Oleh: J. MONTEIRO (monteiro.87hotmail.com)
Setelah melalui perjuangan yang cukup alot, akhirnya senator Illionis Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS. Kemengan yang diraih oleh Senator keturanan Afro-Amerika ini tergolong sangat spektakuler. Karena, selain menang mutlak dari rivalnya Partai Republik, John McCain, Barack Obama juga tercatat dalam sejarah AS, menjadi Presiden-kulit hitam pertama kali di AS. Apalagi, sebelumnya, persepsi ini masih menjadi persepsi kontradiktif di negara-negara bagian di AS, seperti di Chicago, Illionis, Phoenix dan Arizona. Kemenangan yang diraih oleh kubu partai Demokrat, bersama segenap warga AS, juga merupakan bentuk dan wujud kemenangan masyarakat dunia yang selama ini menaru secercah harapan dari negara adi-daya itu.
Terpilih menjadi kulit hitam pertama penghuni Gedung Putih, menempatkan Barack Obama kini boleh dibilang sederet dengan presiden legendaries AS lainnya. George Washington; presiden pertama dan proklamator kemerdekaan. Thomas Jefferson; presiden ketiga dan penyusun deklarasi kemerdekaan. Dan Ambraham Lincoln; presiden ke-enam belas (16) yang menghapus perbudakan.
Kehadiran Barack Hussein Obama dalam pentas kepimpimpinan AS dan dunia, juga tidak kalah fenomenal dengan presiden lengendaris yang telah disebut di atas tadi. Terlihat bahwa, seluruh dunia kegirangan merayakan victory dengan secercah harapan yang bermacam-macam. Dari pelosok kumuh di Nairobi, Kenya, tempat kelahiran bapaknya Barack Hussein Obama, hingga sempat menempuh TK St. Fransicus Xaverius dan Sekolah Dasar (SD), di Menteng Jakarta, Indonesia, tempat masa kecilnya. Senator Obama yang menyelesaikan studi Hukumnya di Harvard University AS (World Top University, 2007, 2008 versi QS-THS) dengan latar-belakang yang cukup beragam, telah membuat Obama menjadi presiden untuk semua orang. Mulai dari alur cerita kehidupan yang tergolong mengenaskan dan parah, Obama menjadi ikon perubahan dalam tempo yang cukup singkat, namun dengan model kepimpinan dan gaya yang tergolong unik dan marketable menjadikan dirinya sebagai magnet dalam tempo kilat. Kepemimpinan Obama yang dituturkan lewat berbagai macam pidato di AS dan beberapa negara di dunia, selama masa kampanye terlihat cukup sistematis dan terkendali. Model kepemimpinan Obama terlihat open moderat dan minded ketimbang John McCain yang sesekali main tudingan. Obama, adalah figure yang selama ini dinantikan oleh warga AS, dan seluruh dunia ditengah krisis ekonomi dunia yang mengancam negara-negara maju dan berkembang lainnya di dunia, termasuk AS.
Respon dunia atas kemenangan Barack Obama
Sejak masa kampanye PILPRES beberapa bulan lalu di AS, warga dunia telah banyak H2C alias harap-harap cemas, akan hasil baik-buruk yang bakal timbul dalam PILPRES negara super-power itu. Tidak hanya di AS, kemenangan telak Obama juga menyihir perhatian dunia dengan berbagai macam janji. Terlihat, di Kenya, tanah asal leluhur Obama, orang-orang membajiri pesta-pesta dan tidak tidur semalaman untuk mencermati hasil pemilihan. Di Irlandia, pesta kemenangan Obama juga berlangsung meriah, mengacu pada penelitian disimpulkan bahwa leluhur Obama yang bernama Joseph Kearney pernah bermukim di sana sebelum berimigrasi ke AS. Di negara Jerman, berita kemenangan Obama menjadi headline di berbagai macam surat kabar, TV dan internet, (newsyahoo.ac.id, 6/11/2008)
Lagi-lagi, victory Barack Obama tidak hanya mewabah di seantro Eropa, tapi ternyata juga menjalar hingga pelosok dunia Islam. Apalagi, selama ini kerukunan negara-negara Islam dengan AS terlihat kurang harmonis. Di Malaysia, Menteri Luar Negeri Malaysia mengaharapkan agar kemenangan Obama membuat dunia ingin menyaksikan AS memperlihatkan sikap politik yang lebih universal dan kosmopolitan. Di Indonesia, Presiden SBY berharap agar masa kecil Obama yang sebagian dihabiskan di Indonesia, bisa membawa Obama mengerti rakyat dan budaya Indonesia sehingga dapat meningkatnya hubungan kerjasama AS-Indoneisa yang lebih konstruktif dan adil. Di Vatikan juga menyampaikan harapan kepada Obama agar bekerja dan mempromosikan perdamaian dan keadilan di dunia. Di Korea Selatan, beberapa warga berharap agar kepemimpinan Obama nantinya bisa menekan pemimpin Korea Utara, Kim Jong II atas isu-isu HAM dan penculikan ratusan warga Korea Selatan.
Dari Brussel, Uni Eropa menyambut hangat kemenangan Obama yang terpilih sebagai Presiden AS dan pada kesempatan yang sama, Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso menyerukan perjanjian baru; “ini adalah saatnya untuk komitmen antara Uni Eropa dengan AS. Kami ingin mengubah krisis yang terjadi sekarang ini menjadi suatu peluang baru. Kami ingin kesepakatan baru untuk dunia baru”. Sementara di Perancis, Presiden Nicholas Sarkozy menyebut keberhasilan Obama sebagai sebuah kemenangan brilliant dalam pemilihan presiden AS. Lalu Jepang, Perdana Menteri Taro Aso, juga turut memberikan ucapan selamat kepada Obama dan berjanji bahwa pemerintah negeri Sakura itu akan bekerja sama dengan AS untuk memperkokoh hubungan kedua negara (Jawapos, 6/11/2008). Di negara kita, TL Perdana Menteri Xanana Gusmao juga memberikan ucapan selamat dan mengharapkan agar kedepannya kerjasama nanti bisa memperkuat tali persahabatan antara TL denga AS, sebagaimana dirilis FH edisi 5 November 2008.
Warga di Timur-Tengah sedang berharap-harap cemas
Ditengah kemenangan Barack Obama yang diwarnai dengan pesta dan teriakan yang sorak-sorai, ternyata tidak dimiliki oleh warga Irak. Mereka mengaku baru akan percaya perubahan positif, jika mereka telah melihatnya. “Kemenangan Obama tidak akan berpengaruh pada isu Irak maupun Palestina, saya rasa seluruh janji yang dibuat Obama selama kampanye hanya akan tetap menjadi janji” ujar Muneer Jamal, warga Baghdad. Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyampaikan ucapan selamat kepada Barack Obama serta sekalian mendesak agar dengan terpilihnya presiden AS yang baru, bisa mempercepat upaya perdamaian Israel-Palestina, (Jawapos, 6/11/2008). Dari pernyataan Presiden Abbas, pastinya berharap agar kesepakatan perdamaian, terutama menyangkut resolusi masalah Palestina dan konflik Arab-Israel yang dinilai merupakan kunci perdamaian dunia dapat segerah terwujud. Sebab, tidak dipungkiri kalau ternyata isu konflik yang telah terjadi tahun 1960an itu sampai saat ini masih merupakan agenda utama, menyangkut keputusan-keputusan dan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Kesimpulannya
Segudang nilai-nilai positif yang perlu kita petik dari PILPRES AS tahun 2008 ini. Semasa kampanye PILPRES beberapa bulan yang lalu, memang sempat diwarnai dengan aksi tuding-menuding antara kubu Barack Obama dan kubu John McCain. Namun, sportifitas dari PILPRES negara super-power ini tetap dipertontonkan pada saat Barack Obama menyabet kemenangan mutlak dari John McCain. Keduanya, Barack Obama maupun John McCain dalam pidatonya masing saling memuji satu sama lain, dan mengakui bahwa keputusan rakyat AS adalah keputusan yang legal dan konstitusional menurut hukum positif di AS. John McCain mengatakan bahwa “Amerika Serikat tidak pernah kalah”, ini berarti kekalahan McCain adalah bukan kekalahan melainkan juga merupakan kemenangan atas menangnya Obama. Rasa ego dan saling membenci tidak terlihat di atas panggung politik dari kedua kubu ini. Sikap profesionalisme yang justru terpancar dari setiap pidato kedua pihak. Betapa sulitnya, negara kita Timor Leste bisa belajar dari gaya dan system politik fair play yang dianut oleh negeri paman-sam itu. Kalau saja, negara kita punya strategi politik yang gentle-man, kiranya semua permasalahan bangsa yang mengancam keutuhan negeri ini, bisa terselesaikan dengan seksama dan sistematis.
Banyak pekerjaan gedung putih yang sedang menanti penjamahan Barack Obama. Kebijakan politik menyangkut nyawa warga AS dan dunia ke depannya, sangat mengaharapkan perubahan signifikan yang berorientasi pada kerukunan warga di belahan dunia. Apalagi, krisis ekonomi global yang saat ini menghantam wajah negara-negara berkembang dan negara-negara maju, termasuk AS, pasti membutuhkan Obamanisme yang cukup jeli dan responsif. Sehingga keputusan politik AS terhadap warga AS dan dunia yang dinilai oleh sebagain warga konfrontatif dan permusuhan tidak dapat terulang kembali dalam periode kepimpinana AS kali ini.
Setelah melalui perjuangan yang cukup alot, akhirnya senator Illionis Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS. Kemengan yang diraih oleh Senator keturanan Afro-Amerika ini tergolong sangat spektakuler. Karena, selain menang mutlak dari rivalnya Partai Republik, John McCain, Barack Obama juga tercatat dalam sejarah AS, menjadi Presiden-kulit hitam pertama kali di AS. Apalagi, sebelumnya, persepsi ini masih menjadi persepsi kontradiktif di negara-negara bagian di AS, seperti di Chicago, Illionis, Phoenix dan Arizona. Kemenangan yang diraih oleh kubu partai Demokrat, bersama segenap warga AS, juga merupakan bentuk dan wujud kemenangan masyarakat dunia yang selama ini menaru secercah harapan dari negara adi-daya itu.
Terpilih menjadi kulit hitam pertama penghuni Gedung Putih, menempatkan Barack Obama kini boleh dibilang sederet dengan presiden legendaries AS lainnya. George Washington; presiden pertama dan proklamator kemerdekaan. Thomas Jefferson; presiden ketiga dan penyusun deklarasi kemerdekaan. Dan Ambraham Lincoln; presiden ke-enam belas (16) yang menghapus perbudakan.
Kehadiran Barack Hussein Obama dalam pentas kepimpimpinan AS dan dunia, juga tidak kalah fenomenal dengan presiden lengendaris yang telah disebut di atas tadi. Terlihat bahwa, seluruh dunia kegirangan merayakan victory dengan secercah harapan yang bermacam-macam. Dari pelosok kumuh di Nairobi, Kenya, tempat kelahiran bapaknya Barack Hussein Obama, hingga sempat menempuh TK St. Fransicus Xaverius dan Sekolah Dasar (SD), di Menteng Jakarta, Indonesia, tempat masa kecilnya. Senator Obama yang menyelesaikan studi Hukumnya di Harvard University AS (World Top University, 2007, 2008 versi QS-THS) dengan latar-belakang yang cukup beragam, telah membuat Obama menjadi presiden untuk semua orang. Mulai dari alur cerita kehidupan yang tergolong mengenaskan dan parah, Obama menjadi ikon perubahan dalam tempo yang cukup singkat, namun dengan model kepimpinan dan gaya yang tergolong unik dan marketable menjadikan dirinya sebagai magnet dalam tempo kilat. Kepemimpinan Obama yang dituturkan lewat berbagai macam pidato di AS dan beberapa negara di dunia, selama masa kampanye terlihat cukup sistematis dan terkendali. Model kepemimpinan Obama terlihat open moderat dan minded ketimbang John McCain yang sesekali main tudingan. Obama, adalah figure yang selama ini dinantikan oleh warga AS, dan seluruh dunia ditengah krisis ekonomi dunia yang mengancam negara-negara maju dan berkembang lainnya di dunia, termasuk AS.
Respon dunia atas kemenangan Barack Obama
Sejak masa kampanye PILPRES beberapa bulan lalu di AS, warga dunia telah banyak H2C alias harap-harap cemas, akan hasil baik-buruk yang bakal timbul dalam PILPRES negara super-power itu. Tidak hanya di AS, kemenangan telak Obama juga menyihir perhatian dunia dengan berbagai macam janji. Terlihat, di Kenya, tanah asal leluhur Obama, orang-orang membajiri pesta-pesta dan tidak tidur semalaman untuk mencermati hasil pemilihan. Di Irlandia, pesta kemenangan Obama juga berlangsung meriah, mengacu pada penelitian disimpulkan bahwa leluhur Obama yang bernama Joseph Kearney pernah bermukim di sana sebelum berimigrasi ke AS. Di negara Jerman, berita kemenangan Obama menjadi headline di berbagai macam surat kabar, TV dan internet, (newsyahoo.ac.id, 6/11/2008)
Lagi-lagi, victory Barack Obama tidak hanya mewabah di seantro Eropa, tapi ternyata juga menjalar hingga pelosok dunia Islam. Apalagi, selama ini kerukunan negara-negara Islam dengan AS terlihat kurang harmonis. Di Malaysia, Menteri Luar Negeri Malaysia mengaharapkan agar kemenangan Obama membuat dunia ingin menyaksikan AS memperlihatkan sikap politik yang lebih universal dan kosmopolitan. Di Indonesia, Presiden SBY berharap agar masa kecil Obama yang sebagian dihabiskan di Indonesia, bisa membawa Obama mengerti rakyat dan budaya Indonesia sehingga dapat meningkatnya hubungan kerjasama AS-Indoneisa yang lebih konstruktif dan adil. Di Vatikan juga menyampaikan harapan kepada Obama agar bekerja dan mempromosikan perdamaian dan keadilan di dunia. Di Korea Selatan, beberapa warga berharap agar kepemimpinan Obama nantinya bisa menekan pemimpin Korea Utara, Kim Jong II atas isu-isu HAM dan penculikan ratusan warga Korea Selatan.
Dari Brussel, Uni Eropa menyambut hangat kemenangan Obama yang terpilih sebagai Presiden AS dan pada kesempatan yang sama, Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso menyerukan perjanjian baru; “ini adalah saatnya untuk komitmen antara Uni Eropa dengan AS. Kami ingin mengubah krisis yang terjadi sekarang ini menjadi suatu peluang baru. Kami ingin kesepakatan baru untuk dunia baru”. Sementara di Perancis, Presiden Nicholas Sarkozy menyebut keberhasilan Obama sebagai sebuah kemenangan brilliant dalam pemilihan presiden AS. Lalu Jepang, Perdana Menteri Taro Aso, juga turut memberikan ucapan selamat kepada Obama dan berjanji bahwa pemerintah negeri Sakura itu akan bekerja sama dengan AS untuk memperkokoh hubungan kedua negara (Jawapos, 6/11/2008). Di negara kita, TL Perdana Menteri Xanana Gusmao juga memberikan ucapan selamat dan mengharapkan agar kedepannya kerjasama nanti bisa memperkuat tali persahabatan antara TL denga AS, sebagaimana dirilis FH edisi 5 November 2008.
Warga di Timur-Tengah sedang berharap-harap cemas
Ditengah kemenangan Barack Obama yang diwarnai dengan pesta dan teriakan yang sorak-sorai, ternyata tidak dimiliki oleh warga Irak. Mereka mengaku baru akan percaya perubahan positif, jika mereka telah melihatnya. “Kemenangan Obama tidak akan berpengaruh pada isu Irak maupun Palestina, saya rasa seluruh janji yang dibuat Obama selama kampanye hanya akan tetap menjadi janji” ujar Muneer Jamal, warga Baghdad. Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyampaikan ucapan selamat kepada Barack Obama serta sekalian mendesak agar dengan terpilihnya presiden AS yang baru, bisa mempercepat upaya perdamaian Israel-Palestina, (Jawapos, 6/11/2008). Dari pernyataan Presiden Abbas, pastinya berharap agar kesepakatan perdamaian, terutama menyangkut resolusi masalah Palestina dan konflik Arab-Israel yang dinilai merupakan kunci perdamaian dunia dapat segerah terwujud. Sebab, tidak dipungkiri kalau ternyata isu konflik yang telah terjadi tahun 1960an itu sampai saat ini masih merupakan agenda utama, menyangkut keputusan-keputusan dan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Kesimpulannya
Segudang nilai-nilai positif yang perlu kita petik dari PILPRES AS tahun 2008 ini. Semasa kampanye PILPRES beberapa bulan yang lalu, memang sempat diwarnai dengan aksi tuding-menuding antara kubu Barack Obama dan kubu John McCain. Namun, sportifitas dari PILPRES negara super-power ini tetap dipertontonkan pada saat Barack Obama menyabet kemenangan mutlak dari John McCain. Keduanya, Barack Obama maupun John McCain dalam pidatonya masing saling memuji satu sama lain, dan mengakui bahwa keputusan rakyat AS adalah keputusan yang legal dan konstitusional menurut hukum positif di AS. John McCain mengatakan bahwa “Amerika Serikat tidak pernah kalah”, ini berarti kekalahan McCain adalah bukan kekalahan melainkan juga merupakan kemenangan atas menangnya Obama. Rasa ego dan saling membenci tidak terlihat di atas panggung politik dari kedua kubu ini. Sikap profesionalisme yang justru terpancar dari setiap pidato kedua pihak. Betapa sulitnya, negara kita Timor Leste bisa belajar dari gaya dan system politik fair play yang dianut oleh negeri paman-sam itu. Kalau saja, negara kita punya strategi politik yang gentle-man, kiranya semua permasalahan bangsa yang mengancam keutuhan negeri ini, bisa terselesaikan dengan seksama dan sistematis.
Banyak pekerjaan gedung putih yang sedang menanti penjamahan Barack Obama. Kebijakan politik menyangkut nyawa warga AS dan dunia ke depannya, sangat mengaharapkan perubahan signifikan yang berorientasi pada kerukunan warga di belahan dunia. Apalagi, krisis ekonomi global yang saat ini menghantam wajah negara-negara berkembang dan negara-negara maju, termasuk AS, pasti membutuhkan Obamanisme yang cukup jeli dan responsif. Sehingga keputusan politik AS terhadap warga AS dan dunia yang dinilai oleh sebagain warga konfrontatif dan permusuhan tidak dapat terulang kembali dalam periode kepimpinana AS kali ini.
Dalam pidatonya di Grand Park, Chicago, Illionis, Barack Obama dengan tegas mengatakan bahwa “kemenangan itu bukanlah perubahan yang kita cari. Ini hanyalah kesempatan bagi kita untuk mewujudkan perubahan itu”. Tampaknya, statement senator Illionis yang jua pernah menjadi dosen Hukum di University of Colombia itu tidak terkesan gegabah. Inilah wujud keunikan yang dimiliki oleh Barack Obama. Muncul “Obamanisme” dalam kondisi stabilitas dan ekonomi dunia yang anjlok merupakan terobosan baru AS dan terlihat sangat fenomenal dan spektakuler di kancah internasional. Tentunya, warga AS dan di seluruh dunia menginginkan adanya perubahan-perubahan baru, yang tentunya tidak mencontohi keputusan buruk yang telah dilakukan di masa kedigdayaan George W. Bush. Dunia butuh nafas stabilitas politik dan ekonomi yang baru dan segar. Tetunya, sebagian besar warga di seluruh dunia mengaharapkan agar sikap open-minded, moderat dan tidak gegabah yang dipertonton kepada warga AS dan dunia tetap melekat pada diri Obama, sehingga Obamanisme dapat menjadi suatu kehadiran yang historis dan akan terus tercatat dalam sejarah dunia yang selalu dikenang dari masa-masa.
Image politik Obama yang ditampilkan di atas panggung politik AS dan dunia diharapkan bisa memberikan inspirasi dalam jiwa kepemimpinan para petinggi negara di TL. Hal ini, tidak berarti bahwa, situasi politik dan ekonomi suatu negara harus menuntut Presiden atau Perdana Menterinya negara suatu agar menjadi sosok Presiden atau Perdana Menteri negara yang lain. Seorang pemimpin memang diharuskan untuk bisa menjadi diri-sendiri, namun mencontohi nilai-nilai dan idealisme positif dari seorang tokoh atau pemimpin lain adalah salah satu bentuk keharusan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Kita berharap agar kemenangan Obama yang dinilai dirinya merupakan hasil kerja keras semua elemen bangsa AS bisa menjadi contoh konkrit bagi negara kita yang saat ini tengah susah payah mencari solusi atas permasalan bangsa kita. Semoga, negara TL yang hingga detik ini, partai Fretilin masih teriak dengan lantang bahwa keputusan Presiden Jose Ramos Horta dalam memberikan kuci kepemimpinan kepada Xanana bersama jajaranya illegal itu bisa dihilangkan, sehingga egoisme dan arogansi politik tidak menjadi dinasti politik di negara kita. Memang, rasionanya terlihat kurang pantas kalau kita membandingkan AS yang jauh telah merdeka berabad-abad itu dengan negara kita yang baru merdeka dan masih terkesan seumuran jagung. Tapi, apapun alasanya mencontohi kesuksesan negara lain, dalam memacu perekonomian bangsa demi kesejahteraan rakyatnya tetap menjadi esensialitas dalam referensi politik pembangunan suatu bangsa. Entah itu, negara maju, negara berkembang atau negara yang kondisinya masih sangat kacau-balau dan ambruk seperti negara kita. Maukah kita belajar dari negara lain? Semoga saja.
Mahasiswa Fakultas Hukum (Semester V)
Universitas Narotama Surabaya, Indonesia
Telp. +6281 353 898 525
Image politik Obama yang ditampilkan di atas panggung politik AS dan dunia diharapkan bisa memberikan inspirasi dalam jiwa kepemimpinan para petinggi negara di TL. Hal ini, tidak berarti bahwa, situasi politik dan ekonomi suatu negara harus menuntut Presiden atau Perdana Menterinya negara suatu agar menjadi sosok Presiden atau Perdana Menteri negara yang lain. Seorang pemimpin memang diharuskan untuk bisa menjadi diri-sendiri, namun mencontohi nilai-nilai dan idealisme positif dari seorang tokoh atau pemimpin lain adalah salah satu bentuk keharusan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Kita berharap agar kemenangan Obama yang dinilai dirinya merupakan hasil kerja keras semua elemen bangsa AS bisa menjadi contoh konkrit bagi negara kita yang saat ini tengah susah payah mencari solusi atas permasalan bangsa kita. Semoga, negara TL yang hingga detik ini, partai Fretilin masih teriak dengan lantang bahwa keputusan Presiden Jose Ramos Horta dalam memberikan kuci kepemimpinan kepada Xanana bersama jajaranya illegal itu bisa dihilangkan, sehingga egoisme dan arogansi politik tidak menjadi dinasti politik di negara kita. Memang, rasionanya terlihat kurang pantas kalau kita membandingkan AS yang jauh telah merdeka berabad-abad itu dengan negara kita yang baru merdeka dan masih terkesan seumuran jagung. Tapi, apapun alasanya mencontohi kesuksesan negara lain, dalam memacu perekonomian bangsa demi kesejahteraan rakyatnya tetap menjadi esensialitas dalam referensi politik pembangunan suatu bangsa. Entah itu, negara maju, negara berkembang atau negara yang kondisinya masih sangat kacau-balau dan ambruk seperti negara kita. Maukah kita belajar dari negara lain? Semoga saja.
Mahasiswa Fakultas Hukum (Semester V)
Universitas Narotama Surabaya, Indonesia
Telp. +6281 353 898 525
Sem comentários:
Enviar um comentário
Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.