VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20080215

Major Alfredo Reinado hanesan Reflesaun ida

Hosi: Celso Oliveira*

Tuir José Matoso, autor hosi livro “A DIGNIDADE (Konis Santana e a Resistência Timorense)”, hatete nune: na crença popular, os heróis, em boa verdade, não devem morrer. A sua memória permanece como uma espécie de percepção de que a entrega pela causa comum do povo o faz viver para sempre.

Ora bem. Iha Timor nia historia, barak liu maka ita hatene deit maibe ita nunka hare ho matan rasik kona ba heróis sira nebe mate duranti funu hasoru okupasaun estranjeiru, komesa hosi tempu Don Boa Ventura to’o tempu okupasaun indonesia.

Heróis sira hanesan: Nino Konis Santana, David Alex, i, sira seluk tan nebe mate duranti funu hasoru okupasaun indonésia iha Timor, hosi 1975 to 1999, barak liu maka ita nunka hare i nunka hatene kona ba oinsa sira nia mate. (hau koalia liu kona ba hau nia jerasaun – klaru que jerasaun ida nebe moris i bo’ot hafoin tiha «guerra civil 1975» i jerasaun aktual – ou jerasaun pós referendum 1999)

Iha tempu aktual, laos fasil atu ita hare ho matan rasik i komprende (ho kapasidadi fisika nebe oras ne ita iha daudaun) kona ba ema ida nia mate, nebe akontese daudaun ho Major Alfredo nia mate iha “segunda negra (11/2)” iha Bidau Metiaut, Dili, Timor.

Tamba forsa hosi meius telekomunikasaun, liu hosi imajen (televisaun i fotografia) ohin loron, buat nebe maka akontese iha Timor, lakleur deit ema iha mundo tomak hatene. Tamba forsa hosi meius telekomunikasaun halo Major Alfredo Reinado nia mate sai hanesan konversa entre Timor oan tomak iha Timor Leste, Portugal, Austrália i fatin seluk-seluk tan.

Major Alfredo Reinado torna-an sai figura polemika i kontroversial iha publika ou iha Timor oan sira nia moris duranti tinan rua nia laran, desde krisis politika militar 2006 to loron “segunda negra”, 11 Fevereiru tinan ida ne’e.

Ohin loron, kuandu ita koalia kona ba Major Alfredo Reinado, teorikamente, ita labele hado’ok-an hosi krisis politika militar 2006 nebe akonetese iha ita nia rai Timor, nebe to’o ohin loron povo Timor sei senti nia konsekuensia.

Ohin loron, kuandu ita koalia kona ba Major Alfredo Reinado, ita labele hado’ok-an hosi teoria kauza i efeitu. Alias- tamba mosu kazu petisionariu nian maka mosu kazu Major Alfredo Reinado nian.

Ohin loron, kuandu ita koalia kona ba Major Alfredo Reinado nia mate, labele hado’ok-an hosi ita nia konsiensia.

Depende padraun (ou sudut pandang) ema ida-ida nian, sempre basea ba faktus, historia i, ikus liu basea mós ba ida-ida nia konsiensia, ema hotu-hotu iha sira nia opiniaun livre atu koalia kona ba Major Alfredo Reinado nia mate. Liberdadi ida ne’e garantia iha Timor Leste nia Konstituisaun, i, iha mós Konvensaun Direitus Humanus nian.

Tuir hau nia hanoin, Major Alfredo Reinado nia mate bele sai hanesan LISAUN ba Timor oan hotu. Alias – Timor presija Paz (dame) laos funu. Timor presija desenvolvimentu laos explorasaun, laos korupsaun, laos nepotismu, laos manipulasaun politika. Laos lori konfrontasaun fisika maka ita atu resolve problema maibe liu hosi dialogo/tuur hamutuk.

Hanesan professor José Matoso, hatete: na crença popular, os heróis, em boa verdade, não devem morrer. A sua memória permanece como uma espécie de percepção de que a entrega pela causa comum do povo o faz viver para sempre. Entaun, Major Alfredo nia memoria kontinua existi iha Timor oan nia moris.

Iha ne’e, hau argumentu liu tan katak: heróis sira nebe mate iha tempu okupasaun indonésia diferenti ho Major Alfredo Reinado. Heróis iha tempu okupasaun indonésia mate tamba luta ba dignidadi, liberdadi i independensia povo no rai Timor nian. Maibe, Major Alfredo Reinado mate tamba hakarak politiku sira nebe ukun rai no povo Timor, tenki ser ukun halo lo-los i halo didiak.
Dai-lhe Senhor, o eterno descanso entre os esplendores da luz perpétua.

* Poeta i hakerek nain (escritor) Timor oan, hela iha England

2 comentários:

  1. PESAN PRESIDEN REPUBLIK KEPADA FRETILIN

    22 Juni 2006

    [Terjemahan Tidak Resmi]


    Rakyat yang menderita

    Para Pemimpin dan Anggota Fretilin



    Saya minta izin anda semua untuk berbicara sedikit mengenai Fretilin karena saya tahu Fretilin, melalui sebagai, atau semua Utusan yang ambil bagian dalam Kongres baru-baru ini, yang hanya tahu bagaimana mengangkat tangan karena mereka takut kehilangan pekerjaan, yang merupakan cara mereka memberi makan kepada istri dan anak-anak, dan karena mereka menerima uang di bawah meja (saya kenal satu orang yang menerima US$ 10.000 untuk membeli Utusan-Utusan lain, tetapi saya tidak tahu apakah orang ini membagikan uang itu secara benar atau hanya memberikan $ 500 kepada para utusan dan menyimpan sendiri sisa uangnya di kantongnya sendiri). Akan tetapi, tidak masalah, seberapa kaya ia jadinya, ini masalah pribadi; karena itu bukan masalah Rakyat karena uang itu adalah milik Partai.



    Kawan-kawan.



    Saya adalah seorang Anggota Komite Sentral Fretilin sampai saya mundur pada tahun 1986.



    Mengenai krisis dan kekerasan yang meledak setelah Kongres Fretilin – karena sebagai Presiden Republik, saya harus mengawal kehidupan lembaga-lembaga demokratis – saya harus menyampaikan kritik keras terhadap Kongres yang berlangsung dari tanggal 17 sampai dengan 19 Mei baru-baru ini. Kongres ini melanggar paragraf c pasal 18 Undang-Undang No. 2/2004 mengenai Partai Politik, yang menyatakan: “Pemegang (orang yang memegang atau menerima suatu posisi) organ-organ utama hanya bisa dipilih melalui pemungutan suara langsung dan rahasia oleh semua anggota partai atau oleh suatu majelis yang mewakili mereka.” Pasal 46 Konstitusi RDTL, dalam bagian 3 menyatakan bahwa: “pembentukan dan organisasi Partai Politik harus diatur oleh undang-undang.” Undang-undang yang disebut adalah Undang-Undang No. 3/2004.



    Setiap undang-undang yang dikeluarkan di Negara kita tidak boleh melanggar Konstitusi Nasional. Semua organisasi yang diatur oleh undang-undang tidak boleh melanggar undang-undang yang bersangkutan. Ini adalah dasar prinsip Hukum, dan Pemerintah punya banyak pakar dan pakar yang, setelah menyusun undang-undang, adalah orang yang sama yang melanggar undang-undang yang bersangkutan untuk kepentingan mereka sendiri.



    Karena mereka adalah orang-orang yang lebih tahu daripada siapapun yang lain di dunia, dan orang lain hanyalah “supermi”, Kongres Fretilin baru-baru ini berhasil melanggar undang-undang yang mereka sendiri buat karena mereka punya mayoritas di Parlemen dan punya semua pakar dalam Pemerintah yang menulis undang-undang. Mereka berhasil menghapuskan “pemungutan suara rahasia” dan menggantikannya dnegan “pemungutan suara angkat tangan,” dan membuat semua orang tertawa dan pada waktu yang sama sedih menyaksikan komedi yang telah ditampilkan dan ditinggalkan sebagai sejarah untuk masa depan kita oleh Partai besar dan bersejarah ini. (Karena juga akan dimasukkan sejarah bahwa saya juga telah menamakan GMT (Gedung Matahari Terbit) menjadi GAT (Gedung Angkat Tangan), untuk menjamin bahwa tidak akan ada lagi satu Partai di negeri kita yang akan menipu rakyat, dengan melanggar undang-undang yang mereka sendiri, para politisi, rancang dan setujui).



    Kawan-kawan tercinta,



    Kita semua tahu bahwa Fretilin adalah satu partai yang bersejarah. Pada tanggal 20 Mei 1974, ASDT (Associação Popular Democrática Timorense) didirikan. Dengan pengaruh mahasiswa-mahasiswa Timor yang belajar di Portugal pada waktu itu, termasuk Abílio Araújo, pada tanggal 11 September tahun yang sama, ASDT/FRETILIN dibentuk, dan kemudian dikenal sebagai Fretilin.



    Mahasiswa-mahasiswa muda itu memasukkan ke dalam ASDT/Fretilin, orientasi revolusioner yang mereka pelajari pada masa rezim kolonialis fasis di bawah Salazar dan Marcelo Catano.



    Kita semua bisa melihat bahwa FRETILIN adalah suatu Front Revolusioner. Dalam suatu pertemuan Komite Sentral Fretilin di Laline bulan Mei 1977, ideologi Marxis-Leninis diadopsi. Saya sendiri berpartisipasi sebagai seorang anggota Komite Sentral. Sejumlah teman yang berpartisipasi sebagai anggota Komite Sentral masih hidup sekarang ini, yaitu Abel Ximenes Lari Sina, Filomeno Paixão, Feliciano de Fátima dan Má Huno.



    Tetapi, saya bisa mengatakan kepada kalian bahwa pada tahun 1975 Timor-Leste sangat terbelakang. Baru kemudian teknologi di dunia ini berkembang pesat dan membuat dunia kita menjadi kecil. Saya sangat yakin dengan sepenuh hati bahwa kalau Nicolau Lobato, Sahe, Carvarino, Hamis Basarewan, César Mau Laka, Hélio Pina, dan Inácio Fonseca, dan banyak orang lain masih hidup sampai 2006, di zaman pasca-perang dingin ini, di masa globalisasi dan teknologi ini, mereka semua akan memperhatikan itu semua untuk Timor-Leste yang sangat mereka cintai dan yang untuknya mereka menyerahkan nyawa, ideologi lama itu tidak cocok lagi. Sekarang ini, satu kelompok kecil, yang datang dari luar, mau mengulangi tindakan-tindakan yang telah kita alama dari tahun 1975 sampai 1978.



    Seperti kita semua katakan pada bulan Agustus 1975, UDT melancarkan kup untuk mengusir pengikut komunis dari negeri kita, dan ini mengobarkan perang saudara di antara orang Timor. Tahun 2006, Fretilin mau melancarkan kup untuk membunuh demokrasi yang mereka sendiri tempatkan dalam Konstitusi. Pembagian senjata tidak hanya dilakukan untuk keadaan sekarang ini yang sedang kita lalui, tetapi ada dalam rencana mereka untuk menghadapi pemilihan umum 2007. Itulah sebabnya kita selalu mendengar mereka mengatakan bahwa Fretilin adalah satu-satunya yang bisa menciptakan stabilitas atau instabilitas.

    Ketika basis dukungan hancur pada tahun 1975 [?? seharusnya 1978], kawan-kawan kita di bagian timur Timor-Leste dan saya sendiri, pelayan kalian yang bersahaja, berusaha mengorganisir diri kita dan mencari kawan-kawan lain di sektor-sektor lain di wilayah Bazartete/Liquiça, Same, dan Ainaro. Kalau kalian tidak percaya ini, silakan bertanya kepada para Veteran yang [sekarang] di F-FDTL, karena bisa saja kalian pikir bahwa saya mengarang untuk pamer, karena saya tahu ada orang-orang yang baru saja masuk Partai Fretilin yang memandang kita hanya dengan sebelah mata, seolah-olah mereka adalah satu-satunya yang berpartisipasi dalam perang.



    Kawan-kawasan,

    Semua anggota Fretilin



    Pada bulan Maret 1981, satu konferensi diselenggarakan di Laline untuk mereorganisasi Perlawanan, dan seperti yang disebutkan sekarang, kita memasuki tahap perang gerilya. Sama dengan krisis sekarang ini yang sedang kita alami, Dewan Negara mengatakan bgahwa kita harus dengan seksama memeriksa, dan memprioritaskan persoalan, karena kita tidak punya kemampuan untuk mengatasi semua persoalan sekaligus; karena itu, pada tahun 1981 itu juga, prioritas kita pertama adalah mereorganisasikan [diri kita].



    Jadi, pada tahun 1981 kita masih berpegang pada “orientasi ideologis” yang diteruskan pada kita oleh para pakar dan pemimpin. Tahun 1983, dalam periode gencatan senjata dengan TNI mulai Maret sampai Agustus, kami mulai berbicara mengenai demokrasi. Jadi, pada tahun 1984, untuk membetulkan kesalahan-kesalahan EMG-Falintil, di Region Tengah muncul ‘CC Hudi Laran’ yang menolak menerima perubahan politik, yang, dalam pandangan kami, sesuai dengan gerakan Perlawanan kita. Mengenai hal ini, saya mau mengatakan bahwa banyak kawan kita yang masih hidup dan bisa menyampaikan kisahnya dengan jauh lebih baik, dengan lebih banyak “rincian yang berbunga-bunga dan canggih” karena mungkin saja mereka menganggap bahwa saya hanya mau memamerkan diri saya sendiri seolah-olah saya adalah satu-satunya yang menulis sejarah kita.



    Kemudian saya mulai mengirim surat-surat keluar, ditujukan kepada DFSE (Delegasi Dinas Luar Negeri Fretilin) – kalian bisa bertanya kepada Abílio Araújo, yang kami pilih pada bulan Maret 1981 menjadi Presiden FRETILIN dan, sesuai dengan Statuta Partai, juga menjadi Presiden RDTL.



    Saya juga memberi tahu mereka yang di luar negeri, bahwa di dalam Negeri, Perstauan Nasional telah dibentuk, dari Tutuala sampai Perbatasan, dari Oecusse sampai Jaco; Gereja juga bergabung dalam perlawanan, dan orang-orang dari partai-partai politik lain juga mulai bergabung dalam perlawanan. Karena itu, saya menulis kepada semua kawan kita yang berada di luar negeri [dan meminta mereka] untuk duduk bersama UDT, supaya mereka bisa saling berpelukan lagi.



    [Tetapi, sedihnya] di dunia luar sana, di tempat-tempat seperti Portugal, Moçambique, dan juga Australia, mungkin “intel” (agen-agen intelijen Indonesia) telah mematai-matai orang Timor sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas [untuk saling bertemu], atau mungkin “mau-hu” (orang Timor yang menjadi agen intelijen Indonesia) mengkuti bayangan mereka ke mana-mana, sehingga perlu waktu yang lama bagi mereka untuk bisa saling bertemu dan [akhirnya] membentuk “Konvergensi Nasional,” yang masih menghadapi banyak masalah – kalian bisa bertanya kepada anggota-anggota Fretilin yang ada di luar, Tuan João Carrascalão, dan Tuan Vicente Guterres. Saya menyebutkan nama-nama mereka supaya kalian bisa bebas bertanya kepada mereka kalau kalian anggap saya berbohong.



    Yang lebih, cerita-ceita sampai pada kawan-kawan Timor kita di luar negeri bahwa Gadapaksi (Garda Muda Penegak Integrasi) di dalam negeri kita memukuli pemuda kita sampai babak-belur. Akibatnya, di Moçambique, Rogério berusaha “mendapatkan pengalaman [yang sama]” dengan membuat [sesama orang Timor] saling menikam, dan Ramos-Horta akhirnya menjadi tawanan. Presiden Chissano, yang pada waktu itu adalah Menteri Luar Negeri [Moçambique] adalah orang yang membebaskan Ramos-Horta. Kalau kalian anggap saya berbohong, silakan bertanya kepada mereka karena mereka adalah orang-orang yang hidup tenang di Moçambique, bersekolah untuk menjadi doktor-doktor dalam dua puluh tahun.



    Setelah Konvergensi Nasionalis didirikan di Lisbon, di hutan, saya sangat senang karena ini berarti satu langkah maju lagi. Bulan Desember 1986, saya mendirikan CNRM, dan saya meninggalkan Fretilin karena sebagai Panglima Asswain Falintil [Pejuang Falintil], saya [punya tanggungjawab] mengeluarkan FALINTIL dari pengaruh Partai.



    Dengan cara ini, FALINTIL selanjutnya menjadi Tentara Pembebasan untuk seluruh Rakyat, untuk semua partai, untuk setiap orang, dari loromonu (bagian barat Timor-Leste) maupun lorosae (bagian timur Timor-Leste), dari tasi feto (laut utara) maupun tasi mane (laut selatan) menyatukan dari Ramelau sampai Matebian.



    Saya memberi tahu orang Timor yang berada di luar negeri bahwa sebagtai Panglima FALINTIL, saya adalah orang yang memimpin perang. Saya juga mengatakan bahwa saya terus menghormati FRETILIN, dan bahwa anggota-anggota Komite Sentral yang di hutan bersama saya bergabung dalam CNRM.



    Lu Olo mengatakan bahwa dalam waktu 24 tahun dia selalu membawa bendera Fretilin dalam tasnya; mungkin ini memang betul, tetapi saya tidak pernah melihatnya. Ketika sebagai anggota Komite Sentral FRETILIN berjalan menuju bagian tengah Timor-Leste untuk mereorganisasikan Perlawanan, saya ingat bahwa dia, Lu-Olo, bersembunyi di Builó. Mungkin, dia menjahit tas yang di dalamnya dia simpan bendera FRETILIN.



    Lu-Olo juga mengatakan bahwa orang-oran gyang meninggalkan FRETILIN adalah pengkhianat, dan mereka tidak punya sejarah. Kata-kata ini kosong dan bodoh karena kalau begitu saya adalah pengkhianat pertama dan yang terbesar juga, terhadap Rakyat negeri ini, dan Negeri ini. Saya meninggalkan FRETILIN untuk membebaskan Negeri dan Rakyat kita. Karena saya tidak membunuh FRETILIN dan terus menghormati FRETILIN maka Lu-Olo bisa menjadi Ketua, dan menjadi pintar dnegan mengangkat kartu pertama pada Parlemen Nasional, sehingga mayoritas akan mengikuti dan memilih menentang atau mendukung [sesuatu]. Kalau saja saya menyadari diri sebagai seorang pengkhianat dalam sejarah, saya akan kembali masuk FRETILIN, dan mungkin Lu Olo tidak akan menjadi Ketua FRETILIN.



    Kawan-kawan

    Anggota Fretilin



    Seperti saya sebutkan di atas, ada protes-protes keras dari luar negeri mengatakan bahwa saya telah membunuh Fretilin. Abílio Araújo menulis kepada semua anggota FRETILIN dan meminta kami mereorganisasi diri. Kami mengadakan rapat. Mau Huno, Mau Hodu, Konis Santana sebagai anggota-anggota Komite Sentral FRETILIN dan saya memutuskan memecat Abílio Araújo [sebagai pemimpin], karena dalam masa perang kami tidak bisa menerima perintah dari luar negeri. Orang-orang yang di luar negeri harus menerima orientasi dari yang di dalam negeri.



    Di hutan sekalipun kami biasa mendapatkan suratkabar dari Portugal dengan bermacam-macam informasi, dan mendengarkan radio, sehingga kami tahu bahwa orang-orang FRETILIN di luar negeri tidak cocok satu sama lain, dan tidak bersatu. Tanyakan José Luis Guterres, Ramos-Horta, dan Abílio Araújo apakah yang saya katakan benar atau tidak.



    Kami mengetahui bahwa bukannya memusatkan perhatian pada penderitaan Rakyat [di dalam negeri], mereka saling bertikai memperebutkan kedudukan Ketua FRETILIN, dan kemudian berusaha memimpin perang dari luar negeri. Di dalam hutan, tidak seorang pun berusaha menduduki satu kursi, [kami] hanya mau mengabdi dengan melanjutkan perjuangan; dan tiga orang dari mereka mengatakan kepada saya bahwa tidak satupun dari mereka mau menjadi Ketua FRETILIN.



    Maka, kami memutuskan untuk membentuk CDF (Komisi Pengarah FRETILIN) untuk mencegah orang-orang intelektual di luar saling bertengkar dan berusaha menjadi Ketua FRETILIN. Kalau kalian tidak percaya ini, tanyakan kepada Lu Olo di mana dia pada waktu itu. Kalau dia dalam rapat, maka dia bisa mengatakan apakah saya berbohong, apakah saya mengarang cerita karena tidak betul.



    Silakan bertanya kepada Lu Olo mengapa, pada akhirnya, dia adalah satu-satunya orang yang tersisa untuk memimpin Komisi Pengarah FRETILIN di hutan. Apakah ini bukan karena Mau Hunu dan Mau-Hudo telah tertangkap dan Konis Santana telah mati? Di dunia ini, ada orang-orang yang cepat lupa tulang-belulang orang lain dan darah yang tumpah untuk “Kemerdekaan” dan lebih buruk lagi, membuang ludah pada kuburan mereka.



    Di hutan, kami juga membaca tuduhan-tuduhan dari Amnesty International dan organisasi-organisasi hak asasi manusia, bahwa FRETILIN juga melakukan kejahatan. Saya mengirimkan pesan ke luar negeri, mengakui bahwa FRETILIN telah membunuh orang karena persoalan (perbedaan) ideologi, dan menyesalkannya. Di luar negeri, setiap orang menjadi marah pada saya. Abílio Araújo segera mengeluarkan satu pernyataan menolak, dan mengatakan bahwa yang saya katakan adalah bohong.

    Sejak saat itu, saya menutup pintu bagi mereka, karena melalui laporan-laporan dan informasi yang saya kirimkan kepada mereka, mereka bisa berbicara kepada dunia. Baru pada tahun 1989 saya mengirimkan informasi dan laporan kepada CDPM (Komisi Hak Rakyat Maubere) yang dipimpin oleh kawan-kawan Portugis.



    Kawan-kawan semua

    Anggota Fretilin



    Tahun 1989, ketika saya di Ainaro, saya menerima surat dari Rogério Lobato yang menuduh semua yang di luar negeri tidak melakukan apa-apa, dan juga mengatakan bahwa kalau perang sudah selesai, semua orang harus diajukan ke pengadilan rakyat. Rogério Lobato yang memberi tahu saya, melalui surat tersebut, bahwa Marí Alkatiri sibuk memelihara kelinci dan ayam di Maputo.



    Tahun 1990 saya menerima surat dari Ramos-Horta yang menawarkan diri untuk menjadi utusan khusus saya dan Utusan CNRM di luar negeri. Saya sedang bersembunyi di Becora ketika membalas suratnya dengan mengatakan bahwa saya menyetujui usulannya, dengan syarat bahwa dia harus mengikuti prinsip dan orientasi politik CNRM, dan bahwa dia harus mengikuti kata-kata saya. Ia kemudian membalas dengan mengatakan bahwa dia juga “meninggalkan FRETILIN” untuk melayani perjuangan. Kalau kalian, kawan-kawan, tidak percaya ini, silakan bertanya pada Ramos-Horta.



    Tahun 1991, bulan November, Insiden Santa Cruz, sejumlah teman cenderung menonjolkan Fretilin. Saya menghormati penderitaan kalian tetapi jangan melemparkan pikiran dan perbuatan orang lain ke lumpur. Dengan melakukan itu, menunjukkan bahwa kita tidak punya kejujuran politik. Kita tidak bisa mengatakan bahwa hanya bendera FRETILIN, karena saya sendiri adalah orang yang memberikan instruksi, untuk juga membawa bendera UDT dan bendera Portugis, karena menurut resolusi PBB, Portugal masih “kekuasaan administratif” [di Timor-Leste].



    Demonstrasi itu menuntut “penyelesaian damai” di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan partisipasi Portugal dan Partai-Partai Politik lain. Saya dengan jujur meminta, jangan dikatakan bahwa ini inisiatif FRETILIN karena tidak begitu, karena yang ada satu Panglima Perjuangan dari CNRM.



    Pada akhir 1998, saya memberikan otorisasi kepada Manuel Tilman, Pastor Francisco Fernandez, Pastor Domingos Maubere, dan Pastor Filomeno Jacob untuk pergi ke Potugal membantu Ramos-Horta dan FRETILIN serta UDT menyelenggarakan satu Konferensi yang bertujuan mengubah CNRM menjadi CNRT, supaya bisa merangkul semua orang Timor-Leste. Ini karena kenyataan bahwa UDT tidak menerima istilah “Maubere,” dan mau “T” untuk merepresentasikan rakyat Timor. Kalau kalian tidak percaya ini, silakan tanya Tuan João Carrascalão dan lain-lain yang dulu di luar negeri.



    Kawan-kawan

    Anggota Fretilin



    Tahun 1998 kalau saya tidak salah, di masa Reformasi di Indonesia, saya sendiri meminta Mau Hudu pergi ke Sydney dan saya menulis satu pesan kepada Fretilin memintanya untuk mengorganisir dirinya sebagai satu Partai dengan juga mengindikasikan orientasi ideologi politiknya.



    Di bawah payung CNRM dan CNRT Rakyat kita menang dalam bulan Agustus 1999. Ini adalah sejarah, sejarah perlawanan, sejarah penderitaan, dan sejarah darah. Sekarang, kita mendengar bahwa hanya Fretilin yang berjuang. Tidak masalah, kalau kalian (Fretilin) adalah satu-satunya yang berjuang dalam perang, kami terima, tetapi jangan melemparkan pasir ke mata Rakyat karena seluruh Rakyat yang memilih [kemerdekaan] dan tidak hanya Fretilin.



    Bulan Mei 2000, Fretilin mengundang saya berbicara di Konferensi mereka di gedung GMT – yang sekarang diubah namanya menjadi GAT. Saya meminta tiga hal dari Fretilin:

    - pertama, meninjau kasus Xavier do Amaral karena dia bukan seorang pengkhianat negeri kita. Dia hanya tidak menerima ideologi yang dikeluarkan Komite Sentral Fretilin di Laline bulan Mei 1977.

    - kedua, untuk semua orang yang dibunuh oleh FRETILIN karena mereka dianggap pengkhianat, tetapi bukan pengkhianat, dan hanya tidak menerima ideologi Marxis-Leninis, nama mereka harus dipulihkan sehingga keluarga mereka bisa hidup tenang.

    - tiga, Fretilin harus meminta maaf kepada Rakyat, terutama keluarga korban.



    Pada konferensi itu saya mengatakan sebagai berikut: “Sebagai seorang anggota Komite Sentral FRETILIN sejak awal perang sampai pertengahannya, untuk semua yang baik yang dilakukan FRETILIN, saya adalah bagiannya, dan saya juga menerima tanggungjawab atas hal buruk yang mungkin telah dilakukan oleh FRETILIN. Bukan karena saya telah meninggalkan Fretilin saya ingin mencuci tangan saya. Saya juga meminta agar selama FRETILIN mengeluarkan keputusan politik mengenai masalah ini, saya sendiri akan menemui Rakyat dan meminta maaf dari mereka serta menjelaskan mengapa, dan meminta kepada keluarga-keluarga korban untuk memahami keburukan yang telah dilakukan.



    Beberapa hari kemudian, dalam pesta Fretilin di Stadion pada tanggal 20 Mei, mereka mengundang saya untuk pergi ke sana, dan setelah Lu Olo memberikan pidato, saya menanyakan padanya dan Marí mengenai permintaan yang saya ajukan dalam Konferensi. Mereka menjawab mengatakan bahwa mereka telah membentuk satu Komisi untuk menyelidiki masalah ini.



    Bulan Agustus 2000, dalam Kongres CNRT, FRETILIN mundur diri dan menarik dari CNRT. Kami tetap tenang, dan terus bekerja sesuai dengan proses politik yang ditangani oleh UNTAET sampai Juni 2001, ketika CNRT dibubarkan karena misinya telah selesai.



    Bulan Januari 2001, Ramos-Horta memberi tahu saya bahwa paling baik bagi saya kalau berbicara dengan Marí. Saya menjawab mengatakan bahwa FRETILIN yang membuka pintu CNRT untuk keluar, dan tidak ada yang pernah menutup pintu itu, dan kalau mereka mau datang, mereka bisa datang. Marí datang berbicara dengan saya di CNRT Balide.



    Dia mengatakan bahwa mereka meninggalkan CNRT karena mereka marah pada saya. Mereka marah karena saya membolehkan sejumlah orang berbicara dalam Kongres dan bahwa saya merusak citra Fretilin. Orang-orang itu adalah keluarga korban kekerasan politik Fretilin di hutan.



    Saya menjawabnya dengan agak marah: “Kau telah lupa Konferensi kalian bulan Mei dimana saya meminta tiga hal. Bersihkan nama para korban dan minta maaf kepada rakyat tidak merusak Fretilin tetapi memperbaiki atau membersihkan citra Fretilin.”



    Saya bilang padanya, “Kau tidak punya alasan sama sekali untuk takut, karena kau bisa mengatakan kepada rakyat seperti ini: Saya, Marí, tidak ada urusan dengan kesalahan yang dilakukan di negeri kita. Saya, Marí, berada di Maputo, dan telah menderita selama dua puluh tahun, tetapi saya mencuci tangan saya setiap hari dengan sabun, jadi saya, Marí, bertangan bersih. Kalau kalian mau bertanya, pergi dan bertanyalah pada Xanana, dia adalah orang yang bertangan kotor, dan tangannya berdarah.”



    Saya ulang padanya, mengatakan, “Kalaupun kau berbicara seperti itu, saya akan terima, dan saya akan meminta maaf kepada Rakyat kapan pun Fretilin membuat keputusan politik mengenai masalah itu.”



    Nama “Lapangan Pramuka” telah diubah menjadi “Lapangan Demokrasi” karena semua partai politik menandatangani satu kesepakatan bahwa mereka akan membentuk satu Pemerintah Persatuan Nasional. Setelah Fretilin menang, mereka (Fretilin) menarik diri dari “kompromi politik” ini yang sebelumnya mereka terima. Kalau tidak mau menerimnya, mereka seharusnya tidak pergi ke sana dan menandatangani kesepakatan itu, daripada pergi ke sana menandatangani dan kemudian, pada akhirnya, memunggungi kata-kata yang telah mereka janjikan. Ini sama dengan Konstitusi dan Undang-undang yang mereka buat. Setelah membuatnya, mereka punggungi, dan tidak patuh.



    Rakyat yang saya hormati

    Anggota Fretilin



    Setiap orang tahu dan menerima bahwa Fretilin menang [pemilihan umum] bulan Agustus 2001. Kalau kita berbicara tentang kebenaran, dengan segala hormat pada partai-partai oposisi, utamanya adalah anggota-anggota Fretilin yang merancang Konstitusi RDTL untuk mendefinisikan Negara Hukum Demokratis.



    Sekarang, di Negara Hukum Demokratiks, menurut Konstitusi, Angkatan Bersenjata dan Angkatan Kepolisian harus tidak berpartai, dan tidak boleh membela suatu partai.



    Akan tetapi, yang kita saksikan di sini adalah, Angkatan Kepolisian, berada di bawah Pemerintah, dan karena para perwira harus mempertahankan pekerjaan dan menafkahi istri dan anak, tidak punya keberanian untuk mengatakan “Tidak” pada perintah yang datang dari Menteri Dalam Negeri, dan kadang-kadang dari Perdana Menteri sendiri.



    Baru-baru ini, pada tanggal 2 Juni, sebelum rapat Dewan Tertinggi Pertahanan dan Keamanan, Brigadir Taur datang untuk berbicara kepada saya dan mengatakan: “Presiden, saya mengatakan kepada Dr. Roque Rodrigues, ‘Kesalahan anda (Fretilin) yang terbesar adalah berusaha menempatkan F-FDTL di bawah kekuasaan Fretilin.” Pada waktu itu, saya sangat gembira, karena saya akhirnya bertemu lagi dengan Adik saya yang sebelumnya telah hilang.



    Dinas informasi atau Intelijen telah menjadi dinas intelijen partai karena memantau pidato Presiden ketika ia berada di Lospalos, dan segera mengirimkan “sms” kepada Perdana Menteri; memantau kegiatan-kegiatan partai-partai politik oposisi dan melapor dengan mengirimkan “sms” kepada Perdana Menteri. Dinas intelijen juga mengirimkan “sms” kepada Perdana Menteri ketika mereka menemukan bahwa pemuda-pemuda di Farol mencari sesuatu. Sekarang, karena kurangnya pekerjaan, setiap orang berusaha keras mencapai tujuan. Kita berusaha mendekati orang yang punya uang. Setiap orang bisa melihat ini terjadi di negeri kita.



    Baru-baru ini, dalam suatu pertemuan di Baucau, orang mengatakan, “Xanana sama. Waktu perang, dia memecah kita, dan sekarang juga ketika perang selesai dia terus melakukan itu.”



    Saya tahu arti kata “memecah.” Politisi dan orang-orang berpendidikan tinggi, setiap orang harus masuk Fretilin, baik mereka itu Polisi, F-FDTL, pegawai negeri, orang bisnis, desa-desa, kampung-kampung, kerbau-kerbau, semut-semut, pohon-pohon, rumput-rumput, dan semuanya harus masuk Fretilin. Timor-Leste adalah Fretilin, dan Fretilin adalah Timor-Leste. Tidak boleh ada yang lain kecuali Fretilin, atau orang yang bukan Fretilin. Ini menjelaskan kata-kata bahwa “Xanana memecah Timor-Leste,” dan karena itu “Xanana adalah orang yang harus mundur.” Mereka mengatakan sepertinya saya mau berkuasa selama 50 tahun lebih.



    Orang-orang yang saya temui di Dili tahun 1991 mengucapkan selamat kepada saya karena saya telah menjalankan strategi politik yang tepat dengan membentuk CNRM pada tahun 1986. Sekarang, setelah mendapatkan posisi dalam Pemerintah dan ketika menunggu menjadi Menteri di masa mendatang, mereka mengatakan bahwa sayalah yang memecah Rakyat.



    Rakyat tercinta yang menderita



    Itulah sebabnya mengapa, setelah Kongres Fretilin Mei lalu, banyak, atau sebagian utusan menerima senjata. Saya mendengar bahwa sebagian Administrator Distrik dan Subdistrik juga menerima senjata. Karena itu kita melihat di televisi, mendengar dari radio, dan membaca suratkabar, bahwa politisi, intelektual yang berkuasa suka mengulang, “Kalau Mari mundur, akan tumpah darah,” “Kalau Marí mundur, Timor-Leste akan hancur,” “Kalau Marí mundur, akan ada perang!”

    Panglima mungkin Rogério. Anggota-anggota Komite Sentral mungkin mejadi Penasehat Politik untuk ideologi “Tumpah Darah” dan ideologi “Timor Hancur”! Wakil Ketua Parlemen juga suka menyebutkan perang, sekarang. Atau, mungkin, sekarang dia sudah punya banyak uang, dia juga berbicara tentang perang.



    Sejarah berdetik, dan terus bergerak maju, dan tindakan kita masing-masing yang menulis sejarah. Seluruh dunia tahu mengenai Euríco Guterres sebagai pembunuh dan banyak nama lain, dan dia dipenjarakan dan kita menyebutkan namanya karena di Timor-Leste kita semua orang suci, kita semua pahlawan Pembebasan dan dan kita semua pemimpin politik. Tetapi, sangat menarik!!! Ketika Eurico Guterres mengirimkan satu “sms” pada tanggal 26 Mei, meminta para pemimpin politik tidak membiarkan rakyat menderita karena mereka sekarang, para pemimpin kita dengan gembira berbicara tentang “akan ada tumpah darah,” “Timor-Leste akan hancur” dan “Kita akan perang.”



    Sejarah berdetik, bergerak diam-diam, dan terus bergerak maju dengan mencatat tindakan-tindakan kita, baik atau buruk, bersih atau kotor. Tak seorang pun bisa menyusun sejarah. Kita adalah yang menciptakan sejarah kita yang menyedihkan, membuat malu dan membuat rakyat menderita.



    Mereka tampaknya terus mengandalkan F-FDTL. Karena perbuatan [salah] mereka citra F-FDTL telah dirusak. Dan saya yakin bahwa sekarang ini, F-FDTL masih menunggu berbicara dengan saya. F-FDTL memang bersalah karena telah mendengar orang yang buruk, orang-orang yang tidak mencintai rakyat tetapi mau menyuap jiwa Rakyat. Di masa lalu, ketika perang, kita biasa mengatakan: peluru tidak bisa membunuh kita [sepenuhnya] tetapi beras dan mi bisa. Itu berarti, peluru hanya bisa membunuh badan, tetapi rupiah, beras, dan mi bisa membunuh [badan dan] jiwa, sekaligus.



    Saya akan memakai lagi seragam [militer] untuk memulihkan citra F-FDTL. Saya akan berjalan lagi dengan Falintil yang Pejuang Pembebasan rakyat Timor-Leste, yang sekarang menangis karena mereka menyesal tidak mendengar Kakak mereka tetapi sebaliknya, mendengar orang-orang yang haus darah. Tahun 2000, saya meninggalkan FALINTIL karena saya tahu bahwa mereka telah menyelesaikan tugas suci membebaskan Tanah Air, saya tahu bahwa mereka telah tumbuh, dan bahwa saya bisa membiarkan mereka berjalan sendiri. Seperti CNRT yang dibubarkan pada 2001 supaya memungkinkan setiap orang menemukan tempatnya dalam proses baru pemerintah oleh bangsa sendiri.



    Tetapi, saya siap berjalan lagi dengan mereka dan meminta maaf kepada rakyat. Kemudian, semua anggota F-FDTL, mulai dari Brigadir Jenderal sampai prajurit baru akan bersumpah kepada Rakyat bahwa sebagai militer mereka akan menghormati Konstitusi dan Hukum, mereka tidak akan tunduk pada Partai manapun, menjamin kebebasan, memberikan keamanan kepada penduduk dan menghormati perintah konstitusional.



    PNTL yang oleh orang-orang haus darah berusaha dipecah dan disulut, juga akan akan bersumpah kepada Rakyat, bahwa mereka akan tunduk pada Konstitusi, membela legalitas demokratis, memberikan keamanan dalam negeri untuk semua orang dan tidak akan bergabung pada partai manapun.



    Pada 11 Mei 2006 Marí mengatakan kepada saya bahwa dia mencurigai Rogério di belakang insiden 28 April karena dia tidak mematuhi perintah untuk segera mengirimkan Kesatuan Intervensi Cepat (UIR) untuk menghentikan demonstran.



    Dua minggu kemudian, Rogério juga datang ke Caicoli dan berbicara dengan saya. Saya bilang padanya: “Rogério, berbicara tentang Nicolau Lobato, saya bisa katakan kepadamu bahwa saya bersamanya dalam sebagian dari waktu yang paling sulit dalam perang. Rakyat menuduhmu membagikan senjata. Percayalah padaku. Berpikirlah baik-baik karena dalam perang saya tidak kehilangan anggota keluarga, tetapi kau, kau kehilangan semua anggota keluarga. Nicolau dan adik-adik perempuan dan laki-lakimu melihat kita, dan mereka menangis karena banyak hal yang terjadi [sekarang]. saya tahu mereka tidak mau ini.”



    Teman-teman,



    Sejarah orang-orang haus darah akan besar dan lama. Karena di mana-mana, komandan-komandan kecil muncul, menyebar ke seluruh Timor-Leste untuk melepaskan tembakan dan mengancam rakyat. Mungkin sebagian orang dari Departemen Informasi Komite Sentral terus mengirimkan “sms” kepada utusan-utusan dan administrator distrik-distrik. Tetapi karena terburu-buru, tombol telefon genggam salah ditekan, dan “sms” terkirim ke semua orang. “Sms” ini meminta 10.000 orang dari satu distrik dan 5.000 orang dari distrik yang lain, untuk mendukung Kawan Lu-Olo dan Kawan Marí.



    Sekarang ini, siapa yang mau menjadi pegawai negeri atau Menteri, harus siap membunuh hati nuraninya sendiri karena kita tidak pernah tahu, dolar mungkin telah mengambil prinsip yang dulu mereka miliki.



    Kita jelas melihat bahwa orang-orang ini mempermainkan penderitaan Rakyat, menggunakan rakyat untuk mempertahankan posisi, reputasi, dan kantong mereka.



    Laporan CAVR menuntut kita MENGHENTIKAN KEKERASAN POLITIK supaya rakyat tidak menderita lagi. Baru Januari lalu saya secara langsung menyampaikan Laporan itu kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kurang dari enam bulan kemudian, senjata-senjata ditembakkan, asap membumbung, dan orang dibunuh lagi di Dili.



    Seorang pemuda di Lospalos menyebut saya pengkhianat karena saya tidak membela Pengadilan Internasional. Sekarang, ia tidak tenang, merasa sangat bangga di Lospalos, percaya bahwa Fretilin punya senjata untuk melancarkan perang. Saya pergi ke Lospalos tahun lalu dan berbicara dengan mereka dan mengatakan bahwa Fretilin harus meminta maaf kepada rakyat. Mereka segera mengirimkan satu “sms” kepada Marí. Dalam satu pertemuan, Marí menunjukkan “sms” itu kepada saya, dan ia tampak gembira karena jaringan informasi partainya menyebar baik ke seluruh Timor-Leste dan membuatnya selalu mendapatkan informasi mengenai pidato Presiden dan kegiatan partai-partai oposisi.



    Saya bisa katakan kepada pemuda itu, bahwa sekarang saya tidak mau menjadi pengkhianat Rakyat lagi. Mengapa? Ketika Pengadilan mulai menangani kejahatan-kejahatan terakhir, saya akan meminta kepada Pengadilan untuk mempertimbangkan mengosongkan penjara Becora, Baucau, dan Ermera supaya bisa menerima pengunjung-pengunjung baru. Orang-orang yang sekarang dalam penjara melakukan kejahatan kecil kalau dibandingkan dengan yang dilakukan baru-baru ini. Kejahatan terhadap kekuasaan hukum demokratis, kejahatan terhadap rakyat yang telah menderita dalam perang, selama 24 tahun. Penjara-penjara Becora, Baucau, dan Ermera akan menerima berbagai macam pengunjung; banyak orang korup akan pergi ke sana, dan mereka harus ke sana.



    Komisi Penyelidik Internasional akan datang membantu kita menyelidiki kekerasan politik yang telah terjadi di negeri kita. Semua hal yang telah dilakukan dan diungkapkan CAVR melalui mendengarkan tangisan rakyat, permintaan dan tuntutan mereka kepada para politisi untuk tidak membuat rakyat menderita lagi dan menghindari kekerasan politik, pimpinan Fretilin tidak mau memperhatikan dan tidak mau perduli.



    Pimpinan Fretilin memperlihatkan bahwa keluhan [rakyat] bukan masalah mereka, tangisan rakyat bukan masalah mereka, penderitaan rakyat juga bukan masalah mereka, dan bahkan kematian rakyat bukan masalah mereka. Bagi mereka, masalah besar mereka adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan. Pimpinan Fretilin hanya tahu bagaimana menuduh orang lain karena kecongkakan mereka; mereka tideak mau menerima bahwa mereka membuat kesalahan. Bagi mereka, tidak ada kesalahan, dan semua hal yang mereka lakukan tujuannya satu, yaitu mempertahankan kekuasaan.



    Mereka hanya berpikir tentang perang, untuk mempertahankan kekuasaan karena berkuasa memberi mereka segalanya: uang, rumah-rumah bagus di negara-negara lain, bisnis yang bisa mendatangkan uang untuk mereka dan partai, tetapi partai hanya untuk kelompok kecil yang berkuasa. Rakyat menderita di Dili, dan mereka tidak mengunjungi rakyat, berbicara pun tidak dengan mereka. Mereka hanya sibuk dengan bagaimana memobilisasi rakyat dari distrik-distrik untuk memperlihatkan bahwa semua anggota Fretilih patuh pada mereka, dan mencium kaki dan tangan mereka. Rakyat yang dimobilisasi untuk mendukung mereka, akan diangkut dengan mobil tanpa bayar ke Dili dan meneriakkan “viva ini” dan “viva itu” dan kemudian mereka makan dan pulang, melanjutkan mengolah tanah mereka, dan tidak punya uang untuk membayar sekolah anak mereka. Di rumah mereka tetap lapar.



    Dalam pesan tahun baru 2005, saya menyerukan kepada seluruh pemuda dan rakyat, untuk tidak percaya pada politisi yang berbicara tentang “kekerasan” dan memaksa mereka melakukan kekerasan. Kita tidak mau saling mendengar, dan kita semua percaya bahwa yang paling pandai di seluruh dunia adalah orang yang, dengan tindakannya, bisa memberikan uang kepada orang-orang dan dengan demikian merusak citra Fretilin dan sejarahnya.



    Saya tahu bahwa Nicolau Lobato bersedih. Nicolau Lobatu tidak akan minta agar namanya ditempatkan di setiap sudut. Dia tidak perlu itu. Hanya satu hal yang dimintanya: Hormati perjuangannya untuk membebaskan Negeri dan Rakyat ini; setidaknya, hormati nyawanya!



    Roh-roh suci dan jiwa-jiwa yang telah pergi, bangun dan perhatikan Rakyat! Tulang-tulang yang tersebar di tanah, berdirilah; darah yang telah ditumpahkan di seluruh negeri, bersatulah lagi dan lihat siapa yang mau menghancurkan rakyat ini dan siapa yang mau terus membuat rakyat ini menderita dan membiarkan rakyat mati. Tunjukkan diri kalian, tunjukkan [kepada kami] kekuatan kalian! Aku, anakmu, di sini, menuntutmu untuk memperhatikan Rakyat ini, untuk membebaskan mereka dari kekuasaan mereka yang haus darah.



    Rakyat yang menderita

    Anggota Fretilin



    Dalam politik, ketika kita melakukan kesalahan, yang kecil sekalipun, dan tidak mengakuinya sebagai kesalahan, kita akan melakukan kesalahan lagi dan melakukan yang lebih besar lagi. Karena kita tidak mengakui pembunuhan oleh Fretilin terhadap banyak anggotanya mulai 1975 sampai 1978 dan lain-lain yang tidak menerima ideologi mereka sebagai kesalahan, sekarang ini, bagi pimpinan Fretilin membunuh bukanlah masalah. Membunuh bagi mereka hanya berarti kematian satu atau dua, atau sepuluh, atau ratusan atau ribuan orang. Yang penting bagi mereka adalah menjamin bahwa Partai kuat karena mereka harus tetap berkuasa.



    Partai itu adalah partai yang tidak menghendaki demokrasi, dan mau mendesakkan kemauannya pada setiap orang.



    Saya menghormati Fretilin karena Fretilin yang mengajar saya mencintai Tanah Air dan mengabdi pada Rakyat. Seluruh Rakyat menghormati Fretilin karena Fretilin ada dalam sejarah Timor-Leste. Tetapi, Rakyat harus membenci orang-orang yang mau membunuh Partai ini dengan membuat Rakyat menderita.



    Orang-orang seperti itu tidak berhak dalam Fretilin. Saya percaya bahwa partai-partai lain juga tidak menerima mereka, karena orang-orang itu mau menghisap darah rakyat dan membuat rakyat menderita, supaya mereka bisa terus berkuasa dan terus makmur. Kalau ada partai yang menerima mereka, rakyat lelah dengan partai itu karena partai itu menjadi haus lagi, dan mungkin saja meminta meminum darah rakyat.



    Rogério dipecat sebagai Menteri, tetapi Marí memilihnya menjadi Wakil Ketua Fretilin. Membuat kita semua malu pada politik kotor ini. Rogério pergi ke kantor Polisi, meminta bahan bakar untuk mobil yang masih dimilikinya. Orang yang bertugas di Departemen Logistik PNTL mengatakan: Yang Mulai tidak lagi Menteri Dalam Negeri, jadi anda tidak bisa lagi mendapatkan bahan bakar dari PNTL. Rogério menjawab dengan bersumpah, “Monyet bodoh, saya sekarang lebih besar daripada Menteri, kamu tidak tahu?!”



    Pada 28 November 2002, saya menuntut pemberhentian Rogério karena menurut berbagai informasi dari mana-mana, bukannya melaksanakan tugasnya, dia malah mengorganisir penduduk untuk memotong pohon-pohon supaya dia bisa jual, menanam ubi kayu supaya bisa dia jual, memproduksi minuman keras supaya dia bisa jual, dan menangkap ikan supaya dia bisa jual. Saya berbicara kepada Marí sebagai Perdana Menteri dan Menteri Horta mengenai Rogério, di tempat tinggal saya sebelum 28 November 2002. Kemudian, saya disalahkan karena saya meminta dia dipecat, dan ketika terjadi insiden 4 Desember, saya dituduh berada di belakangnya.



    Setiap orang tahu mengenai lubang-lubang yang digali di Tibar dan tempat-tempat lain karena Rogério berusaha menemukan emas yang dia dengar dikuburkan oleh Jepang. Kita tidak terkejut oleh tindakan-tindakan Rogério. Sementara kita masih berjuang dengan perang dan penderitaan rakyat di negeri kita, Rogério sebagai Menteri Pertahanan tinggal di Angola dan mencari keuntungan dari keadaan untuk menyelundupkan berlian, sampai ia ditangkap dan dipenjarakan.



    Dan Fretilin, mungkin karena dia menyandang nama Lobato, atau mungkin karena sebagian orang juga bertangan kotor, kemudian memilih Rogério menjadi Wakil Ketua Fretilin. Dalam upacara pelantikan untuk Menteri Dalam Negeri, saya berjabat tangan dengannya dan bilang, “Rogério, jangan mengira saya mengormati kau karena kau bernama Lobato. Nicolau juga Lobato tetapi dia Nicolau dan kamu Rogério. Saya akan menghormai kau hanya kalau perilakumu menunjukkan bahwa saya harus menghormatimu, tetapi bukan karena kau seorang Lobato.” Sejumlah investor datang dan berusaha menemui saya dan mengatakan, “Presiden, sistem anda sangat berbeda. Ada dua cara untuk investasi di negeri anda: pertama, kita harus menghubungi Badan Investasi yang dikepalai oleh Menteri Rogério, dan kedua, kita harus langsung berhubungan dengan pejabat yang berwenang.”



    Sejumlah pengusaha Timor dengan sedih mengatakan kepada saya, “Presiden, saya telah mendapatkan izin untuk perusahaan saya tetapi saya ditekan untuk membayar sejumlah uang kepada Fretilin.” Saya tanya mereka, “Apakah anda mau saya ungkapkan ini?” “Kakak, kami telah menunggu bertahun-tahun, dan kami sudah mengeluarkan banyak uang, biarkan dulu kami mendapatkan kembali uang kami.”



    Para anggota Fretilin

    Rakyat yang menderita



    Itulah sebabnya mengapa Presiden Republik, saya tidak menerima hasil Kongres yang diselenggarakan mulai 17 sampai 19 Mei, dan mendesak Komisi Politik Nasional Fretilin untuk segera menyelenggarakan Kongres luar biasa untuk memilih Pimpinan Baru Partai, sesuai dengan Undang-Undang No. 3/2004 tentang partai politik. Saya katakan, berdasarkan Undang-Undang itu, mereka harus mengubah pemungutan suara “angkat tangan” dari Statuta Fretilin, sehingga Pimpinan Partai yang baru akan dipilih melalui pemungutan suara langsung dan rahasia. Saya memberi waktu satu minggu untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa karena Pimpinan Fretilin yang sekarang tidak sah.



    Menurut Undang-Undang mengenai Partai Politik, Ketua Fretilin Lu-Olo, Wakil Ketua Fretilin Rogério Lobato, dan Sekretaris Jenderal Fretilin Dr. Mari Alkatiri adalah tidak sah.



    Tidak seorang pun bisa mengatakan bahwa Fretilin tidak punya uang karena dia punya banyak uang. Bahkan uang Kongres masih ada dan digunakan oleh Rogério untuk membeli dua mobil yang diberikan kepada kelompok Rai Los.



    Setelah kita punya Pimpinan baru, saya bisa mendiskusikan apa yang dituntut oleh krisis sekarang ini dari Negara untuk diputuskan. Karena bukan Fretilin yang melakukan kesalahan tetapi mereka yang haus uang dan punya ambisi besar untuk menaiki punggung Rakyat.



    Apa Negara demokratis dengan kekuasaan hukum? Pasal 1 Konstitusi kita mengatakan, “Republik Demokratik Timor-Leste adalah Negara Demokratik … Dan menghormati martabat setiap orang.” Sekarang, kita berbicara tentang “perang” dan “tumpah darah” karena kita melupakan toleransi politik. Para pemimpin memperlihatkan bahwa mereka tidak menghormati martabat setiap pribadi manusia dengan mengizinkan kekerasan dan penghancuran yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta-benda.



    Pasal 6 Konstitusi mengatakan, tujuan dasar Negara adalah: bagian b) menjamin dan memajukan hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar warganegara dan menghormati asas-asas Negara demokratis; bagian c) membela dan menjamin demokrasi politik. Di tengah-tengah krisis ini, kita hanya mendengar bermacam-macam ancaman. Para pemimpin sendiri menyumbang pada pelanggaran terhadap tujuan dasar Negara ini.



    Pasal 29 Konstitusi mengatakan: No. 1. Kehidupan manusia tidak bisa dilanggar, No. 2. Negara mengakui dan menjamin hak untuk hidup.



    Tetapi apa yang kita saksikan? Membiarkan rakyat saling menembak, kematian rakyat, dan penderitaan rakyat. Para pemimpin membantu pelanggaran kewajiban Negara, dan mereka tidak memenuhi kewajiban mereka menjamin hak setiap warganegara untuk hidup.



    Secara bersama-sama, semua konsep ini memberikan makna “Negara Demokrasi yang diakuasai oleh Hukum.”



    Rakyat sekarang menghadapi persoalan yang sangat besar: senjata api dalam jumlah tak terhitung berada di tangan orang sipil, dan tembakan senapan terdengar di banyak tempat. Saya juga ingin membuat diketahui bahwa Pasukan Intervensi telah menyita banyak senjata yang bukan milik PNTL maupun F-FDTL.



    Negara tidak boleh membiarkan ini, penderitaan Rakyat ini. Sebagian orang mengatakan bahwa “kita kehilangan kedaulatan kita.” Bukan karena Pasukan Internasional datang ke negeri kita kita kehilangan kedaulatan kita, karena kitalah yang meminta mereka datang, dan khususnya, kita adalah yang memperlihatkan bahwa kita tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul, dan dengan demikian menciptakan masalah-masalah yang lebih besar. Arti Negara Demokratis Yang Dikuasai Hukum tidak berarti bahwa organ-organ Negara duduk bersama, saling tertawa, tampil di televisi, dan menyatakan di suratkabar bahwa kami bersatu.



    Persatuan Nasional tidak berarti kita saling menerima dan memperlihatkan gigi kita kepada Rakyat. Agar Persatuan Nasional kuat, ia harus kuat dalam pikiran dan tindakan kita; ia harus menjadi kuat dengan mendengarkan suara rakyat, penderitaan rakyat. Kita, para pemimpin selalu lupa bahwa: bahkan ketika rakyat sedang menderita, kita tetap baik, kita punya mobil dan rumah milik negara; sekalipun ketika rakyat menderita, kita tetap menerima gaji kita; sekalipun ketika rakyat lapar, kita saling mengundang makan enak dan bahkan minum anggur; dan ketika rakyat takut tembakan, kita pergi ke sana ke mari dengan keamanan yang ketat.



    Itulah sebabnya kita tidak terbiasa mendengarkan jeritan rakyat karena kita jauh dari mereka. Ketika Rakyat sedang menderita, sebagian orang bahkan berani menyebutkan “Perang!” dan bukannya menjadi malu, kita pemimpin memperlihatkan bahwa penderitaan rakyat tidak benar-benar menyentuh kulit kita.



    Negara tidak boleh membiarkan ini. Dan Negara tidak boleh membiarkan adanya senjata-senjata ilegal di dalam negeri kita. Saya yakin Fretilin juga tidak boleh membiarkan semua ini. Kalau Fretilin membiarkan ini, maka berarti Fretilin mau menulis sejarah baru di negara Tercinta kita ini.



    Siapa yang sebenarnya bertanggungjawab atas ini? Keadilan akan menunjukkan siapa yang bertanggungjawab atasnya! Dan semua ini sangat berat! Dan hari ini, ini adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan rakyat! Fretilin sendiri harus prihatin mengenai ini.



    Oleh karena itu, saya meluncurkan SERUAN kepada setiap orang yang masih memegang senjata, agar menyerahkannya kepada Pasukan Internasional dan memberi tahu mereka mengenai siapa yang membagikannya. Anda tidak salah, teteapi orang yang menipu anda masuk lubang yang bersalah. Kalau anda tidak menyerahkan senjata dan senjata itu ditemukan oleh Pasukan Internasional, maka ini berarti anda bermaksud menyimpan senjata itu untuk membunuh orang. Lebih baik siapa saja yang menerima senjata segera menyerahkannya kepada Pasukan Internasional. Jangan lupa, anda harus memberitahukan siapa yang memberikan senjata tersebut kepada anda dan untuk tujuan apa.



    Penyelidikan untuk menemukan pembagian senjata kepada orang sipil, upaya untuk mengetahui dari mana senjata-senjata ilegal itu diperoleh, kepada siapa diberikan, siapa yang menyuruhnya, siapa yang menerima dan siapa yang di Kesatuan Perbatasan yang memberikannya, telah dimulai. Semua nama anda akan disebutkan.



    Para pemipin Fretilin baru-baru ini terbiasa berteriak: Kewaspadaan Maksimum! Sekarang, giliran saya untuk meminta Rakyat mempertahankan kewaspadaan tinggi di distrik-distrik dan subdistrik-subdistrik, terhadap orang-orang yang punya senjata dan membagikan kepada utusan [Fretilin] atau kepada orang lain. Kalau anda melihat seseorang punya senjata tetapi menyembunyikannya, beritahu Pasukan Internasional agar menyitanya kalau mereka tidak mau menyerahkannya. Kalau mereka menyerahkannya sekarang, mereka bisa segera pulang. Kalau mereka keras kepala dan menyembunyikan atau menguburkannya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Pengadilan untuk misi yang untuknya mereka menerima senjata, untuk menyembunyikan senjata, dan untuk tujuan apa, untuk membunuh siapa?



    Semua teman

    Rakyat yang tercinta dan menderita



    Saya sangat yakin bahwa kita semua telah menyaksikan, dan harus berpikir pertama tentang penderitaan rakyat. Sebagai Presiden Republik, biasanya ketika saya pergi ke luar negeri, saya selalu mengatakan: Timor-Leste memang kisah sukses tetapi sukses hanya sampai tanggal 20 Mei 2002. Proses kemerdekaan di dalam negeri kita akan menentukan apakah kita sukses atau tidak.



    Saya percaha bahwa dnegan krisis beras yang tidak menjamin Negara Hukum Demokratis, kita pasti melintasi sungai yang kotor ini untuk membangun kembali hal-hal di negeri kita untuk menumbuhkan hak asasi manusia, demokrasi, cinta, dan perdamaian.



    Para anggota Fretilin

    Rakyat Tercinta yang Menderita



    Saya bertanya kepada Perdana Menteri apakah dia mengetahui adanya pembagian senjata kepada sejumlah utusan Fretilin; dia mengatakan bahwa dia tidak tahu. Tetapi, kemudian, setelah mengetahuinya, dia berkali-kali memerintahkan Rogério untuk melucuti senjata orang-orang tersebut. Dan Rogério mengirimkan satu “sms” kepada kelompok Rai Los untuk menghentikan orang-orang yang sedang dalam perjalanan untuk berdemonstrasi menentang Pemerintah dengan membakar mobil-mobil, dan juga mengirimkan “sms” untuk melaksanakan “operasi komando” pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari.



    Dalam rapat-rapat yang saya lakukan dengannya, Perdana Menteri berbicara tentang kelompok-kelompok bersenjata dan mengatakan bahwa mereka harus dilucuti, dan tidak pernah mengatakan kepada saya bahwa setidaknya dia mengetahui bahwa kelompok Rai Los dipersenjatai o leh Rogério.



    Perdana Menteri memberi tahu saya setelah tembak-menembak di Tasi Tolu pada 24 Mei 2006, dalam mana F-FDTL menyita empat senjata api milik kepolisian, Rogério mengatakan padanya bahwa senjata api serta orang yang terbunuh di sana, adalah dari kelompok Rai Los yang diminta oleh Rogério sendiri untuk berada di tempat itu.



    Perdana Mengeri semestinya memberi tahu Brigadir Taur Matan Ruak bahwa senjata api kepolisian sebenarnya bukan dibagikan oleh Komandan Kepolisian tetapi bahwa Rogério yang membagikannya. Menurut pandangan saya, kalau Perdana Menteri memberi tahu Brigadir Taur mengenai itu, Brigadir tidak akan mempersenjatai orang sipil dan meminta mereka datang ke Dili bergabung dengan F-FDTL dan mengejar polisi untuk membunuh mereka.



    Saya bertanya padanya, Perdana Mengeri, apakah dia tahu mengenai senjata-senjata ilegal yang dimasukkan ke negeri kita, dan dia mengatakan bahwa dia tidak tahu mengenainya.

    Bukan karena dia semua masalah ini ada. Yang mereka katakan selalu menuduh orang lain. Sebelum pergi ke Portugal, saya memintanya untuk menyelesaikan masalah petisioner secara internal di dalam Markas Besar, untuk menghindari masalah “lorosae-loromonu” menjadi meledak di luar dan menghancurkan stabilitas dan Persatuan Nasional. Dia mengatakan benar bahwa ini masalah politik, dan dia berjanji bahwa dia akan melakukan apa saja untuk menyelesaikannya. Ketika saya pulang dari Portugal, melalui internet dilaporkan bahwa Perdana Menteri mengatakan dia “tidak bisa menyelesaikan masalah karena petisi tidak disampaikan padanya” sehingga mendukung keputusan memecat para pengaju petisi.



    Tetapi, ketika demonstrasi-demonstrasi oleh para pengaju petisi dimulai, Antoninho Bianco membacakan satu komunike yang mengatakan: “sekarang Perdana Menteri bisa menyelesaikan masalah karena untuk pertama kalinya dia secara resmi menerima petisi itu.”



    Semua masalah yang kita miliki sekarang dibuat oleh orang lain, dan diinginkan oleh orang lain yang mau menghancurkan citranya dengan merusak Fretilin pada pemilihan umum 2007.



    Karena pemimpin-pemimpin dalam organ-organ kedaulatan Negara merasa dan memperlihatkan bahwa masalah-masalah yang ada sekarang bukan tanggungjawab mereka, saya ingin menyatakan kepada seluruh Rakyat dan Fretilin bahwa:



    Setiap orang takut, kalau Marí mundur, akan ada perang dan darah tumpah lagi;
    Banyak orang cemas, kalau Marí mundur, Pemerintah akan tidak berfungsi, dan orang tidak mendapatkan uang, dan banyak keuntungan lain. Dan juga, kalau Marí mundur, mayoritas anggota fraksi partai mayoritas akan mundur dan Parlemen tidak berfungsi;
    Sebagian orang mengatakan pada saya bahwa kita harus memperlihatkan kepada masyarakat internasional normalitas kelembagaan atau konstitusional, karena kalau tidak kita akan mendapatkan malu yang besar kalau lembaga-lembaga ini tidak berfungsi.


    Saya dipilih oleh rakyat; dan karena saya dipilih oleh rakyat, saya bertanggungjawab pada mereka. Sebelum memuaskan masyarakat internasional, saya harus tunduk pada penderitaan rakyat yang memilih saya. Rakyat telah bertanya kepada saya sebagai Presiden Repulbik, di mana tanggungjawab saya, dalam hal menjamin “Persatuan Nasional” yang telah dirusak, “menjamin stabilitas” yang telah dihancurkan, dan “menjamin berfungsi normalnya lembaga-lembaga demokratis” yang telah dilumpuhkan.



    Sebagai Presiden Republik yang dipilih oleh Rakyat bukan dengan mengangkat tangan tetapi melalui pemungutan suara langsung dan rahasia, saya sangat malu karena saya tidak menjalankan dengan baik tanggungjawab saya. Oleh karena itu, saya siap mengambil tanggungjawab ini.



    Presiden Republik adalah satu organ kedaulatan. Satu orang, saya sendiri adalah Organ Kedaulatan ini.



    Menurut Konstitusi, ketika Presiden Republik mundur, Ketua Parlemen Lu Olo akan menjadi Presiden Republik untuk mengesahkan undang-undang sehingga mereka bisa melanggar undang-undang lebih lanjut. Semuanya bisa melanjutkan fungsinya; Pemerintah akan terus memerintah, dan menutup banyak lubang di jalan-jalan Dili ketika Parlemen terus melanjutkan fungsinya dengan mengangkat tangan untuk memberi makan istri dan anak. Tidak ada masalah di Parlemen karena Jacob Fernandes tidak akan berpikir tentang perang karena dia akan menjadi Ketua Parlemen.



    Hal yang paling penting adalah berikut: saya, pelayan kalian yang sederhana, tidak pernah mengatakan bahwa kalau saya mundur, rakyat akan menderita, atau bahwa Timor-Leste akan menjadi rata. Karena itu stabilitas akan tetap kuat, dan saya percaya dengan kesatuan terus-menerus organ-organ Kedaulatan, Timor-Leste akan bergerak maju.



    Karena itu, pilihannya pada Fretiin. Bukan Pimpinan Fretilin yang tidak sah karena mereka melanggar undang-undang dan Konstitusi. Minta Kawan Marí Alkatiri untuk bertanggungjawab atas krisis besar ini dan atas keberlanjutan Negara Hukum Demokratis, atau besok saya akan mengajukan surat kepada Parlemen Nasional untuk memberitahukan bahwa saya telah mundur sebagai Presiden Republik karena saya malu atas keburukan-keburukan yang dilakukan oleh Negara terhadap Rakyat dan saya tidak punya keberanian untuk menghadapi Rakyat.



    Terakhir, saya menyerukan kepada semua orang untuk tetap tenang karena di masa yang sulit ini kita harus melakukan perenungan yang mendalam untuk mencegah kekerasan dan penghancuran berulang di negeri kita!

    ResponderEliminar
  2. Para que se não repita este laxismo intencional ou incompetente de "tropas de ocupação" australianas e neozelandesas!

    http://www.petitiononline.com/mil1001/petition.html

    ResponderEliminar

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.