sebelum menjadi anggota ASEAN.
Sebagai warga negara Timor-Leste, juga sebagai Diplomat kita semua diwajibkan belajar keras serta mengerti maksud-maksud pemimpin-pemimpin di negara kita untuk menciptakan KESEIMBANGAN Nasional-Regional dan Internasional hal mana merupakan tuntutan daripada posisi geografis Timor-Leste yang sangat strategis sebagai jembatan yang menhubungan antara Asia dan Pasifik.
Letak strategis pulau Timor tersebut pernah menjadi tembok penahan serangan Japan terhadap benua Australia selama perang dunia ke-II. Hal tersebut inilah, telah memperkuat keyakinan aliansi Amerika Serikat (khususnya Australia) untuk merancang geo-politik dan geo-estrategis mereka di Asia dan Pacifik, hal mana salah satunya, pernah menyebabkan tarik menarik yang berjalan cukup lama (selama 24 tahun) untuk mendukung Kemerdekaan Timor-Leste disaat itu, karena Indonesia dan Australia adalah merupakan salah satu aliansi terkuat Amerika Serikat di Asia dan pasifik, baik dilihat dari kepentingan geo-politik, geo-estrategis maupun dilihat dari geo-ekonomi di dalam sistim internasional sejak era Bipolar (persaingan Amerika dan Uni Soviet didunia), era Unipolar (perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet) maupun di era multipolar saat ini (era Globalisasi) yang sedang melangkah masuk ke era fenomena globalisasi baru yang lebih kompleks dan sulit.
Era perang dingin (1945-1992) telah mempengaruhi sulitnya Front Bersenjata FALINTIL , Front Klandestine, Front Diplomatik dan hierarki Gereja Katolik local, mampu mencapai kemenangan atas pengakuan hak penentuan nasib sendiri oleh komunitas internasional. Keyakinan Timor-Leste semakin kuat untuk mencapai Kemerdekaannya setelah runtuhnya tembok Berlin (1989), pembubaran Uni Soviet (1992) yang mengakibatkan akhir perang dingin antara potensi Amerika Serikat dan Russia (1992) hal mana kejatuhan ladang komunisme dan sosialisme tersebut, akhirnya berbalik menjadi mesin utama bagi China untuk bangkit melakukan reformasi ekonomi (1979) dibawah kepemimpinan Den Xhiao Peng, sang penganti Mao Tse Dong, untuk menguasai dunia hingga hari ini.
Perubahan atmosfir dan konjuntur politik dunia tersebut-pun telah menjadi motor pintar dan inspirasi bagi Timor-Leste untuk menciptakan KESEIMBANGAN perjuangan didalam kancah dunia internasional dengan didirikanya Conselho da Revolucao da Resistencia Nacional (CRRN) ditahun 1981, kemudian dilanjutkan dengan didirikannya Conselho Nacional da Resistencia Maubere (CNRM) ditahun 1986 dan berakhir dengan didirikannya Conselho Nacional da Resistencia Timorense (CNRT) ditahun 1998, dibawah Kepemimpinan sang arsitek Pembebasan Nasional Kay Rala Xanana Gusmão, untuk menkonsolidasikan persatuan nasional menuju Kemerdekaan yang diraih melalui proses Referendum ditahun 1999.
Sebagai warga negara maupun sebagai DIPLOMAT kita dituntut untuk mampu menciptakan KESEIMBANGAN yang berkelanjutan (sustainable balance) didalam sistim internasional sesuai dengan prinsip Konstitusi kita serta sesuai dengan Politik Luar Negeri RDTL. Walaupun di era sistim multipolar (interdependensi global/pasar bebas) masalah KESEIMBANGAN adalah sangat sulit dicapai, namun melalui politik luar negeri kita dengan budaya‘’zero inimigo’’, bisa mengakomodir kepentingan nasional Timor-leste dalam mengambil peranan didalam sistim internasional seperti yang sedang berlangsung saat ini.
Dalam perjalananya sebagai Bangsa dan sebagai Negara, Timor-Leste telah berhasil menunjukkan kemampuanya, dengan berperang aktif menciptakan KESEIMBANGAN internasional melalui hubungan Kerja Sama BILATERAL, REGIONAL dan MULTILATERAL, khususnya melalui Indonesia, Australia, ASEAN, Pacifik Island Forum (PIF), CPLP, g7+, UNESCAP serta keterlibatanya dengan MDGs (Target Pembangunan Milenium bagi negara-negara miskin di dunia), semua itu adalah merupakan sebuah keberhasilan Timor-Leste dalam mempromosikan keberadaanya didalam sistem internasional yang pro aktif dan SEIMBANG dalam menhadapi kepentingan multi-interrest dan multidimensional.
Tugas kita sebagai warga negara dan juga sebagai DIPLOMAT, salah satunya juga adalah berani menjadi FALINTIL baru, Pejuang baru, Pahlawan baru yang mampu merealisasikan kepentingan nasional sesuai dengan geo-politik dan geo-strategi kita didalam peta diplomasi dunia yang aktual, faktual dan seimbang dan juga sunguh kompleks dan sulit didalam konteks kepentingan multi interrest.
ASEAN
Aliansi tersebut adalah merupakan aliansi kerja sama ekonomi regional yang berlandaskan pada Magna Charter ASEAN serta tidak tertutup peluang bagi Timor-Leste sebagai negara baru untuk menjadi anggota baru didalam organisasi regional tersebut. Dalam konteks ekonomi, ASEAN adalah merupakan salah satu aliansi ekonomi regional untuk menyeimbangi kekuatan perekonomian China-Japan-Korea,India, Pakistan, Bangladesh di Asia tengara. Para pendiri ASEAN saat itu, adalah merupakan para pemikir ahli strategi regional yang mampu mengantisipasi dan menciptakan keseimbangan berjangka panjang, dimana, dapat dikatakan bahwa seandainya ASEAN tidak exist di Asia tengara, maka probabilitas negara-negara aktual anggota ASEAN saat ini, termasuk Timor-Leste, bisa bertendensius untuk lebih condong atau bisa terintegrasi ke blok China, India, Japan ataupun ke Australia daripada lebih condong ke Amerika Serikat dan Uni-Eropa.
Perjuangan Timor-Leste untuk dapat diterima didalam blok ASEAN adalah merupakan suatu harapan yang sunguh realistik,serta didukung oleh negara-negara ASEAN lainya, karena keanggotaan Timor-Leste jika dilihat dari aspek geo-strategis dan geo-politik, bisa ikut mendukung keseimbangan stabilitas dan keamanan regional Asia dan Pasifik. Disini, Timor-Leste akan memiliki nilai plus dan perananya untuk melibatkan CPLP dan g7+, kedalam kerja sama ASEAN diberbagai bidang dimana keanggotaan dari organisasi tersebut sudah termasuk beberapa negara dari wilayah Forum Kepulauan Pasifik (PIF). Jadi integrasi Timor-Leste kedalam organisasi ASEAN sunguh bukan suatu beban regional, justru sebaliknya keberadaan Timor-Leste didalam ASEAN akan membawa ASEAN take off untuk berpengaruh di benua Africa-Eropa-Latin America-Asia-Pasifik melalui CPLP dan g7+. Disinilah letak kebesaran Timor-Leste didalam sistim internasional dengan perlakuan yang sangat universal penuh perdamaian dunia, Juga keberadaan Timor-Leste sebagai anggota ASEAN akan menyeimbanggi Indonesia dan Australia dalam kerja sama ekonomi, sosial, politik serta hubungan diplomatik.
Dalam konteks ASEAN kita selalu berbicara mengenai potensi dibidang politik, potensi dibidang ekonomi dan perdagangan, potensi Stabilitas dan Keamanan, potensi Social dan Kultural. Walaupun ASEAN memiliki harapan besar untuk mencapai suatu masyarakat dengan satu nilai moneter seperti EURO di Eropa, namun hal tersebut bisa dicapai apabila konflik bilateral antara Cambodia dan Thailand, Malaysia dengan Filipina, konflik etnis di Thailand selatan, Moro di Filipina selatan, issue Organisasi Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan serta Gerakan Aceh Merdeka di Indonesia sudah bisa diselesaikan secara interen untuk mencapai stabilitas dan keamanan regional untuk mencapai Target-target politik ASEAN.
Disini walaupun ASEAN adalah merupakan salah satu potensi ekonomi besar di wilayah regional, namun masih terdapat fragilitas atau unsur kerawanan yang perlu direvisi atau diperbaiki bersama. Dalam sistim internasional saat ini, ASEAN seharusnya memiliki konsep baru untuk membentuk satu kekuatan Pertahanan dan Keamanan regional untuk menyeimbanggi China-India-Japan-Korea-Pakistan-Bangladesh dan Australia yang semakin maju dan solid. Sistim Pertahanan dan Keamanan ASEAN ini bukan merupakan suatu ancaman regional bagi Asia dan Pasifik, tetapi untuk menjamin Perdamaian, Stabilitas dan Keamanan Regional. Prinsip tradisional untuk tidak mencampur urusan dalam negeri masing-masing anggota ASEAN, sepertinya tidak mengandung geo-strategis dan geo-politik regional ASEAN khususnya dalam hal Pertahanan dan keamanan regional.
Perspektif untuk membentuk satu sistim Pertahanan dan Keamanan ASEAN sesunguhnya harus merupakan target KESEIMBANGAN regional dan Internasional bahkan itu adalah satu kebutuhan dari sistim multipolar (global), dimana dunia saat ini bukan hanya bisa dipengaruhi oleh Amerika, Russia dan China, karena saat ini dunia sedang melangkah masuk pada era baru, suatu era yang memunculkan gesekan keras antara peradaban barat dan timur (clash of civilization).
Krisis di Syria dan Yemen misalnya telah berdampak pada pengunaan senjata kimia yang mengorbangkan ratusan ribu korban adalah merupakan keprihatinan komunitas internasional, dan kita berharap agar kesepakatan Amerika Serikat dan Russia melalui penandatanganan Persetujuan Bersama (Agreement) di Dewan Keamanan PBB baru lalu, telah membuahkan hasil untuk mengembalikan stabilitas dan keamanan serta perdamaian di Syria dan Yaman. Melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No.2118 yang di putuskan secara paripurna di PBB tersebut, kita berharap bisa efektif dan efisien untuk menjamin Hak Asasi Manusia serta dapat menhentikkan konflik dan perang, dan dapat memulai proses dialog dan negosiasi Diplomatik untuk mencapai perdamaian serta membenahi Negara Syria dan Yemen yang baru dan Demokratis oleh rakyat Syria dan rakyat Yemen sendiri.
Penyerangan baru Russia (Desember 2015) terhadap zona-zona kelompok militer ISIS di Syria, pertanda suatu opsi strategis Moscow, bila gerakan pengaruh dan penyerangan ISIS semakin mengancam stabilitas Eropa serta pasar Russia diwilayah Arab. Keputusan dan Kebangkitan Arab Saudi baru baru ini, untuk bangkit melawan ISIS di Timur Tengah adalah opsi strategis dunia Arab untuk menarik simpatik dunia internasional untuk menstabilkan kembali harga minyak dan gas yang telah jatuh dari 120 Dollar per-barel turun menjadi 78 Dollar per barel serta saat ini telah lengser mendekati 30 Dollar per-barel, suatu ancaman bagi rencana strategis pembangunan ekonomi dunia Arab untuk bersaing dengan dunia barat. Situasi tersebut tidak begitu mempengaruhi Negara baru Timor-leste karena kita masih mengunakan kelebihan surplus mata uang Dolar Amerika terhadap kebanyakkan jenis mata uang lainya didunia serta nilai mata uang CENTAVOS dari timor-Leste belum bisa dikategorikan secara ekonomi untuk bersaing di dalam Pasar Valuta Asing dalam hal fluktuasi nilai mata uang kita terhadap Dolar Amerika Serikat. Hal tersebut bukan berarti posisi kita aman dari ancaman krisis ekonomi dan financial dimasa depan. Kita hendaknya harus lebih pro-aktif untuk menciptakan stabilitas didalam negeri dengan lebih berani menyediakan atmosfir yang sehat melalui perundang-undangan baru yang penuh strategis dan taktis untuk menjamin keamanan investasi asing didalam negeri, terutama dalam jaminan undang-undang Pertanahan yang menarik bagi investor nasional dan internasional serta menyediakan asuransi keamanan bagi rasa aman investor asing di Timor-Leste, daripada menyediakan bantuan-bantuan hibah kenegara-negara lain dalam bentuk financial untuk meraih popularitas diplomasi kita sambil mengorbangkan aspek yang lebih penting seperti pembangunan ekonomi rakyat yang lebih strategis, taktis, efektif dan efisien untuk merealisasikan mimpi kita dan memulai komparataive nilai ekspor-import kita dalam menambah devisa Negara. Realitas import kita mendekati nilai 100%, serta kedatangan ribuan container penuh produk import setiap hari dijawab dengan pengiriman ribuan container dari timor-Leste ke luar negeri dalam keadaan KOSONG adalah merupakan bukti ancaman bagi kita sebagai Negara baru yang sangat fragil jika dilihat dari aspek micro dan macro economi sebuah Negara. Kita butuh pemimpin baru dan konsep pemikiran generasi baru yang teknokrat dan berambisi serta sangat pintar memanfaatkan setiap perubahan didunia untuk membangun Timor-Leste tampa harus tergantung kepada minyak dan gas bumi. Salah satunya adalah memanfaatkan potensi ekonomi China-Japan –Korea, India, Singapore menjadi factor pendorong dan inspirasi vital ekonomi kita. Merubah konsep pemikiran rakyat kita, Melibatkan rakyat dan generasi kita didalam setiap keputusan pembangunan kita, menhapus mental proyek dalam mental rakyat kita, mendorong, melatih, mendukung dan mengontrol rakyat kita dalam pembangunan ekonomi timor-Leste harus menjadi kenyataan yang hidup dalam tahun 2016 kedepan. Kita memiliki potensi pasar ekonomi yang luar biasa besar seperti Indonesia dengan lebih dari 250 juta penduduk serta Australia dengan hamper 40 juta pendiuduk, hendaknya harus menjadi trend baru kita untuk melihat ke perspektif ekonomi penuh rencana strategis dan taktis dengan actor-aktor FALINTIL baru yang teknokrat, handal dan pintar untuk menjadi pahlawan-pahlawan baru di era yang baru pula. Sambil membangun didalam negeri, memanfaatkan hubungan istimewa antara Timor-Leste dengan seluruh dunia khusunya Indonesia dan Australia, kita bisa mengambil langkah yang mantap melalui BUMN atau Empresa Estatal setidaknya membangunan Perhotelan dan Resort Pemerintah RDTL di Indonesia seperti di Denpasar serta di Northern Territori Australia untuk ikut mengeksploitasi jutaan kunjungan Turis dari seleuruh dunia di Negara-negara tetangga kita. Jika Indonesia mendirikan pusat Budaya di timor-Leste maka Timor-Leste lebih strategis membutuhkan mendirikan perhotelan berstandar internasional di Indonesia dan Australia untuk menambah devisa Negara setiap hari melalui kerja sama Ekonomi Bilateral dan Regional. Melalui BUMN itu sendiri Pemerintah akan lebih mampu menciptakan sistim pembangunan perumahan rakyat yang sehat dan Asri sesuai identitas kita diseluruh teritori, memanfaatkan kepemilikkan tanah pribadi dengan model rumah yang telah disediakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah melalui sistim kredit berjangka panjang untuk menhindari terpentalnya semua uang keluar negeri serta mendukung sirkulasi uang didalam negeri untuk mendukung pembangunan selama setiap periode dan setiap decade.
CPLP
Letak geografis dari semua negara anggota CPLP dalam peta global, dengan sendirinya telah menciptakan karakter aliansi tersebut adalah merupakan aliansi kerja sama historis, social dan kultural serta bukan merupakan aliansi kerja sama ekonomi regional seperti ASEAN.
Melalui letak geografis daripada masing-masing negara anggota CPLP di dalam peta dunia dengan sebaran tiga samudra serta empat benua, seperti Portugal di Eropa, Brazil di Amerika Latin, Angola-Cabo Verde-Guinea Bissau-Mozambique-Sao Tome di benua Africa serta Timor-Leste di samudera India, membuktikan betapa strategisnya peranan Timor-Leste sebagai anggota CPLP diantara Asia dan Pasifik. CPLP harus benahi diri kembali (reformasi konsep pemikiran dibeberapa negara) untuk bangkit dan menjadi salah satu organisasi produtor minyak dunia memanfaatkan letak geografis sebagai kekuatan baru dibidang ekonomi dalam mempromosikkan kwalitas identitas budaya CPLP diseluruh belahan dunia dibidang ekonomi dan pendistribusian kekayaan bagi komunitas internasional.
Melalui CPLP akan mengantarkan Timor-Leste untuk memandang peta dunia dalam koridor geo-strategis dan geo-politik yang semakin luas dan besar, hal mana melalui Portugal di Eropa, Timor-Leste telah akses kedalam masyarakat Uni Eropa untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam kerja sama diberbagai bidang termasuk dengan Brazil di latin Amerika beserta negara-negara CPLP di benua Afrika.
Bersama CPLP Timor-Leste semakin mendapatkan dukungan kerja sama Bilateral-Regional-Trilateral dan lebih khususnya kerja sama dibidang multilateral akan semakin kuat dan solid didalam sistim internasional didukung oleh prinsip ‘’zero enemy’’, dalam pergaulan masyarakat internasional.
Sebagai ketua baru CPLP dari tahun 2014 hingga ke 2016, merupakan momentum emas bagi Timor-Leste untuk melihat juga ke perspektif anggota Commonwealth dengan Australia (contoh singapura!) sekaligus mengundang Australia dan Indonesia untuk menjadi anggota tetap sebagai OBRSERVER CPLP di Asia dan Pasifik untuk melakukan expansi kerja sama antara negara-negara CPLP dengan Asia dan Pasifik bersamaan dengan peranan Asia-Pasifik sebagai new engine (motor baru) ekonomi dunia.
CPLP bukan merupakan aliansi ekonomi regional seperti ASEAN, serta sulit mempersatukan kekuatan pertahanan dan keamanan seperti NATO, namun letak sebaran geografisnya didalam sistim peta politique dunia justru merupakan potensi besar yang unik apabila masing-masing anggota CPLP mampu menciptakan KESEIMBANGAN politik regional yang menguntungkan misi CPLP didunia.
Kita berbangga karena aliansi historis, Social dan Kultural tersebut memiliki potensinya tersendiri, dimana, Brazil saat ini memimpin perekonomian Amerika Latin, Angola merupakan salah satu potensi ekonomi di benua Afrika dengan sistim pertahanan dan keamanan yang bisa bersaing dengan Afrika Selatan, Mozambique saat ini (2012-2013) telah ditemukan sumber minyak dan gas dengan kapasitas 185.000 barrel per hari, Timor-Leste memiliki sumber daya alam serta memiliki letak geografis yang bisa mempengaruhi keputusan geo-estrategi dan geo-politik dunia, Portugal dengan lebih dari sembilan ratus tahun kemerdekaan merupakan negara yang kaya sejarah peradaban serta merupakan satu-satunya negara didunia yang memiliki konsep globalisasi dan perdagangan bebas sejak abad XIV dan XV dengan kejayaan penjelajahan Vasco da Gama mengelilinggi dunia serta dikenal sebagai potensi maritim pertama didunia sebelum Amerika Serikat, Belanda dan Ingris.
Konferensi Tingkat Tinggi CPLP di Timor-Leste di tahun 2014 adalah merupakan momentum sejarah yang sangat penting di wilayah Asia dan Pasifik yang saat ini adalah merupakan motor ekonomi dunia. Konferensi tersebut harus mampu melegitimasi bahwa Kemerdekaan Timor-Leste telah membawa keberuntungan bagi CPLP untuk memulai kerja sama ekonomi dengan Asia dan Pasifik. Tentunya disini, ASEAN dan Australia tidak akan tinggal diam untuk mempertimbangkan melaju dengan kecepatanya sendiri untuk menciptakan KESEIMBANGAN didunia memanfaatkan CPLP untuk memperkuat kerja sama dibidang perekonomian dan perdagangan seperti China-Japan-Korea dan India yang saat ini menguasai pasar global. Melalui Timor-Leste CPLP harus mengakomodir kepentingan Asia dan Pasifik secara global dalam fokus geo-strategi ekonomi dan perdagangan bukan tema eventual dan historis yang tidak menarik bagi Asia dan Pasifik. walaupun bahasa portugues adalah merupakan bahasa identitas kultural CPLP, namun melalui konferensi CPLP tersebut keberadaan bahasa portugues di antara Asia dan Pasifik adalah merupakan suatu warisan kekayaan regional yang memiliki bobot untuk mengantarkan Timor-Leste dan ASEAN ke Eropa-Africa-Amerika Latin dalam konteks ekonomi dan perdagangan dan sistim interdependensi global terutama dalam konteks persaingan dengan raksasa China didunia.
Bersama Portugal-Brazil-Angola-Mozambique-Cabo Verde dan Timor-Leste, telah berhasil mendukung Sao Tome e Principe serta Guinea-Bissau, untuk keluar dari masalah kesulitan didalam negeri. Masalah di Guinea-Bissau adalah suatu masalah genetis persaingan antara etnis Mandingas dan etnis Balantas, ibarat etnis Syiah dan Suni di IRAQ. Stabilitas dan keamanan di Guinea Bissau tergantung kepada siapa yang memerintah di Markas Besar Militer, antara kedua etnis tersebut. Keberanian dan kemampuan serta kesabaran peraih Nobel Perdamaian 1996 Dr. José Manuel Ramos-Horta, mantan Presiden RDTL untuk melakukan rekonsiliasi di Guinea Bissau sekaligus melakukan hubungan kerja sama yang baik dengan semua negara-negara tetangga seperti Gambia-Senegal-Nigeria-Moroco- Algeria,Mauritania,Mali, Sudan, Lybia, Niger, Egypt dan lain sebagainya adalah merupakan suatu usaha besar yang didukung oleh masyarakat uni-African khususnya rakyat Guineanses beserta komunitas internacional.
Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam reformasi terhadap Militer dan Kepolisian serta sistim Pemerintahan di Guinea Bissau dari hasil Pemilu, telah membawa perdamaian dan stabilitas keamanan. Walaupun memiliki Konstitusi negara, namun salah satu jalan terbaik adalah komposisi unsur Kedaulatan rakyat termasuk Pertahanan dan Kepolisian harus seimbang atau kita kenal dengan Governo Unidade Nacional dibawah supervisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menhindari Kudeta yang pernah dan sering terjadi.
Letak geografis daripada Guinea-Bissau sangat berpotensi sensitif karena dikelilinggi juga oleh negara-negara yang bermasalah seperti terroris di Nigeria termasuk instabilitas di Moroco, Algeria,Mauritania,Mali, Sudan, Lybia, Niger, Egypt serta gerilyawan separatis yang masih exist diantara perbatasan Guinea-Bissau dan Gambia melawan Senegal.
Jadi situasi yang memperburuk Guinea-Bissau juga adalah merupakan impak negatif dari negara-negara tetangga bermasalah tersebut ditambah dengan mentalitas etnis Mandingas dan Balantas yang suka mencerai beraikan unsur-unsur kedaulatan rakyat yang dipilih melalui Pemilu Demokrasi. Sebagai aliansi historis, social dan kultural, CPLP hanya bisa melakukan intervensi Politik dan Diplomatik, namun melalui Dewan Keamanan PBB bisa mengintervensi secara militar untuk mengembalikkan stabilitas dan keamanan di Afrika timur secara menyeluruh baik di Guinea Bissau maupun di negara-negara tetangga.
Sebagai negara baru, Timor-Leste telah menunjukkan kepada seluruh dunia tentang posisi pro-aktif negara baru tersebut untuk ikut berkontribusi bagi stabiklitas dan keamanan dunia sambil melangkah lebih jauh kedepan untuk meraih berbagai pengalaman bilateral, regional dan multilateral.
Timor-leste patut mendapatkan kepercayaan dari komunitas internasional untuk siap bergabung dengan ASEAN. Dan ASEAN-pun harus berani menunjukkan sikap kedewasaanya sertã sikap berjiwa besarnya sebagai organisasi regional yang lebih mampu lagi untuk menerima Timor-Leste didalam pangkuan ke-ibuan ASEAN terutama dalam skoup yang lebih besar, lebih strategis dan lebih luas kedepan. ASEAN seharusnya menunjukkan kemampuanya disegala bidang untuk mendorong Timor-Leste menjadi ‘’guest of honor’’, dalam mencapai geo-politique dan geo-strategis regional. Menunda keanggotaan Timor-Leste kedalam ASEAN sama dengan menambahkan beban ketidakpastian yang berlarut untuk membangkitkan opsi baru yang belum tentu menguntungkan Asia dan Pacific. Kita yakin bahwa keanggotaan Timor-Leste didalam ASEAN akan menjadi langkah baru bagi stabilitas dan keamanan regional dan internacional.
Melalui CPLP Timor-Leste dan ASEAN akan memanfaatkanya sebagai corong advokasi dalam mencapai keseimbangan kerja sama dibidang ekonomi, politique, social budaya diatas pangung internacional.
Sebelum mengakhiri tanggung jawabnya sebagai Presidensi CPLP di tahun 2016 ini, hendaknya bersama CPLP, timor-Leste harus berhasil menciptakan HIMNE CPLP (hino CPLP)yang mampu merangkul seluruh perbedaan didunia dalam kasih perdamaian dan PEMBANGUNAN BERSAMA menuju paradigma baru didunia.
MUCHAS GRACIAS, Penulis adalah alumni UNTIM, Diplomat muda dan Mahasiswa Post Graduate di Institut Pertahanan Nasional RDTL-dibidang Ilmu Politik dan Militer, tinggal di Manatuto.
Sem comentários:
Enviar um comentário
Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.